aku telah menduga duga
pada tiap kesempatan yang ada
tentang bagaimanakah wajah yang datang
mengenai bagaimana masa depan
dan caranya yang datang
apakah pada pertemuan pertemuan
yang terlalu singkat
atau basa basi percakapan
yang menghidupkan
atau memadamkan api
aku bertanya tanya
bagaimana wajah asli cinta
pada api yang membakar
atau pada salju yang beku
atau pada hari hari
ketika aku tidak melakukan apa apa
kosong, dan lewat begitu saja
pada tiap tiap yang bernyali datang
apakah aku hanya punya hak
untuk menyambutnya tiba
atau tersenyum mengantarkannya pulang
kemudian menutup pintu
pada malam dan tidur yang tak cukup
aku menanyakan diriku sekali lagi
inginkah aku akhirnya melihat
membuka sekat
dan pada akhirnya mengetahui,
bagaimanakan rupa
atau apakah yang aku cari selama ini
memang sudah tidak lagi ada
atau tidak pernah ada
hari ini aku berhenti mempertanyakan
hingga kupersilakan ia menunggu
menunggu dirinya, menunggu aku
menunggu
karena aku,
telah kehilangan apa apa
untuk tidak lagi menginginkan apa apa
ternyata selain ingin memiliki
aku akhirnya mengenal rupanya yang lain
berani melepas
berani membiarkannya bebas
entah untuk pergi yang jauh
atau untuk datang lagi kembali lain hari
bandung, 28 september 2019
Sunday, September 29, 2019
Friday, September 20, 2019
yang terkenang dan yang akan dilewatkan
Sungguh aneh bagaimana
caraku mengingatmu, contohnya pagi ini, ketika aku mendengar sebuah lagu, yang
membuatku mengingatmu seperti memandang layar proyektor yang menayangkan
potongan-potongan kenangan, yang tiba tiba hidup dan menggoda pada saat saat
yang berbahagia, lagu Bahasa Kalbu- Titi DJ.
Percayalah,
hanya diriku paling
mengerti
Kegelisahan jiwamu kasih
Dan arti kata kecewamu
Kasih yakinlah,
hanya aku yang paling
memahami
Besar arti kejujuran
diri, indah sanubarimu kasih,
Percayalah…
Aku pikir hal itu bermula
ketika aku masih merasa menjadi yang paling berbahagia di dalam hubungan kita,
kemudian tiba tiba, entah darimana kau meminta,
“tolong puterin lagu Titi
Dj yang Bahasa Kalbu dong” di mobilmu.
Kemudian kau bercerita
tentang bagaimana kau menyukai lagunya,
“aku suka lagunya” katamu
dengan mata yang berbinar,
kemudian sambil menatap
jalan, kau menggenggam tanganku. Hangat.
Dan aku ingat, sepanjang perjalanan yang cukup singkat itu aku banyak
tersenyum dan tertawa dengan tingkahmu maupun usahamu menyanyikan lagu itu dengan suaramu
yang sumbang. Perasaan aneh, bahagia
yang asing sekaligus familiar.
Sekarang jika aku
mengingatnya lagi, sebenarnya hal itu adalah hal yang aneh, seperti, Bahasa
Kalbu adalah lagu yang sudah cukup lama. Haha. Dan tiba tiba aku mulai menyukai
lagunya juga. Atau mungkin yang aku
sukai adalah kenangan kenangan kala itu.
Entahlah.
Kenangan-kenangan
tentangmu seperti tayangan-tayangan yang hidup di kepalaku, kadang tiba tiba
terputar dalam masa-masa sulit dalam hidup, untuk sekedar membuatku tersenyum,
mengenang yang manis-manis dan kembali bersemangat menghadapi hal hal yang
berat.
Terkadang aku pikir, kau
adalah orang yang cukup aneh… atau tidak terlupakan. Entahlah, atau mungkin gara-gara aku hanya
belum menemukan lagi seseorang yang lebih baik dan mengganti memori memori yang
sudah usang itu dengan yang baru. Belum ada pula yang cukup membuatku terkesan.
Hehe.
...
Di dalam senyummu
Kudengar bahasa
kalbumu
Mengalun bening
menggetarkan
Kini dirimu yang
selalu bertahta di benakku
Dan aku kan
mengiringi
Bersama
Di setiap
langkahmu
...
Beberapa
kenangan akan tersimpan, tetap hidup, menunggu proyektor menampilkan lagi
masa-masa berbahagia, kadang pula aku heran, mengapa di file yang tersimpan di proyektor itu, hanya senang menayangkan
masa-masa bahagia, bukan masa-masa ketika yang ada hanya amarah, kecewa, dan
hubungan yang sudah tidak lagi menyenangkan.
