Kita bertemu pada suatu senja yang kelabu. Penuh dengan usapan semu. Penuh penat ketika masa lalu itu hanyalah bayang-bayang yang mengganggu.
Kamu lelah. Aku lelah. Kita hanya telah lelah dengan kepenatan.
Aku hanya rindu. Tenggelam dalam tenang ketika bibirmu mengecupku untuk mengucapkan selamat malam.
Dan kita menghabiskan kebosanan bersama. Hujan di luar. Hangat bersamamu. Hanyalah ketenangan.
Jalan pulang. Telah lama tak kurindukan. Aku pun merindukannya lagi.
Ketika kita bertemu lagi. Jangan lelah dengan penat, jangan lelah dengan bosan. Karena untuk itu kita ada. Untuk itu kita saling menemukan. Aku rindu jalan pulang. Bersamamu. Berulang-ulang.
Dulu bagiku cinta itu hanya satu dan aku hanya mengerti satu yang kupunya. Yang berakhir dengan penyesalan, pengecualian, dan kepedihan dalam suatu peninggalan.
Tapi bersamamu, aku bebas. Aku bebas mencintai. Aku bebas untuk bosan berulang-ulang. Aku bebas untuk sedih, untuk menangis, untuk merindu yang tak bisa kurindukan. Bersamamu aku menemukan jalan keluar dari tanya yang menghimpit. Ketika hidup yang kulalui terlalu monoton, jemu.
Bersamamu bahagia itu sederhana, kecil kecil dan sedikit sedikit namun membahagiakan.
Ketika kau dan aku bertemu suatu saat nanti lagi. Sampaikan salamku pada seluruh tanah yang telah kau jejaki, sampaikan salamku pada alam yang berbeda, orang orang yang berbeda, perasaan perasaan berbeda yang telah kau lalui untuk kemudian kau ceritakan padaku. Pergilah menjelajahi dunia. Pergilah jauh, kemudian dekaplah aku di seluruh samudera yang kau temui.
Ketika kau dan aku bertemu suatu saat nanti. Hiburlah aku. Buatlah aku tertawa dalam diammu, dalam ketenanganmu. Buatlah aku menangis karena merindukanmu. Buatlah aku takut kehilangan. Buatlah aku rapuh. Untuk kemudian jatuh, kemudian belajar dari kejatuhanku dan mencintai lagi. Mencintai kamu satu kali lagi.
Ketika kau dan aku bertemu suatu saat nanti. Peluklah aku. Lama. Dan jangan pernah kau lepaskan lagi.
#septemberloveletter