Tuesday, November 29, 2011

Spiritualism

Hidup serupa bawang merah. Di luar kotor kecoklatan. Tatkala dibuka jadi putih. Semakin dibuka semakin putih. Tambah dibuka tambah putih. Dan tatkala tidak ada lagi yang bisa dibuka, yang tersisa hanya air mata yang meleleh.
 --- Jalaludin Rumi

Kadang euforia spritualitas melanda hebat.  Seperti gelombang yang menggeluruh dalam dada dan mengolah sukma.  Hidup tidak sekedar kehilangan makna dalam sujud yang sistematis lalu kosong.  Ia adalah setiap detik yang tertasbihkan dalam syukur dan berzikir.  Merasakan keindahan.  Menghikmati atmosfer, oksigen yang memenuhi paru-paru sebagai hidup yang utuh.  Menggenapi.  Melengkapi...

Saturday, November 26, 2011

Finding Life

One more night i spend just to sitting around my room with 3 sleep roomate.  I feel so... confused.  In life, no many things i can control, no many things can makes me happy or smile.
Life, love, hope, social-life, relationship, sometimes makes me little crazy.  On my 20th ages.  I want a change for my life.  I want more from this life.  I want work harder, love harder, smarter, wiser...
Sometimes i can't control my react to someone else.  I want to stop complaining and loving more.  But sometimes it will be so hard.
Some wise advice i hear recently, about the strongest things we have is a patient.  How we can do something patiently, that reflect a dilligentness, persistence.

Thursday, November 24, 2011

Reinventing Government


Di tengah perubahan, hal yang paling beresiko adalah menempuh jalan yang tetap yang mungkin dalam perkembangnya akan menimbulkan penyimpangan.  Tercermin dalam kepayahan pemerintah dalam pengelolaan, yang menimbulkan kemiskinan dan kejahatan yang sangat besar, serta defisit yang terus menerus, perubahan yang diharapkan, adalah lembaga kemasyarakatan baru yang lebih ramping, terdesentralisasi, penuh inovatif, fleksibal, dan peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.
Penemuan konsep birokrasi oleh Weber saat itu merupakan suatu perbaikan yang membawa pemerintahan ke arah dengan kecepatan, ketetapan dan kejelasan yang baik, namun seiring waktu, berkembang etos kerja dari masyarakat yang tidak mendukung berjalannya birokrasi, yang menjadi lamban, tidak efisien dan impersonal yang melekat pada pemerintah saat ini.
Dengan adanya desentralisasi, berbagai macam upaya serta alternatif dicari dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu dengan menjalin kemitraan dengan pihak swasta.
Pemerintah dengan sektor swasta, tentu tidak dapat disamakan karena merupakan lembaga yang berbeda secara mendasar.   Dimana pada intinya pemerintahan adalah ‘melakukan kebaikan’ bukan ‘mengeruk keuntungan dan memberikan yang terbaik’ yang menjadi prinsip dasar swasta.  Tetapi tidak dapat dipungkiri terdapat nilai-nilai dalam konsep kerja pihak swasta yang dapat diterapkan dalam sistem pengelolaan pemerintahan, yaitu 5 diantara 10 prinsip Manajemen Mutu Terpadu dari Deming yaitu fokus terhadap hasil, pelanggan, desentralisasi, pencegahan, dan ancangan atau sistem pasar. 
Pilihan untuk keluar dari krisis bagi pemerintah selama ini adalah untuk menaikkan pajak, atau mengurangi pengeluaran.  Dimana pada hakekatnya, bukan terletak pada kedua hal tersebut, lembaga pemerintahan kini menghadapi suatu pemborosan yang tidak terlihat secara jelas, yaitu pegawai-pegawai yang menganggur, bekerja dengan setengah kecepatan, atau hampir tidak bekerja sama sekali, yaitu orang-orang yang bekerja keras pada tugas yang tidak perlu dikerjakan, mengikuti peraturan yang sebenarnya tidak pernah tertulis, mengisi formulir yang seharusnya tidak dicetak.  Hal tersebut dilakukan demi mengikuti peraturan yang berlebihan.  Sehingga perlu adanya revitalisasi dalam pemerintahan, untuk menemukan bentuk baru dalam mengelola pemerintahan.
 “Kata pemerintahan(government) berasal dari kata Yunani yang berarti mengarahkan, Tugas pemerintah adalah mengarahkan, bukan mengayuh perahu.  Memberikan pelayanan adalah mengayuh, dan pemerintah tidaklah pandai mengayuh” E.S Savas
“Kewajiban pemerintah bukanlah memberikan pelayanan, melainkan mengawasi apakah pelayanan itu sudah diberikan” Mario Cuomo
“Kami percaya bahwa tujuan pemerintah negara bagian adalah menjadi katalisator yang membantu masyarakat dalam memperkuat infrastruktur warganya.  Dengan cara ini kami memberi wewenang kepada masyarakat untuk memecahkan masalah mereka sendiri” Gubernur Lawton Chiles dari Florida dalam kampanyenya tahun 1990
Upaya mengerahkan membutuhkan orang yang mampu melihat seluruh visi dan kemungkinan serta mampu menyemibangkan berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya. Upaya mengayuh membutuhkan orang yang secara sungguh-sungguh memfokuskan pada satu misi dan melakukannya dengan baik.  Metode terbaik perlu dicari dalam upaya mengarahkan organisasi mencapai sasarannya.  Sedangkan upaya mengayuh organisasi bagaimanapun juga akan mempertahankan metode organisasi tersebut.  Jadi, pilih yang mana ? Mengayuh atau Mengarahkan ?

