"jadi, kamu sebenarnya mencari yang seperti apa?"
"seperti kamu, aku mau yang sama persis seperti kamu"
ia tertawa tergelak, mengusap-usap kepalanya yang tidak gatal.
"kamu tau kita tidak akan mungkin, Diara"
"iya aku tau, aku hanya ingin mendengar kau mengucapkannya berulang-ulang sampai aku bisa"
Ksatria menghela nafas panjang. Bingung bagaimana lagi caranya menyakinkan gadis keras kepala yang berada di hadapannya ini.
"Tidak ada yang memahami aku seperti kamu, Ksatria"
"Itu sudah pasti Diara, aku telah mengenalmu terlalu lama, kau telah mencintaiku terlalu lama hingga kekurangan-kekuranganku sudah terlalu biasa kau terima, kemudian kau jadi buta, dan tuli" Ksatria tergelak, Diara bersungut.
"tidak ada yang bisa aku cintai lagi, setelahmu Ksatria..."
"bohong, buktinya, kau telah punya orang lain"
"tetap saja, tak sama sepertimu, aku... tidak punya rasa sepertiku padamu, padanya"
Ksatria menatap Diara dengan tatapan yang ganjil, seperti kabut rasa bersalah yang sudah tidak mampu lagi ia hapus di matanya.
Kemudian ia menatap Diara dengan lembut.
"maafkan aku, Diara. Tapi kau harus belajar, kau harus terus belajar, untuk berbahagia, untuk mencari bahagia, dengan orang lain, dengan hal hal lain, dengan apa apa yang terjadi di hidupmu sendiri"
"tapi kenapa, Ksatria, kenapa? Sejak bertahun tahun yang lalu, aku selalu menanyakanmu kenapa, tapi kau tak pernah menjawabnya dengan benar"
"kau hanya tidak pernah mendengar dengan benar, Diara. Semuanya telah ada di depan matamu, kau hanya tak pernah mau melihat"
bulir air mata tiba tiba jatuh dari mata coklat Diara yang telah dari tadi berkaca-kaca.
"ini sudah akhirnya kah, Ksatria?"
"ini bisa juga awal untukmu, jika kau mau mencoba, jika kau mau berbahagia kembali. Ingatlah semua, sesekali, kau boleh pula menangis, mengenang aku, mengenang kamu, mengenang semua hal yang indah-indah itu. Tapi itu semua hanya masa lalu Diara, di masa depanmu sudah tidak lagi ada aku. Aku hanya hidup di masa-masa itu, di pikiranmu. Aku akan selalu ada, dengan cinta dan kasih sayang dan memori berbahagia, aku siap menunggu, tiap kali kau butuh oase dan tempat untuk bercerita tentang apa apa yang terjadi. Tapi kau juga harus bisa mengerti, kau pantas untuk hal hal yang baik, kau pantas untuk berbahagia dan dibahagiakan. Aku akan tetap disini, di kenanganmu, terus hidup dan akan selalu punya ruang di ingatanmu. Kapanpun kau ingin, kapanpun kau mau"
Diara menyeka air matanya. Meletakkan buket bunga warna biru, warna kesukaan Ksatria.
Aku akan kembali lagi, Ksatria, aku berjanji.
Aku akan mencoba berbahagia.
Perlahan ia meninggalkan pusara itu. Berharap suatu saat ia akan punya keberanian yang lebih, untuk menerima, untuk merelakan lelaki itu pergi. Berharap suatu saat ia datang ke tempat ini, dan hanya ada senyuman, hanya senyuman, bukan mata yang sembab mengadukan semuanya, seperti dulu.
Seperti dulu.
#timetraveler
No comments:
Post a Comment