Lebih
sulit untuk mengingatnya, untungnya, kadang aku akan memaksanya pula untuk
ingat, sehingga akan lebih mudah, untuk tidak berlama-lama larut dan lupa waktu memandangi proyektor
itu. Semudah menekan ‘next’ pada playlist kali ini.
karena setelah aku tersenyum
mengingat
kenangan-kenangan manis
di masa yang telah lewat
aku akan ingat pula,
hanya diriku sendirilah saat ini
yang bisa
membahagiakan diriku sendiri
setidaknya dari lagu yang kuputar,
ataupun lagu yang akan aku lewatkan kali ini.
5.55 am
CK, 20 September 2019
Monday, September 9, 2019
tentang jawaban
kadang jawaban datang tapi kau sudah terlalu lama lupa pertanyaannya.
kadang jawaban datang tapi kau sedang menginginkan terlalu banyak pertanyaan.
kadang jawaban datang tapi kau tak tau pertanyaannya.
kadang jawaban datang tapi kau sedang tak ingin mengganti pertanyaan.
kadang datang jawaban pada pertanyaan yang keliru, tapi kau tak akan pernah tau.
kadang datang pertanyaan yang keliru, tapi kau menukar pertanyaannya.
kadang datang jawaban, dalam contekan, tapi kau sedang tak ingin curang.
kadang jawaban datang, tapi kau menginginkan yang memberikanmu pertanyaan.
kadang jawaban datang, tapi sudah tidak ada yang bertanya pagi ini.
kadang jawaban datang tapi kau sedang menginginkan terlalu banyak pertanyaan.
kadang jawaban datang tapi kau tak tau pertanyaannya.
kadang jawaban datang tapi kau sedang tak ingin mengganti pertanyaan.
kadang datang jawaban pada pertanyaan yang keliru, tapi kau tak akan pernah tau.
kadang datang pertanyaan yang keliru, tapi kau menukar pertanyaannya.
kadang datang jawaban, dalam contekan, tapi kau sedang tak ingin curang.
kadang jawaban datang, tapi kau menginginkan yang memberikanmu pertanyaan.
kadang jawaban datang, tapi sudah tidak ada yang bertanya pagi ini.
Kemayoran, 8 September 2019
Tuesday, September 3, 2019
Favorite Indonesian Movie Week
Sebagai penikmat dan penonton film awam yang menonton film untuk terhibur dan lebih suka nonton film crime-mystery-action, minggu ini sedang ada dua film indonesia yang lagi banyak diulas, Gundala dan Twivortiare. Untuk Gundala, jadi lebih nontonin tentang Joko Anwar, meskipun ga nonton film-filmnya Jokan yang dulu, karena gak suka horor. Film superhero yang terakhir ditonton adalah film spiderman yang gak terlalu aku suka karena lebih banyak mengangkat tentang citna-cintaan remaja. Gundala ini menjadi pelipur lara nontonin film ini, sepertinya film terakhir yang aku suka dalam genre action itu Anna, Tomb Raider, Salt, Ocean Eleven film film dengan karakter cewe cewe pinter, semacam agen rahasia (yang bekerja dengan pemerintah) dan jago berantem yang diselingi dengan memecahkan kasus adalah alur film yang aku "gue banget" lah. Haha.
Beberapa hal yang aku sukai dari film ini yaitu setting suasana, kehidupan Gundala yang cukup digambarkan dengan asik (personal references- dari yang suka nontonin daily vlog kamar-kamar kos kecil tapi lucu) sebagai kehidupan kelas pekerja dengan pekerjaannya sebagai sekuriti pabrik koran. Dan dari twitternya bang Jokan, memang ternyata setting kos Sancaka adalah kosnya Jokan jaman dulu.
Beberapa detail yang aku suka di sebuah film, yaitu bagaimana dia menjalani hari sepulang kerja, detail detail kamar ketika hujan dan petir. Kemudian, film dibangun dengan menggambarkan Sancaka kecil yang ditinggal ayah dan ibunya, bagaimana ia bisa bertahan dengan menemui Awang, yang karakternya aku suka karena film ini menggambarkan Awang sosok yang cuek cuek tapi peduli dengan ketidakadilan yang ia lihat ditambah dengan jokes jokes yang aku suka dalam percakapan Sancaka-Awang.
Sebagai penggemar bela diri, cukup memuaskan melihat Awang, mungkin karena dia memang atlet bela diri dan anak dari Cecep Ruhiyan, jadi gerakan-gerakannya memang believable dan menarik. Walaupun masih ingin melihat lebih dalam scene-scene berantem.
