Pada umur yang sudah tidak muda lagi (dan masih single), jatuh cinta kadang telah berubah format, mungkin tidak terlalu banyak, tapi ada hal hal yang terasa lebih esensial, lebih sederhana namun hangat. Pengalaman kadang membuat seseorang lebih bijak dan dewasa, kadang juga membuatnya menjadi lebih getir dan pahit dalam menghadapi hal remeh temeh manis tentang cinta. Tapi, bukan berarti seseorang menjadi tau semua- pada jatuh cinta, semuanya akan bertekuk lutut pada perasaan manis yang membuncah di dada- yang bisa saja berujung melakukan tindakan dramatis, romantis, atau juga memendamnya rapat dan lama karena perasaan yang begitu hangat dan mengalir dari perjumpaan perjumpaan yang begitu takut dikacaukan.
Mungkin pula jatuh cinta kini adalah bentuk percakapan-percakapan, karena apa tindakan yang lebih esensial untuk mengenal seseorang selain percakapan percakapan sederhana.
Sebagian besar (80%) film ini adalah hitam putih, warna yang menegaskan dan menjadi pertanyaan demi pertanyaan yang akan dijawab satu persatu dalam adegan demi adegan. Penjelasan layaknya youtube film favoritku, studio binder yang diurai dengan cermat, penuh kritik dan menggelitik. Adegan demi adegan juga dirangkai dengan alsan yang logis dan memiliki twist twist yang dengan cermat ditanam dan direveal satu persatu ala Christopher Nolan dan film film plot twist. Seru, hangat, dekat.
Menurutku, jaman sekarang, orang tidak lagi melulu tertarik menonton film karena trailer. Awalnya aku menonton trailer tapi belum ada dorongan dan urgency buat nonton (yang mostly sendirian sepulang kerja), tetapi karena aku menonton 2 podcast, in frame-ernest prakasa dan cinecrib. Maka sudah bulatlah niat untuk menonton di hari pertama.
Menonton film ini saya menjadi berpikir setelahnya, sebenarnya apakah yang membuat saya menyukai sebuah film, terutama film ini. Bisa jadi adalah perasaan yang terhubung- alias perasaan perasaan familiar, dan apa yang saya lakukan dengan perasaan itu. Hubungan hubungan yang pernah dilewati dan 'umum' karena ah, kita pernah merasakan hal yang sama- hingga terasa menarik melihat perasaan perasaan yang familiar itu disajikan di layar kaca.
Penggambaran perasaan- adalah elemen yang paling kuat dari penceritaan ini. Apa yang dilakukan seseorang saat jatuh cinta? apa yang dilakukan seseorang saat berduka? Saat menyukai seseorang, tapi juga ingin menjadi dirinya sendiri, ingin menyuarakan isi pikirannya (yang mungkin saja jadi terlihat 'kurang peka' atau sedikit egois) dari perspektifnya sendiri. Saat dewasa, mungkin saat jatuh cinta orang lebih akan menjadi dirinya sendiri, tak terlalu berusaha menjadi orang lain dan membuat orang yang disukainya terkesan secara berlebihan karena mereka ingin dicintai sebagai dirinya yang utuh, dirinya yang telah penuh, dalam versi yang terbaik- namun juga tak melukai prinsip prinsip yang telah teguh dilakukan selama ini.
Esensinya, film ini adalah refleksi personal penulis mengenai kepenulisan serta menceritakan persepsinya terhadap industri film yang disuguhkan dalam bentuk 'meta'. Dihadirkan dalam dialog-dialog sehari hari perbicangan dua orang teman lama yang bertemu kembali. Aku selalu mengapresiasi film yang 'effort' untuk menanamkan petunjuk demi petunjuk untuk menyelesaikan teka-teki, dibalut dengan akting natural dan penggambaran jatuh cinta yang sederhana, namun memikat.
10/10 *definitely my favorite indonesian movie this year
No comments:
Post a Comment