Secepat kesadaran yang hilang, secepat kehilangan yang membenamkan, secepat rasa yang begitu saja hilang.
Kehidupan, sejauh mana kau membawaku berlari pada mata yang terpejam dan hati yang buta.
Sore hanya pantas dinikmati mereka yang bekerja, seperti langit yang hanya pantas dinikmati mereka yang terbang. Lantas aku hanyalah puing yang berserakan, berharap sebuah bencana membenahi semuanya.
Harapan hanya kamuflase pikiran agar tidak terlalu jauh jatuh, sehancur percaya yang sudah lama beranjak dari sana. Langkah hanya menjadi pion teori, tersetir dalam rutinitas dan tugas-tugas tidak kunjung selesai.
Kepada kaki yang dipaksa melangkah, genggam yang didikte mencinta, dan hati yang didoktrin merasa, kepada waktu dan rasa nyaman aku tunduk, untuk lebur, jatuh dan berkeping-keping.
yang telah terlewati itu.
tidak akan pernah bisa diperbaiki.
tidak akan terulang kembali.
hidup dalam kekal. abadi dalam kenangan.
selamat tinggal hanya pengiburan.
pada memori yang tidak pernah ingin pergi.
melekat dan tidak mau beranjak.
mari kesini, menyeduh hangat.
dan nikmati pagi
yang tidak akan datang dua kali.
pada hati yang pengecut, ketidakberanian akan aku ucapkan,
pada kata selamat tinggal.
sebelum kau yang memutuskan untuk pergi.
ada baiknya aku yang sedikit tau diri.
No comments:
Post a Comment