Time Capsule, 9 September 2017
Stuart bertanya padaku, dalam gelas kopi yang baru saja kita pesan. Es kopi dingin. Dia penasaran sekali, mengapa Bintang, mantannya dengan mudahnya berjalan melewatinya dan tidak berkata-kata apa. "Tidakkah dia lupa semua hal yang pernah aku dan dia lalui? Semua jalan yang pernah kami lewati, semua tempat yang menjadi saksi hal-hal liar yang pernah kami berdua lakukan?" sungutnya.
Sebagai seorang teman yang baik, pertama kali tentunya aku harus menertawakan kegelisahannya. Kemudian menyeruput kopi, dan kata-kata meluncur sebagai rentetan keluh dan kesah hal hal yang mengganggu benaknya.
"Andai saja aku tahu, Stu. Aku juga terusik. Beberapa orang mungkin memiliki kemampuan untuk tidak tenggelam dalam kenangan, dan menyukai kepedihan. Tidak seperti kita, Stu. hahaha"
Es kopi dingin lagi.
Aku tercenung, hujan turun rintik rintik lagi. Sudah hampir tujuh tahun. Sudah lama sekali. Tapi semuanya masih tergambar jelas di ingatanku. Alis putusnya. Harum tubuhnya. Tawa garingnya, bahkan lelucon sulapnya yang sangat garing dan tidak pernah membuatku tertarik. Aku pun masih heran, bisa bisa nya mengingat kenangan yang, tidak ada arti apa-apa. Tentang hal lain, aku adalah orang yang mudah tersesat, seumur hidup aku tinggal di kota ini dan masih sering sekali salah jalan, kenapa aku tidak mengingat nama jalan atau hal-hal yang lebih penting?
Mengapa yang aku ingat justru tekstur kulit tangannya, perasaan ketika aku menggenggam tangannya, atau hatiku yang tidak karuan setiap kali ia mengacak-acak rambutku. Sudah tujuh tahun, ia pun sudah menikah pula. Pernah suatu waktu aku bertemu dengannya, tapi entah kenapa hatiku biasa saja.
Lantas, apa yang membuatku masih senang mengingat saat-saat bahagia saat bersamanya?
Stu pernah bilang, mungkin karena aku tidak akan lagi menemukan sosok sepertinya. Orang yang keras, sangat berlawanan denganku, tapi semua yang aku punya tidak ada denganku, dan dia memiliki semua hal yang tidak aku punya. Karakter yang membuatku terkesima dan geleng-geleng kepala. Namun, justru dalam paradox itulah aku menemukan hal yang baru, kegelisahan yang baru. Bahwa kenapa aku tidak pernah tahu ada hal hal yang seperti itu. Karakter yang mampu menggoyahkan semua ego dan idealisme, bahwa kamu belum melihat semuanya, Diara.
Kamu tentu menyukai petualangan, dan ia, adalah petualangan terbaikmu. Jauh dalam hati dan penyangkalanmu, kamu sudah tau itu.
Stu tertawa dan menghujat pembicaraan kami, 'dasar, hobi kok, gagal move on!'
...
#timecapsuleseries #satriadiara
Stu tertawa dan menghujat pembicaraan kami, 'dasar, hobi kok, gagal move on!'
...
#timecapsuleseries #satriadiara
No comments:
Post a Comment