Sunday, March 31, 2024

hidup

berita kematian baru saja diumumkan, tetangga di depan rumah. berita kematian selalu saja membuat termenung, hidup terasa begitu panjang, juga begitu singkat. aku tidak terlalu mengenal beliau, hanya sering melihatnya lewat, tidak terlalu tua, terkena serangan jantung. mungkin akan selalu kaget karena meninggal dengan cepat, tidak dengan berita sakit dulu. 

hidup adalah batas tipis itu. yang kadang membuat ngeri, kita gak tau bagaimana itu semua akan berakhir, bisa siapa saja, bisa kapan saja.  apakah pekerjaan itu benar benar punya arti, apakah ketakutan dan keterbatasan pemikiran itu benar benar ada di realitas? perasaan perasaan itu, yang sementara, yang nanti dengan mudah terlupakan, yang kadang rasanya terlalu berat.

apakah kita sudah mencoba hidup, satu kali lagi. mencoba sebaik yang kita bisa, mengumpulkan informasi sebanyak yang kita bisa untuk menjalaninya yang terbaik, dari apa apa yang kita pikirkan. 

hidup adalah tentang keterbatasan, ketidakmampuan, usaha yang terbatas, tapi pada akhirnya tentang menjalaninya dengan semua ketidaksempurnaan itu. untuk siap secara mental, emosional dan spiritual dalam menjalani kehidupan, juga berada di tepian akhirnya. 

82/366

Thursday, March 28, 2024

broken promise

 17/30daysoframadhan

jadi gara-gara halangan dan moodswing, udah lama gak nulis lagi. sambil pergi ke luar dan ngopi, beresin sisa sisa kerjaan sebelum libur paskah, sehabis tidur siang. udah gak puasa sekitar 8 hari. padahal di hari ke sebelas kemaren, ngerasa aduh berat banget puasa kali ini, selain karena lagi berasa sepi, panasnya terik banget, eh besoknya langsung dapet. kayaknya Tuhan tau hamba-Nya ini makhluk yang sungguh lemah. Haha.

semingguan banyak juga hal hal yang terjadi di hidup, selain kejar kejaran sama kerjaan yang harusnya gampang tapi ribet, tapi menguras waktu, tapi seru, tapi mager mulainya. kadang kalau udah mulai mikir itu jadi memikirkan banyak hal, tapi sebenarnya gak ada yang real yang harus dijalani juga. di kepala rasanya sibuk dan berat. kadang kalau aku udah ngerasa kayak gini, ngerasa gak cukup, ngerasa gagal, mental breakdown, saatnya punya me time sendiri buat bengong, di tempat lain selain di kamar (karena mostly di kamar juga bengong dan melamunnya), tapi karena tiap hari, melamunnya berasa rada kedistraksi soalnya udah tau mau ngapain aja kalau di kamar tuh. haha. makanya lebih milih di kopishop buat bengong yang paripurna. 

puasa juga ngasih jeda ke olahraga, rasanya kalau jadwal rutin olahraga tuh hidup berasa rame aja bersambung dan menantikan jadwal selanjutnya. karena sisanya selain itu hanya tinggal kekosongan dan jeda. olahraga berhasil ngisi void itu, meskipun kadang dia tetap menggema sepulangnya dan malah jadi gak bisa tidur. 

kadang suka menelaah, apa sih beban yang paling berat yang mengganggu di kepala? mungkin sebagian besar adalah perkataan orang lain, orang yang pentin buat kita, akan ekspektasi orang lain yang rasanya gak berhasil kita penuhi (di pikiran kita sendiri), jadinya merasa gagal, gak cukup. padahal kalau kita di kepala kita sendiri, rasanya semua upaya sudah sesuai dengan kesenangan, kenyamanan dan kebutuhan kita. 

