Aku termenung lagi. Ya. Di tempat kita bersama itu. Sudah lama sekali. Tapi apalah arti hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Jika jarak yang aku lewati tanpamu hanyalah spasi yang panjang, yang terkadang menjadi kebosanan yang panjang dan melelahkan.
Tidak banyak yang berubah, selain harapan yang satu persatu mulai padam, mimpi yang satu persatu mulai menjauh. Tidak banyak yang berubah dan kuharapkan lagi.
Bagaimana jika aku hanya mampu mencintai satu orang seumur hidupku?
Entahlah, aku tidak bisa melangkahi takdir.
Aku bahkan tidak bisa mengerti perasaanku sendiri. Diantara putus asa dan harapanku untuk masih tetap menunggu di tempat yang sama. Kadang, dalam keraguanku untuk menunggu. Aku hanya ingin larut dan jatuh berkali kali dalam kepedihan. Di tempat yang sama. Aku merindukan semuanya.
Bukan hanya bahagia, tawa dan kebodohan. Tapi juga tangis, luka, sakit dan kepedihan. Aku merindukan semuanya. Aku merindukanmu dalam satu paket lengkap yang bernama masa lalu dan kenangan. Bukan yang terbaik, bukan pula yang terindah, tapi yang tidak terlupakan.
Katakanlah aku keras kepala, bodoh untuk terus bertahan disini. Katakan pula aku menjalani karma karena membuat orang lain juga memperlakukan sama. Katakanlah kau sudah membenci, menghapus kenangan. Katakan pula kau sudah tidak mau dan tidak lagi mencinta.
Tapi di dunia ini, ada hal hal yang akan terus berjalan meskipun kamu tidak mengijinkan, ada hal hal yang terus berlalu meskipun kamu itu mungkin sudah tidak layak dipertahankan.
Ada hal-hal yang masih melekat, tetap diperjuangkan meskipun tidak pantas lagi hingga apa yang pernah kau pikirkan tidak akan kau lakukan dalam hidupmu mungkin akan kau lakukan lagi.
Entahlah, aku masih belum ingin menyerah, terkadang. Meski harapan itu hampir mustahil dan tidak ada. Namun jika masih ada kesempatan sekecil apapun untuk bertahan, berjuang, aku akan menepiskan semuanya untuk memperjuangkan sesuatu yang bahkan aku tidak tahu itu apa. Mungkin, ini hanya bagian lain dari takdir...