Sunday, June 29, 2014

Kebetulan yang hampir saja betul

Beberapa buku yang kubaca, dan film yang kutonton, kudapati mengatakan bahwa, tidak ada yang namanya kebetulan.  Bahwa semua hal terjadi karena sebuah alasan, for a greater good.  Sisi sarkasme dan anti-tesis seketika protes, benarkah seperti itu? bukan hanya keinginan manusia untuk mencari alasan, bukankah manusia adalah makhluk yang paling pandai mencari alasan demi kebaikan dirinya sendiri?

Tentu sebagai manusia dengan ego yang cukup tinggi aku tidak mau dibodoh-bodohi oleh pendapat umum (tidak ada yang mau, tentu) aku mencoba menganalisis sendiri. Kucoba untuk menarik sebuah kata jika, kutarik dari perasaan yang paling menjengkelkan, yaitu pertemuan denganmu; bagaimana jika, pertemuan denganmu itu, lima tahun yang lalu di sebuah mesjid itu bukanlah suatu kebetulan? bagaimana jika, pernikahanmu yang sebentar lagi terjadi itu bukanlah suatu kebetulan? bagaimana jika, kecuranganmu suatu waktu itu bukanlah suatu kebetulan? bagaimana jika, kebahagiaan yang diam diam kudapati sekarang bukanlah suatu kebetulan?

Sebentar, sebentar, jika aku memberikan jawaban, atas pertanyaanku di atas adalah, iya, semua yang terjadi bukanlah kebetulan, lantas apa? antonim kebetulan, menurut http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html adalah disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, dan ditakdirkan. Tentu saja, kau yang merencanakan itu semua... dan aku.  Pertemuan itu, kebahagiaan (pada waktu itu) adalah perencanaan, kemauan kita.  Tapi sayangnya takdir berkata lain, sebentar, kemudian takdir itu apa? nama lain dari 'bukanlah kebetulan'?.

Hidup adalah proses, sebab-akibat? tidak juga.  Karena beberapa manusia cukup beruntung untuk tidak mendapatkan balasan setimpal maupun sama persis atas apa yang dia lakukan di dunia, dari sisi religius dapatlah kita katakan balasan bisa juga terjadi di akhirat, atau hari pembalasan.  Lantas, buat apa suatu kebetulan itu? jika hidup adalah sebuah permainan dadu? mungkinkah suatu hal- atau peristiwa terjadi secara acak? Apakah pertemuan kita adalah hasil dadu dari seribu kemungkinan dan alternatif yang mungkin saja terjadi? Mungkinkah, jika aku bertemu orang lain, ceritanya akan memiliki akhir yang berbeda? atau jika aku tidak bertemu denganmu di hari itu, tapi di lain waktu, yang akan menikah denganmu nanti adalah aku? Entahlah, berimajinasi dengan pengandaian itu sungguh indah, kau tau. Karena yang terjadi dalam hidup kadang memberimu ruang untuk itu.

Kebetulan memberi arti bahwa apa yang terjadi adalah sesuatu yang tidak disengaja.  Mungkin, tidak sengaja oleh kita, manusia, tetapi sengaja oleh Tuhan kita. Tentu semuanya adalah sebagai pembelajaran, baik atau buruk.  Semuanya adalah kesengajaan, sebuah kesengajaan agar kita bisa menjalani hidup, tanpa menuntut untuk terus menerus diberikan yang terbaik, kadang kita terpaksa harus membuat dan berusaha yang terbaik dari hal-hal buruk. Kadang sekalipun kita telah berbuat yang terbaik, takdir tetap memutuskan untuk terjadi hal yang buruk.  "Maka Jadilah Ia".

Seorang dosen di kelas filsafat pernah menjawab pertanyaanku tentang takdir dan usaha suatu waktu dan menarasikan jawaban dari pertanyaanku dengan sebuah perumpamaan.  "Seperti kau diberikan sebuah gitar, kau harus mempelajari kunci-kunci gitarnya, kemudian bisa memainkan sebuah lagu.  Dan temanmu diberikan sebuah gitar, lantas tidak mempelajari kunci gitarnya. Kemudian lampu dimatikan, tentu yang bisa memainkan sebuah lagu adalah kau- meskipun tanpa lampu-karena kamu sudah hafal dan bisa mengira-ngira. Dan temanmu-tidak bisa. Disitulah batas tipis antara takdir dan usaha.  Kau sudah berusaha, temanmu tidak, mati lampu-bagian dari takdir. Kau bisa memainkan lagu, adalah bagian dari usahamu-dan temanmu tidak-bagian dari ketiadaan usahanya. Maka takdir menuntun usaha, dan usaha-menuntun takdir.  Tentu hidup adalah sebuah bagian dari sebab-akibat yang tidak bisa kita duga-duga, tapi kau wajib berusaha, jika ingin memainkan sebuah lagu".

Maka bisa kusimpulkan, bahwa pertemuan kita kala itu adalah ketidakbetulan, sebuah pelajaran bagiku, batu loncatan untuk menemui hal-hal yang baru, sebuah pengalaman yang baru. Bukankah makanan baru terasa nikmat saat kau sedang lapar-laparnya? maka pahit menuntun untuk sesuatu yang manis? patah hati menuntun untuk suatu jatuh hati yang manis? maka terimakasih untuk pengalaman, untuk sebuah ketidakbetulan.

Bagaimana, sudah cukup bingung? aku juga- tapi mungkin yang kau baca ini bukanlah suatu kebetulan.  Mungkin alasan mengapa kau membaca ini adalah karena suatu waktu, takdir kita akan saling berkaitan. Mungkin di kehidupan kali ini, mungkin pula di kehidupan yang akan datang.  Tapi pada saat hal itu terjadi, kau sudah tidak lagi mengingatnya.  Maka ingatlah, tidak ada yang namanya kebetulan.  Jika kita bertemu lagi suatu waktu.


p.s:
a juggle from the recent post.
disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, ditakdirkan - See more at: http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html#sthash.L9ceT71C.dpuf
disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, ditakdirkan - See more at: http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html#sthash.L9ceT71C.dpuf
disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, ditakdirkan - See more at: http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html#sthash.L9ceT71C.dpuf

No comments:

Post a Comment