Sumber : Reinventing Government - David Osborne : 1992

Thursday, November 17, 2011

Sejenak


Entah bagaimana aku sampai di tempat ini, terputar putar menjalani rutinitas, sejenak menyeduh minuman atau makan tanpa rasa. Hambar. Tertawa yang terdikte hanya sekedar menyepih enggan.  Ada satu cara, satu jalan yang mengetahui aku akan pulang. Kembali menyusuri jalan atau duduk berjam-jam menghabiskan makanan-minuman.  Tapi, sepertinya jam jam panjang yang alot akan habis termakan kebosanan.  Sensasi sensasi yang menjadi dingin dan hambar.  Kemudian berakhir pada sebuah peninggalkan.  Mungkin tidak ada yang menyukai rasa ditinggalkan seperti rasa kehilangan.  Hanya pergi.  Pergi melewati waktu.  Sendirian. 

Aku kadang rindu akan dirimu yang seperti semula.  Berdebar-debar hanya untuk duduk di sampingku dan salah tingkah.  Yang mengisyaratkan rasa yang begitu besar.  Dan ketakutan akan ditinggalkan.  Kini, kau tahu tidak akan pernah aku tinggalkan.  Karena kecupan di kening dan semua yang telah kita lalui.  Ya, semua yang pernah kita lalui.  Lika liku dan dinamika yang tak kunjung habis dan percakapan-percakapan yang membawa kita untuk larut kini harus berakhir dengan celah dalam kita yang masih belum dapat kau definisikan utuh.

Kini kau akan mencari alasan.  Untuk sekedar main game atau duduk nonton bola, atau bahkan larut dalam percakapan-percakapan lain.  Sekedar jarak yang kau ukir pelan pelan untuk memutus tali itu.  Kau memang akan kembali, karena kau tidak pernah beranjak dan tidak pernah pergi, setahuku.  Tapi kerenggangan itu, yang bagimu hanya jarak yang kau butuhkan untuk kita berdiri, sendiri menikmati kehidupan kita sendiri.

Kau ku butuhkan lebih dari udara. Karena aku sudah tidak bisa menolak untuk terus menerus luluh dan larut .dan aku pun tidak mau lagi menyembah pada rasa.  Yang terlarut larut dalam muara tak berkesudahan.  Harga mahal yang harus kubayar untuk indah yang tidak perlu.  Karena aku tahu.  Nanti. Kau akan menungguku di penghujung jalan itu, untuk menjalani bersamaku hidup yang tidak lagi membosankan. 

@nurhanch deviantart photographer from Bulgaria

Tapi sekarang? aku masih kalah. kalah oleh sepi.  Dan kau tidak akan pernah sama seperti dahulu.

Monday, November 14, 2011

Poetry is my NEW things !

Hello ! Back again, now i really happy because i got 1st winner of Reading Poetry Competition at 'Pekan Seni dan Olahraga FISIP UNTAN' and got an achievement The Most Favourite Poetry, my first competition outside my campus, before i won the 1st Winner Reading Poetry to at 'Pekan Seni dan Olahraga Praja Prodi IP' .  I read this poetry, Sajak Rajawali and then make a poet 'Sengketa di Tapal Batas'... Maybe at first i feel like a crazy people reading that, but as the time goes by i say to myself.  I don't care, i have enough and strong mentality to express myself.  At first i was afraid, but with poetry, i can be free... I hope sometimes i could have a chance to let more people to see how free i am.  How i can't be afraid of expressing, or looking weird.  Feel Free More. :)

Sajak Rajawali


Karya : W. S Rendra


Sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

Rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

Langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat matamorgana

Rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka





Sengketa di Tapal Batas


karya : Karina OKtriastra




Debar ... debar hati ini
Debar... debar jantung ini
Mendengar sengketa !
Di Tapal Batas Camar Bulan

Apa yang terjadi ?
Beribu-ribu hektar tanah dan pulau
Negeri ini telah dirampas... Telah direnggut...
Patok... Patok beralih... Batas... batas bergeser...

