Sebelum September ini berakhir, ijinkan aku mengingat hal hal yang akan aku ingat di tahun lalu, tahun ini, dan september di tahun tahun depan sampai aku sudah lupa untuk mengingat semua hal hal ini. Setidaknya bertahun tahun di depan, aku akan membuka kolom September dan bernostalgia tentang sebuah cerita yang benar-benar membuatku putus asa pada masanya. Walau mungkin bertahun tahun ke depan, hidup akan tetap dengan masalah-masalah peliknya hingga masalah ini akan terlupakan, dan yang akan teringat hanya manisnya saja. Ijinkan aku menuliskan keping keping memori, agar kenangan itu terus hidup dan abadi. Hidup dalam kata dan kenangan.
Aku masih ingat dengan jelas, baju merah sabrina, ripped jeans biru, sepatu tinggi coklat. Kala itu kita berjanji bertemu di bioskop. Tempat favoritku yang sebelumnya selalu kuhabiskan bersama mantan pacarku. Kau datang dengan tubuh jangkungmu dan tampak melewati pintu kaca depan. Aku masih ingat dengan jelas semuanya. Rasa senang yang tiba-tiba saat menemukanmu di tengah keramaian. Dan aku tersenyum, karena aku tahu, aku akan jatuh di pelukmu tidak lama lagi. 2016, september yang lalu. Aku masih ingat filmnya, Mechanic : Ressurection, film sekuel Jason Statham yang kupikir film pertamanya bagus, tapi film kedua kunikmati dengan sedikit mengecewakan dan membosankan. Setidaknya aku memiliki teman nonton yang membuatku senang. Saat itu tanganmu kau sandarkan di tangan kursi, dengan sweater yang wangi nya masih kuingat sampai sekarang (padahal parfummu selalu ganti). Saat itu percakapan kita terus mengalir dan rasanya aku tertawa terus. (sedih rasanya jika melihat percakapan kita sekarang) Diakhiri saling bercanda, kemudian aku mengantarkanmu ke kosan. Disitu lagi lagi bercanda dan aku lah yang bertanya, jadi kita ini apa. Hahaha. Dasar cewek agresif, mungkin itu yang kau pikir. Karena kau lebih banyak diam dan tidak menjawab. Kupikir, aku tidak mengapa dibilang sedikit agresif *dalam bercanda. Karena rasanya aku akan banyak melewatkan hal hal penting dalam hidupku apabila aku hanya memendam kata kata dalam pikiranku. Aku lebih suka mengutarakan apa yang aku inginkan, dan berusaha sebijaksana mungkin untuk melihat hasilnya. Aku candu dengan hal hal yang instan dan cepat. Karena aku terlalu lelah menunggu, tidak mau menghabiskan waktu. Lalu setelah hal hal yang aku utarakan rasanya kita butuh bicara lebih banyak dan kita kembali menyusuri jalan ayani untuk bercerita tentang rasa sakit dan masa lalu kita.
Kau adalah orang pertama yang membuatku benar-benar berdoa (dan benar-benar melakukan sholat 5 waktu dengan rela secara harfiah, biasanya bolong-bolong.red), bahwa ini adalah yang terakhir. Bahwa semua ini, dan sakit yang kurasakan sebelumnya adalah yang terakhir. Kau lah yang membuatku percaya lagi setelah hubunganku sebelumnya yang betul betul kacau dan berantakan. Kau yang membuatku percaya aku akhirnya bisa tertawa, dan memiliki orang yang benar-benar menyukaiku, bukan karena satu dan hal hal lain. Orang yang mampu menjaga dan melindungiku, menginginkan yang terbaik untukku.
Masihkah kau mau menungguku, di tempat pertama kali kita bertemu. Di tempat semuanya bermula, di tempat kita masih baik-baik saja dan kamu masih menginginkan yang terbaik untukku dengan cara berdiri di sampingku dan duduk menghadapi hal hal sulit? Masihkah kau mau untuk tidak menyerah menghadapi hal hal yang memberatkan hatimu, menangisinya bersama setelah pertengkaran demi pertengkaran yang kita lalui hingga akhirnya kau turunkan ego mu dan membuatku tertawa lagi?
Sejak pertama kali, kau tau. Aku tau kau adalah orang yang nantinya akan memporakporandakan hatiku, membuatku kacau dan menangisi hari hari yang telah dilewati dengan begitu bahagia. Meskipun aku menyangkal dengan keras dalam pikiranku bahwa kau tidak akan menyakitiku nanti. Anehnya, hingga kini aku masih ingin, menjadi orang yang menangisi dan tertawa denganmu, semahal apapun harganya, seberat apapun jalannya, toh aku sudah tau, di hadapanmu, aku sudah kehilangan segala rasa yang aku punya. Tunduk dan pasrah untuk pernah bahagia, kemudian kehilangan. Kehilangan tawa-tawa itu, peluk itu, genggaman tangan itu, untuk pelan pelan melepaskan, September yang kala itu kulewati bahagia sekali.
Untukmu, september tahun ini. Selamat merayakan kehilangan.
Nikmatilah setiap duka lara. Apa adanya. :)
*inspired by the man who cant be moved- the script.
No comments:
Post a Comment