*pardon my confidence to show my rough sketch 😂
#1
aku suka heran dengan orang orang yang suka bertanya dan menepikan orang yang sendiri, sebagai mana aku, sebagai introvert yang senang berpura pura menjadi ekstrovert, aku senang sendirian, ke tempat menonton film, biar aku bebas sesukaku menonton semua film, ke toko buku, biar aku betah berjam jam, atau ketika ingin, menghabiskan 5 menit melihat display kemudian pulang. bertahan dengan orang lain mungkin akan membuatku menghabiskan beberapa jam saja, terutama karena aku adalah orang yang 'segan' dan 'mengerti' kalau orang lain juga butuh waktu untuk hal hal lain dan aku tidak mau mengganggu, seperti aku tidak mau orang lain mengganggu waktu waktu ketika aku ingin sendirian dengan pikiranku.
berada di kota asing, dan benar benar sendiri, tanpa ada teman adalah kenikmatan sendiri untuk orang sepertiku, aku bebas, kemana saja dan tersesat, pake google maps, tersesat yang bukan saja sekali tapi berkali kali. Anehnya, aku bahkan tidak terlalu tertarik untuk keluar kos setiap hari, seperti pikiranku sebelum berada disini, kadang aku hanya menikmati waktu di depan layar komputer, membaca, tidur, makan, sepertinya benar-benar berada dalam cangkangku sendiri. Kembali ke kampung halaman, rasanya aku selalu sibuk, beberapa jam saja sendiri di kamar atau di rumah, aku akan gelisah, ingin pergi kemana-mana, ingin keluar, ngopi, ketemu teman, merencanakan perjalanan, akan tetapi disini, di tempat yang bisa dikatakan pelarian ini, aku malah senang bersantai-santai, dan selalu betah berjam jam tanpa melakukan apa apa yang berarti. senang rasanya hidupku akhirnya merasakan juga fase yang seperti ini, fase yang aku idamkan selama ini. selepas sma, aku langsung masuk ke asrama yang ramai, tanpa privasi dan waktu untuk diri sendiri. selanjutnya langsung bekerja pagi-sore dan nongkrong di malam hari, rasanya begitu padat, bukannya aku tidak senang, aku senang sekali dengan kesibukan, huru hara kesana kemari mencari sesuatu hal yang menarik untuk dilakukan. Tapi kali ini berbeda, aku bisa menikmati kehidupan perkuliahan di kali kedua dengan lebih pelan-pelan, tidak terikat waktu kuliah di hari kerja maupun jam jam panjang, berganti jam jam singkat, dosen-dosen yang lebih mengarahkan dan memacu untuk mencari pengetahuan yang lebih luas bukan hanya belajar pada materi teks kelas.
Aku jadi berandai, jika saja dulu salah satu hubunganku berhasil, dimana aku dari dulu entah kenapa selalu bercita cita untuk bisa belajar dan kuliah di kota lain, partnerku justru melarangnya karena ingin perempuan yang 'di rumah', fokus mengurus anak, dan 'gak bisa ditinggal'. Ucapan yang sempat membuatku mengernyit dan meragukan semua hubungan itu dulu. Betapa lucunya kehidupan, bertahun tahun kemudian, dia akhirnya menikah dengan orang yang berbeda kota dan hanya mengunjungi pasangannya di waktu weekend, jadi pengen becandain 'makanyaaa' tapi enggak, aku gak sepicik itu kok. Aku tau orang bisa berubah, dan tidak semua dari kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, kan? Aku oke oke saja.
hal lain kadang juga membuatku mengenal ulang diriku sendiri, seperti didekati seseorang, padahal aku lagi sendiri, malah membuatku semakin berhati hati, bukannya takut gagal, kadang aku hanya ingin membiarkan waktu memproses dan menguji perasaan itu sendiri. Aku tidak akan kemana-mana jika memang belum waktunya. padahal dulu mungkin aku akan oke oke saja memberikan kesempatan dan menghabiskan waktu dengan orang yang tidak benar benar aku inginkan, tapi sekarang rasanya kesepian dan waktu sendiri tidak semenyeramkan itu untuk aku korbankan hanya karena 'harus' terlihat tidak sendiri dan menjawab orang-orang yang bertanya tanya mengapa aku masih sendiri, yang lebih ekstrim malah yang menodong untuk segera menikah. hal itu masih membuat kesal sih sampai sekarang, tapi ya sudah, kadang-kadang aku paksa saja pintu maaf itu terbuka untuk orang-orang yang akal pikir dan hidupnya sempit itu, dan sebisa mungkin menghindar, like, go away, find someone else to spill your tiny thoughts with.
Beberapa hal juga kadang begitu menguji kesabaran, seperti untuk memaki orang yang seenaknya menuduh dan berbicara macam-macam. aku akui, salah satu kelemahanku adalah kesabaran kalau sudah dikonfrontasi secara langsung, orang bisa saja melakukan hal buruk kepadaku tapi akan aku diamkan dan biarkan, tapi jika dikonfrontasi secara langsung, aku begitu cepat kehilangan kesabaran, apalagi mengatakan hal hal dimana otakku bilang adalah hal-hal yang menghinakannya, tentu sebelumnya juga akan berpikir keras memikirkan kata kata yang akan membuatnya paling merasakan sakit, seperti yang ia lakukan kepadaku. Karena kau bisa saja mengatakan A dan orang tidak akan bereaksi apa-apa, tapi kau bisa mengatakan B dan membuat orang lain kehilangan kesabaran. Terkadang, aku tahu dan merasa kalau aku sudah akan kehilangan kesabaran, malah aku membiarkannya lepas, dan sama sekali tidak malu akan itu. Aku akan paling lantang bersuara apabila telah diganggu, karena aku tidak mau hal itu terjadi kembali, terutama apabila orang itu masih mencariku dan memang mencari gara-gara.
Aku pikir, kelemahan ini juga terbawa ketika dulu aku pernah sparing. Pelatihku bahkan melihat gelagat itu dan menyuruhku mengontrol emosi, meskipun hal itu memang sangat bagus untuk pertandingan, tapi kadang-kadang, aku hanya tidak sungkan mengorbankan hal hal lain untuk hal hal yang memuaskan hati itu.
Yah, aku memang harus banyak belajar untuk berlatih kesabaran, dan menyeleksi hal hal apa yang pantas untukku respon dengan keras. Tapi untuk beberapa hal dan situasi tertentu, rasa rasanya jadi rendah dan sedikit licik dan picik itu juga baik. So maybe i can make my own peace and deal with it.
voila.
10.28
5/4/18
No comments:
Post a Comment