Sudah seminggu terakhir ini, semenjak pandemi. Kayaknya udah ngerasa kebanyakan berpikir, kepala penuh, tapi kegiatan jarang, mungkin jadinya sesekali pusing (apa karna jadwal tidur yang memang tak pernah teratur). Beberapa hari yang lalu kemudian berusaha membatasi waktu melihat layar, karena beberapa bulan ke belakang kayaknya nonstop mantengin apapun itu yang ada di layar, padahal, tidak terlalu mengerjakan sesuatu yang produktif juga. Huu~
Pandemi ini mengajarkan banyak hal, salah satunya tentang memaknai sesuatu, hubungan dengan orang, sentuhan, cara-cara mengatasi kesepian dan kesendirian. Plus, lebaran ini gak bisa pulang sama sekali karena penerbangan ditutup, tiba-tiba jadi akrab dengan teman-teman di kosan karena akhirnya punya waktu buat ngobrol banyak, sebelumnya cuma hai hai halo saja karena lumayan jarang ada di kos. Teman-teman bertemu via chat, dm instagram sampai yang akhir-akhir ini kutemukan paling seru, ngobrol di voice chat game pubg mobile. haha.
Esensi ngobrol ngalur ngidul sambil menghabiskan waktu, mungkin itu yang paling menarik. Karena semenjak pandemi ini, hal itu sudah jarang lagi dilakukan. Kenapa ngobrol ngalur ngidul itu menarik ya, bagiku itu seperti terapi. Kayaknya, awalnya kita tidak tahu ada apa aja sih yang mengganggu di kepala, kemudian waktu senggang, tektokan ngobrol, kita jadi muter otak mau ngomongin apa hingga keluar deh, apa apa yang mengganggu di kepala. Sebagai orang yang ngaku gak introvert tapi kupikir aku orang yang sedikit menutup diri, haha. Menemukan orang yang 'klik' itu untung-untungan, orang yang bisa buat tergantung dan bisa jadi 'safety net' kapanpun kita butuh untuk mengeluarkan uneg-uneg. Kadang juga mesti 'tau diri' dan paham bagaimana cara 'keeping the spark' atau bahkan hubungan yang sama sekali tak membuat berpikir. Seperti hubunganku dengan blog ini, yang sudah ditulis bertahun-tahun, 'jaring pengaman' yang selalu ada, kapanpun aku ingin monolog, ngomong sendiri di kepala.
Kadang ada harinya insecure parah sampai khawatir dibaca orang lain, karena pernah, dibaca orang lain, kemudian orang yang baca (yang gak terlalu kenal) lalu ngobrol seolah-olah udah mengenal betul. Padahal kan, apa yang ditulis bisa dibilang 'sisi alter ego' yang lain, bisa saja ketemu langsung dan sama sekali berbeda. Karena menurutku selalu ada separuh kebenaran yang terkandung dari segala sesuatu.
Pengalaman yang unik juga, kali ini bakal menghabiskan waktu di kos, ketika tahun lalu, dan tahun tahun sebelumnya, selalu dihabiskan bersama keluarga. Ada seorang teman yang mengomentari pasti sedih, dan lain-lain. Kukira, perasaanku (sampai saat ini) ya, biasa saja. Karena tau tak lama lagi, setelah menyelesaikan pendidikan ini, aku akan pulang kembali ke Pontianak.
Kupikir, aku memang tak pernah menganggap sesuatu yang seremonial itu sebagai 'esensi', cuma cangkang, bagiku yang terpenting adalah keluarga yang selalu ada dan menjaga, teman-teman yang bisa diandalkan saat dibutuhkan, hal hal kecil di kehidupan yang bisa menghibur dan pikiran sendiri yang bisa menjaga dirinya sendiri agar tetap 'waras' dan berpikir, kemudian menemukan hal-hal yang bisa disyukuri. Kehidupan memang fana, tiap hari hal hal berubah, waktu juga terlewat dan dilewatkan, kita memang harus siap dengan apa-apa yang berubah, walaupun memang sudah nalurinya untuk membandingkan, comparison is the thief of joy, they said. Semoga saja bisa tetap waras tergempur, bertahan dalam badai, dan selalu menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, kemudian terus berjalan, melanjutkan hari-hari.
Bandung, 23 Mei 2020
No comments:
Post a Comment