Tanganku yang kau pegang terlalu erat ternyata membuat nadiku membiru dan mati rasa. Peluk yang kau tenangkan ternyata terlalu kuat hingga yang tersisa hanya sesak. Maka ketiadaanmu hanya spasi yang membuatku bernafas lega, namun jangan terlalu lama karena jika kau hilang maka semuanya akan kembali seperti biasa, semuanya akan baik-baik saja.
Kau hilang dalam sepiku, ramai dalam riuhku, maka suatu waktu jika kau mengatakannya lagi, katakanlah dengan hati hati. Katakanlah dengan hatimu, melalui suara, sampaikanlah dengan kecupmu. Mungkin suatu saat aku akan mengerti. Bahwa yang kau katakan adalah sebuah puisi, yang mendekapku ketika aku sepi dan sendiri, yang menenangkanku dalam gelisah, yang mendamaikanku meski terlingkup gelap, tak hilang dalam makna.
Suatu waktu, kau akan mengatakannya lagi. Ketika kita sudah terlalu jauh melalui waktu, ketika kita sudah terbang melayang tinggi, melesat meninggalkan penjara pikiran dan hati, berhasil mengecoh waktu yang terlampau buru buru.
Suatu waktu, kita akan menikmati waktu,
tanpa kata,
tanpa suara,
hanya kita saja.