Sebuah memori yang alpa kulupa. Enggan kuingat. Semua tempat, momen dan cerita yang pernah terlalui bagaikan sebuah gelombang magnetik yang memantul dan menggedor alam bawah sadar untuk kembali tenggelam. Setiap luka tidak pernah hinggap, karena hati pun enggan dan tidak siap. Karena telah ada separuh dari sesuatu yang telah jauh hilang dan tak akan mungkin dilukai lagi.
Waktu bersamamu adalah cukup. Segalanya. Dan sudah lebih dari cukup.
Aku tidak pernah meminta kembali, tidak pula memohon untuk mengulang kembali. Setiap lembar lembar baru yang kumula hanya awal baru, petualangan baru dan cerita baru. Masih belum cukup, dan tidak akan pernah cukup untukku.
Aku memang terlalu ambisius untuk lupa, kemudian lelah mengingat, kemudian membiarkannya tenggelam kala ku lebih jauh berjalan ke tempat yang tidak pernah kuduga. Hidup dalam sebenar-benarnya hidup. Tanpa takut kehilangan sesuatu karena hal itu telah hilang, jauh sebelum aku menemukan.
Hidup adalah rimba yang tidak mampu kau tebak apa yang akan datang selanjutnya. Tapi pula bukan tanpa hukum dan pola pola berulang untuk diprediksi. Ketika yang bisa kujawab hanya entah, untuk memuaskan batin dan raga mengarungi semuanya, mempelajari semuanya. Untuk membunuh waktu, mencari arti yang bahkan aku belum tau benar apa yang kucari.
Tidak akan pernah kehilangan makna ketika segala yang ditawarkan adalah loncatan demi loncatan untuk menguatkan masa lalu. Memaafkan kealpaan yang kubuat sendiri untuk menenangkan diri. Memberi alasan hati untuk berpijak kemudian melesat pergi. Aku meminta maaf dalam ketidaktahuan. Aku meminta maaf karena lupa mengingatkan, bahwa aku akan pergi dan meninggalkanmu. Segera setelah waktunya cukup.
Aku tidak mudah melupakan, juga bukan orang yang mudah menerima. Tapi aku selalu membuka kesempataan kedua, namun pula tak ragu menutupnya. Berjalan dalam roda roda yang ku tak tahu kemana, seorang pengamat, seorang penonton.
Entah apa yang merasuki pikiranku ketika beberapa memori tentangmu masih saja kusimpan di recycle bin. Tidak akan pernah ku-recycle lagi. Tidak pula kuhapus utuh. Kau cukup. Tidak lebih dan tidak kurang.
Kau masih belum bisa kulupakan, hanya tempat ku berlari ketika aku dalam kejenuhan, untuk kemudian mengingat ingat masa yang telah lewat, kemudian lari dari tempatku sekarang. Semuanya lebih dari cukup.
Saat ini cukup.