Beberapa hal memang tidak seharusnya terjadi, beberapa berlangsung begitu kacau sehingga kala itu aku merasa seperti busur panah yang melesat dan membakar habis semua yang berada di hadapnya. Tapi waktu ternyata sudah berlalu, api itu telah reda, tapi rasanya masih seperti kemarin.
Tidak akan ada penyesalan, seperti semua yang sudah Tuhan rancang, tidak ada yang meleset, bahkan patah hati-patah hati kecil itu. Semuanya tidak luput dari takdir, tugas manusia, sudah sampai pada usaha dan doa-doa.
Entah mengapa, jauh di dalam hatiku yakin saja. Apapun itu, adalah yang terbaik. Setidaknya, aku memberikan yang terbaik yang aku bisa. Waktu berjalan, hari berganti, bahkan dalam titik terendah, aku masih menikmatinya, menuliskan setiap kata, setiap aku merasa ada resah dan sesak di dada, untuk sekedar mengembalikan memori, menerjemahkan pikiranku tentangmu dalam kata-kata.
Di dalam tulisan-tulisan ini, kau telah abadi. Selamanya di alam pikirku. Menjelma menjadi titik balik yang akan menjadi awal mula perjalanan ini, kau berubah, menjadi alasan aku melakukan hal hal yang baik, mengupayakan yang terbaik, untuk belajar mencintai kembali, mencintai diriku sendiri. Dingin yang kau ajarkan ternyata membuatku kebal dan tidak lagi menggigil, hangat yang pernah kau berikan ternyata membuatku mengingat rasanya di setiap aku kedinginan dan menyimpan nyala api di dalam hatiku. Kau mengajarkanku banyak hal, kau mempersiapkanku untuk begitu banyak hal hal yang akan terjadi nanti.
Maka pada jam jam seisi kota tertidur dan lupa, aku duduk dan mengetikkan kata kata, untuk pamit sebelum lelapku, berterimakasih dan belajar lagi, mempelajari hal hal yang pernah terjadi. Setiap hal ternyata memiliki alasan, dan aku hanya harus berlapang dada menerima pahit dan manisnya.
Sudah dini hari dan sebentar lagi pagi menjelang, karenamu, aku tahu apa lagi yang harus aku lakukan, menyambut pagi dan kesempatan kesempatan.
11 Juni 2018
No comments:
Post a Comment