Senin nanti saya akan mempresentasikan seminar rancangan penelitian Strategi Pengembangan dan Implementasi Smart City Pemerintah Kota Pontianak. Setelah menyiapkan bahan presentasi dan mencoba mengingat-ingat beberapa hal rasanya ingin menyegarkan pikiran dengan menulis sesuatu.
Tentang bagaimana menariknya sebuah kota, berjuang untuk menjadi relevan dan bersaing secara global (?) dengan beberapa indikator yang ditetapkan dari mana saja. Tidak ada yang salah dengan standar-standar yang dengan brilian ditetapkan secara internasional maupun nasional. Tetapi tentu, akar-akar sosial budaya begitu hidup dan bergerak dinamis diantara rimba aturan-aturan serta teori teori yang dicoba. Semuanya tentu punya tujuan yang lebih besar: meningkatkan kualitas kehidupan.
Karena, siapa lagi yang akan mencintai kotanya selain warganya sendiri? meskipun tentu, akan ada dualitas dan keresahan, masalah-masalah yang akan selalu muncul silih berganti. Karena yang paling mencintai, pastinya akan lebih rentan dan mudah terlukai. Begitu pula warga yang hidup di kota ini.
Di kota itu, aku lahir dan menikmati masa-masa penuh kenangan, karena apalagi yang bisa menyatukan selain 'sejarah' dan 'akar'. Selalu merasa seperti 'rumah', yang selalu membuat ingin pulang ketika lelah berkelana. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada kembali ke akar, ke tempat semuanya bermula, di tempat dimana jalan jalan yang dilalui memiliki kenangan lebih banyak daripada yang bisa kita ingat.
Dalam salah satu teori smart city, adalah penting untuk menciptakan visi, dengan keterlibatan publik. Kolaborasi, dimana semua aspek, semua elemen harus hadir, dan merasa penting, merasa perduli dan dapat berpartisipasi aktif untuk membangun kota. Tentu jauh dari kata mudah, menyatukan beragam kepentingan, beragam loophole maupun bias. Tapi setidaknya dalam visi, kita bisa meraba kemana arah pembangunan suatu kota, yang berjuang di tengah gempuran informasi arus digital, persaingan global dan kompetisi-kompetisi yang mematikan.
Tapi selalu ada yang tumbuh, mulai berjuang di antara bayangan yang gelap, yang dilanda badai hebat akan mampu keluar pula sebagai nelayan yang mampu bertahan di arus yang hebat pula.
Jangankan demi kota yang dipenuhi beragam tujuan dan orang-orang yang memiliki banyak background dan kepentingan-kepentingan. Bahkan di suatu komunitas pun, yang tidak mengutamakan profit, hanya niat baik untuk membantu saja kadang masih ada perpecahan tentang ideologi maupun keinginan keinginan banyak kepala. Padahal semua kadang memiliki tujuan yang mulia, yang baik-baik.
Tentu bukan pekerjaan mudah untuk dapat melakukan kolaborasi lintas generasi, lintas bidang bahkan lintas kepentingan, tetapi tentu, untuk semua niat baik, membangun kota, ada harga yang harus 'dibayar' untuk duduk bersama, meredam ego, dan melihat jauh ke depan. Apa lagi yang bisa kita lakukan untuk kota kelahiran, kota tempat tinggal, atau kota yang sedang menjadi 'rumah' kita saat ini. Karena, siapa lagi yang akan lebih peduli?
No comments:
Post a Comment