Kupanggil ia rumah.
Karena di hatinya hatiku bernaung, tak mau pergi
kupanggil ia rumah.
karena setiap kali langkah kakiku melangkah pergi
selalu menyeret setiap ingin untuk kembali
kupanggil ia rumah.
karena meski telah seribu caci maki
selalu ada seribu satu maaf seketika dari hati
kupanggil ia rumah.
karena meski pintu pagar telah tertutup
dan pintu depan telah terkunci
selalu ada cemas dan harap untuk diterima kembali
kupanggil ia rumah
karena mudah saja, untuk selalu mencintai kembali.
berulang ulang kali.
berulang ulang kali.
berulang ulang kali.
Pontianak, 30 September 2013
No comments:
Post a Comment