Selanjutnya kehidupan Sancaka besar sebagai sekuriti pabrik mulai terusik ketika pada saat itu keadaan kota sedang kacau dan terjadi kerusuhan di berbagai tempat, yang mengantarkan ia bertemu dengan Wulan, tetangganya yang juga aktivis (?) atau pedagang pasar (?) yang membela pedagang pasar dari preman-preman yang mengganggu mereka.
Kemudian konflik berjalan dengan menggambarkan anggota dewan yang terusik dengan adanya Pengkor, yaitu 'rakyat' yang sering mengusik mereka, seorang pengusaha yang juga memiliki panti asuhan yang menampung anak anak, dimana kemudian digambarkan pada masa kecilnya adalah orang yang sangat kejam dan mampu mengorganisir anak-anak di panti asuhan untuk setia kepadanya, disini kemudian anak-anak tersebut tersebar di seluruh dunia dan difasilitasi untuk unggul dalam berbagai bidang seperti model, chef, pengukir kayu (?) dan beberapa profesi lainnya tetapi juga diajarkan untuk menguasai bela diri, anak-anak ini juga setia kepadanya dan dapat dimanfaatkan untuk membantu Pengkor.
Villain di film ini digambarkan bernuansa politik dengan ideologi Pengkor yang juga sadar telah terjadi kekacauan dimana ada anti-trust antara rakyat dan wakil rakyat, kemudian statement Pengkor yang sadar bahwa 'rakyat memang harus dibuat bodoh' dan tidak tahu apa-apa untuk tetap bisa mengontrol mereka. I think this scene quite potray the chaos that happened.
Menariknya, beberapa villain dan patriot lain juga muncul sebentar sebagai teaser untuk film selanjutnya sehingga klimaks film ini seperti akan ada dan tersebar kembali di film-film selanjutnya.
Film yang cukup memuaskan di bulan Agustus-September ini, sudah lama rasanya tidak se-excited ini dengan film film Indonesia, karena tahun ini setelah melihat beberapa trailer aku hanya tertarik menunggu film-film model Charlie's Angel dan The Laundromat (Netflix) -selain beberapa film streaming yang kalau senggang pasti aku tonton juga.
Film selanjutnya yang baru kemarin aku tonton adalah Twivortiare. Film yang dibintangi Raihanuun dan Reza Rahardian yang diangkat dari novel Ika Natassa. Dulu, metropop nya Ika Natassa adalah genre novel yang aku suka yang menggambarkan cewe cewe kantoran cantik dan pinter yang tentu saja~ dibikin galau sama cowok dan cinta cintaanya. Hampir males nonton film ini karena nonton film Ika Natasaa sebelumnya sama mantan dan dibikin galau, rasa-rasanya hidup sekarang sudah settle dan ga butuh gegalauan lagi apalagi di big screen karena anaknya emang gampang baper. Wk. Tapi akhirnya pas jam kosong butuh inspirasi ya udahlah nonton aja penasaran.
Bagian yang paling aku suka di film ini adalah bagaimana mereka menggambarkan perkelahian-perkelahiannya Alexandra dan Beno. Hal hal kecil yang memang dalam hubungan bikin gondok, padahal kalau lagi gak bucin dan berakal sehat, hal itu gak akan jadi masalah. Tapi memang, kalau sedang dalam hubungan, penuh dengan hal hal konyol gak bisa dijelasin dengan logika yang bener (loh kok jadi curhat wkwk). Film ini juga bisa menggambarkan patah hati, dan ketakutan untuk memulai kembali dengan orang yang sama dengan sangat natural menurutku, masih masuk akal-lah, apa yang menjadi ketakutan mereka dan hal hal yang memang harus ada dan dijaga dalam hubungan jangka panjang. Sebagai orang yang memiliki pengalaman hubungan yang hampir sama- minus ending bahagia seperti di film ini (hhh) film ini oke banget untuk membawa kenangan-kenangan yang mirip, yang aku pikir beberapa orang kebanyakan juga memiliki hubungan yang seperti ini. Typical perkelahian-perkelahian pasangan pada umumnya. Film yang natural, kecuali tentu di ending yang gak masuk akal karena mereka nikah dua kali dan balikan lagi (ga terima) wkwk. Tapi filmnya menyenangkan, dan gak bikin ngantuk (pernah trauma karena ngantuk banget di bioskop tapi sayang mau pulang). haha.
Score: (biar ala-ala fav reviewer, cinecrib)
Gundala 8/10
Twivortiare 7/10
Subscribe to:
Posts (Atom)