Aku bukanlah orang yang terlalu agamis dan rajin. Jauh pula dari orang yang orientasinya keluarga banget. Perjalanan hidup yang penuh dinamika dan lika liku, kadang juga membuatku frustasi dan ingin menyerah pula. Lebaran tahun lalu aku berada di Bandung, tak bisa pulang karena pandemi dan tak ada penerbangan. Jadi tahun ini aku kembali di Pontianak. Tahun ini sepi, adikku juga tak bisa pulang, sedang adikku yang satu lagi, entahlah, aku tak pernah bisa benar benar berkomunikasi dengannya.
Percakapan dengan beberapa om dan tante, adalah percakapan klise dan asal. Walau aku merasa ada beberapa om dan tante yang kayaknya selalu hati hati dan pandai berbicara. Aku senang bertemu orang-orang seperti itu setahun sekali- orang orang yang tampaknya punya boundaries dan tak asal nyeletuk basa basi yang menyakitkan hati. Walaupun aku bertemu pula dengan yang menyebalkan dan rasanya omongan yang dilontarkan benar benar menyakiti hati dan membuatku merenung sedikit lebih lama. Walaupun juga aku telah melewati ini berkali kali, tetap saja rasanya nyesek- hehe.
Tahun ini sepertinya aku mengambil spasi dan jeda- dari grup yang tak penting. Keluar dari grup wa keluarga ternyata tidak apa apa, toh selama ini aku juga silent reader- seperti grup grup lain. Aku pikir kini aku tak punya kewajiban untuk berusaha- entah apa, diterima, mungkin? selaras dengan pemahaman yang kini diberikan orang lain untuk apa apa yang menjadi keputusan dan pemikiranku sendiri.
Dari kecil, kita diajar, dianjurkan, disuruh, diperintah, di'perbaiki', sesuai dengan standar dan preferensi orang tua, keluarga dekat, om dan tante yang suka berceramah demi 'kebaikan'. Apakah yang patuh dan selalu menurut adalah pilihan yang terbaik, atau dilakukan hanya untuk menghindari perdebatan dan konflik? entahlah.
Kupikir aku juga bukan orang yang terlalu naif dan sok kepintaran yang sudah tidak mau memperbaiki diri, tapi di tahun ini, umurku sudah menginjak 30 tahun. Dan aku pikir, aku sudah bisa lah punya preferensi tentang bagaimana aku menjalani kehidupan yang aku mau- tanpa merugikan dan bisa seminimal mungkin mengganggu, merepotkan hidup orang lain. Semoga.
Sebenarnya, aku selalu menyukai suasana lebaran, suasana yang memang sudah pas ada setahun sekali. Sebagai pengingat, keluar dari hal hal biasa di hidup, untuk melihat lebih banyak masalah, untuk memiliki alasan lain bertemu dan belajar cara menghadapi orang-orang. Aku pernah bertemu dengan lebaran yang sangat ramai, melelahkan. Masa pandemi ini sekaligus moment yang menyenangkan bagiku karena aku jadi punya alasan untuk tak kemana-mana, walau sedikit bersalah karena tak ikut kedua orang tuaku mengunjungi saudara-saudaranya yang lain.
Yah, begitulah lebaran kali ini memang spesial. Kadang aku berharap aku bisa memberikan yang terbaik untuk orang orang yang benar benar dekat denganku, walaupun aku sekaligus ketakukan apabila aku jadi berharap terlalu lebih, dan orang lain berharap terlalu lebih akan kehadiranku pula. Aku ingin hubungan yang biasa, sedikit berjarak, namun tetap membuatku nyaman, dan tetap spesial, selalu di hati.
Semoga kita selalu punya orang orang terdekat yang selalu support dan mampu kita support kembali tanpa mengorbankan hal hal lain. Semoga kita selalu punya orang yang spesial, yang selalu jadi rumah, tapi juga mampu kita selalu cintai tak perduli seberat apapun masalah di depan.
Selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin.