kita adalah penghuni kota
yang kehilangan warna
tinggal abu, sisa abu
digadai pula
kata kata adalah senjata terakhir
menikam tulang belulang
menyindir yang tuli
dengan gagah perkasa
di distopia
kita menggantungkan semua bara
pada cinta yang disembunyikan dengan lihai
pada ujung pedang dan darah penghabisan
garda terakhir mempertahankan kewarasan
berkata jujur sebagai armor tercendekiawan
mungkin kita akan tenggelam
dalam darah yang menyala
pada kesalahan
tak bertekuk lutut
pada kuasa
sedang dunia punya mereka
sedang mereka renyah tertawa
kulinangkan air mata penghabisan
pada takdir yang menggenang
di sudut sudut kota
semut kecil yang berteriak
tak terdengar suaranya
sedang telinga batu
hatipun juga
marilah tenggelam dalam senang
lupakan semua yang membebankan
pada malam sunyi dan semua kembali
kita menjelma kunang kunang
menerangkan malam kembali
besok kita kembali dengan amunisi
bertarung sehormat hormatnya
mempertahankan entah apa
mungkin kesadaran yang menggema kecil
di sudut sudut hati.
63/366