Dunia Internasional seakan tidak perduli
Para diplomat
Menteri luar negeri ...yang bertanggung jawab
Hanya terkantuk kantuk di ruang kerjanya

Itulah realita ...
Itulah tragedi ...
Tragedi bangsa ini
Bangsa   I n d o n e s i a

Biiiiarkannn...
Haruskah kita biarkan ... dan selalu dibiarkan ...
Dan akan terjadi lagi... dan terjadi lagi ...

 Wahai garuda mudaku ...
Terbanglah ...
Ke angkasa...
Jangan hanya tertidur ...
Dalam sengketa...
Di tapal batas ...
Camar bulan ...


Sunday, November 6, 2011

Untuk Apa ?

Kemarin, sewaktu saya mengikuti seminar singkat, mengundang narasumber dari pegawai yang bertugas di perbatasan serta TNI, yang tidak sengaja saya hadiri karena kebetulan kursinya kosong *jatah terbatas buat pejabat kampus. red* kembali tertarik akan diskusi-diskusi yang pada akhirnya sampai pada sebuah permasalahan yang sama : Kualitas Sumber Daya Manusia atau SDM yang masih lama. Pertanyaannya, sampai kapan? 
Miris, jika membandingkan Indonesia, tidak usah dengan negara superpower atau adidaya Amerika Serikat, tapi bandingkan dengan negara tetangga, Malaysia saja, sudah dapat dilihat secara signifikan perbedaan fisik kedua negara ini.  Kedisiplinan, kebersihan, fasilitas.  Bukannya saya tidak bangga menjadi orang Indonesia, karena jika saya tidak bangga, maka saya menyalahi takdir Tuhan yang menakdirkan saya terlahir di sini, di rahim ibu saya yang sangat saya hormati dan sayangi.  Tetapi saya hanya, miris...
Saya tidak akan menjadi orang yang idealis, karena orang idealis tidak akan berada pada posisi yang dapat menikmati hidup, bisa dilihat, sebenarnya kurang lebih pada zaman orde baru, dimana yang paling lantang bersuara akan berakhir dibunuh di lubang buaya, atau hilang dan tak pernah ditemukan, tapi sekarang, pembungkaman bukan dengan pembunuhan secara fisik, tapi mutasi, dan tindakan-tindakan orang yang tidak senang dengan kritikan yang akan menyingkirkan kita dan mencari-cari kelemahan orang lain kemudian akan pelan-pelan disingkirkan, Sri Mulyani, disingkirkan dan akhirnya harus mengundurkan diri, Albertina Ho, dimutasikan hingga ke kota terpencil.  Semuanya karena mereka lantang bersuara.  Kemudian, apakah saya akan takut bersuara ? Tidak.  Saya tidak takut untuk bersuara, saya bisa saja bersuara keras.  Tapi kemudian, pertanyaannya, apakah itu sepadan dengan apa yang akan saya dapatkan kemudian ? Jujur, hidup itu singkat, dan tidak semua dalam hidup saya indah.  Jadi saya tidak akan mempersulit hidup saya lagi dengan membuatnya jadi singkat-dan menyakitkan. Seperti suatu pepatah, jangan memberikan nasihat kepada orang yang tidak memberikan nasihat, karena percuma, mereka tidak akan mendengarkan nasihat, kritikan, atau apapun.  Saya hanya akan diam, selama hal itu tidak merugikan saya dan tidak membuat keadaan saya menjadi buruk.  Untuk apa? Diam, karena saya tidak terlalu bodoh untuk berada di level berpikir mereka yang bodoh, diam bukan karena saya dapat menolerir ketidakadilan, kerusakan, kejahatan, tapi karena saya belum mempunyai kapasitas untuk membenahi, dan menghajar orang itu, karena apabila sekarang, apabila saya melakukan hal itu, tidak ada tempat saya selain mendekam di penjara, atau dipersulit oleh orang lain. Jadi, untuk diam? kenapa tidak?