Akhir-akhir ini, rasanya aku sudah tidak lagi menjadi diriku sendiri. Setidaknya, diriku yang aku kenal. Entah kenapa, rasanya terlalu banyak yang berubah. Ternyata, memiliki waktu yang banyak dengan diri sendiri membuat kita lebih mengenal diri kita sendiri. Sebelumnya, mungkin aku terlalu terjebak dengan waktu waktu yang panjang dan kesibukan serta kesenangan mencari kesibukan itu sendiri sehingga akhirnya aku tidak benar-benar mendengarkan diriku sendiri.
Masih ada beberapa hal yang dipikirkan ketika malam sudah larut dan mata masih belum bisa terpejam. Perasaan takut, menghadapi masa depan, perasaan tertinggal langkah dengan orang lain. Ketakutan akan bagaimana orang lain akan salah memahami kita. Dunia tiba tiba menjadi begitu menakutkan dan membuat resah.
Kemudian malam berganti dan pagi datang. Dengan pikiran yang segar dan baru, yang sekiranya mampu menghadapi apapun yang hari tawarkan.
Terkadang perasaan hanya apa apa yang kita tangkap dari ruang kosong. Perasaan yang datang, yang berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, tekadang terlalu hebat menghantam hingga terasa seperti gelombang-gelombang kesedihan. Satu kebaikan yang kita rasakan, yang membuat kita bangun di pagi hari dan tersenyum, bahwa rupanya setelah kesedihan-kesedihan, hidup juga menawarkan kebahagiaan kebahagiaan kecil yang bisa kita tertawakan.
Hidup masih misteri dan tanda tanya besar yang belum bisa aku pecahkan, tapi karena satu dan lain hal, ia mengajarkanku untuk terus bangun, menghirup nafas, merapikan tempat tidur, dan berdiri, mempersiapkan diri untuk terpaan badai badai yang akan datang.
Mungkin kau akan jatuh dan terhantam hingga malam, namun kau esok pagi, kau tidak akan punya pilihan lain selain bangun, dan kembali menghadapi kenyataan-kenyataan.
Bandung, 30 Juli 2018
No comments:
Post a Comment