tapi bahkan, kita juga sering luput dari ekspektasi kita sendiri, HAHA. contohnya, luput nulis rutin selama ramadhan di blog ini. tapi kita santai aja, soalnya kita menerima diri kita apa adanya, mungkin, orang yang penting buat kita itu (harusnya) juga sama, menerima kita apa adanya ketika semuanya gak sesuai ekspektasi di kepala mereka. mungkin kita hanya butuh diterima (walaupun di luar kontrol kita), oleh orang orang yang penting buat kita, butuh untuk disayang, diperhatikan, dibanggakan, diberikan yang terbaik.

tapi tiap orang punya ekspektasi terbaiknya masing-masing dan kadang kita saling berbenturan. lantas bagaimanakah menjalani hidup dengan selaras dan benar. tak ada yang pernah benar benar tau kan? hanya yang kita tau, sebatas yang kita paham sekarang. menjalani apa yang pada akhirnya jadi pilihan kita, menjalani semuanya. 

81/366

Thursday, March 21, 2024

ramadhan dan jalan sunyi

 10/30daysoframadhan 

aku selalu merasa beragama itu adalah jalan yang sunyi dan sepi. karena kehadiran Tuhan baru akan benar benar dikhidmati ketika kita khusyu dan fokus tanpa distraksi, masalah personal. jalan sunyi adalah jalan yang tak ramai orang berlalu lalang, mungkin kita akan merasa ditinggal dan sendirian. tapi disitulah kita harus benar benar yakin dengan nilai, impian, makna hidup yang ingin kita kejar ataupun mimpi yang ingin kita wujudkan. tentu, bukan berarti kita benar benar sendirian. tapi, untuk mencapai tujuan, tidak akan banyak  yang mengerti. 

tentu, tidak semua orang mampu memahami apa yang kita inginkan. beberapa mungkin ingin membantu dengan tujuan yang baik atau kepedulian, tapi mereka tak punya perspektif kita, mereka tak memegang apa apa yang menjadi hasrat dan keinginan yang ingin kita wujudkan. kita, adalah satu satunya yang paling paham dan mengerti, apa yang akhirnya harus dilakukan. jika hanya mengikuti arus, kita akan tenggelam di dalamnya, kemudian merasa kekosongan. kita harus benar benar mengisi dengan apa yang pas, sepatu yang fit, hanya untuk cinderella, bukan?

ketekunan, keteguhan hati yang digerus waktu, kegagalan awal yang kadang membuat kita gamam, ketersediaan pilihan yang lebih nyaman juga menjadi begitu menggiurkan, untuk bersantai saja dan tak mengupayakannya, untuk curang dan lari dari apa yang kita inginkan. tapi, kita tak akan pernah benar benar bisa lari dari apa yang menjadi jati diri kita. ia akan kembali besok, minggu depan, bulan depan, dengan pertanyaan yang berbeda. sanggupkah kita menemukan apa yang selama ini kita cari? sanggupkan kita berjalan hingga ke ujung dan tepiannya untuk menemukan pemberhentian terakhir itu? 

terlepas dari keramaian dan hiruk pikuk, sanggupkah kau akhirnya menangani raja terakhir dari semuanya, yaitu dirimu sendiri. sanggupkah kau mengendalikan diri dan membuatnya melakukan apa yang kau mau? bersabarkah dirimu dengan jalan yang akan kau tempuh yang sepi dan sunyi, sedang kau dari gemerlap dan hiruk pikuk yang memabukkan, membunuh waktumu dengan begitu candu dan menyenangkan?

sanggupkah kau mencoba satu kali lagi, setelah ribuan kegagalan, dan kembali, untuk memperbaiki apa yang tak rusak dari dirimu, untuk membetulkan jalan yang masih bisa kau lewati dengan penuh kebosanan. sanggupkah kau menempuh jalan yang begitu sunyi, sedang kau jiwa yang begitu muda dan bergejolak, menginginkan semuanya? 

80/366

Wednesday, March 20, 2024

kutukan pilihan

9/30daysoframadhan

dalam era kebebasan informasi, perkembangan teknologi yang mengantarkan kita pada pilihan pilihan yang semakin banyak informasi yang begitu beragam dengan spektrum yang berbeda-beda. kadang membuat kita jadi gamam dan bimbang untuk menentukan pilihan mana yang terbaik untuk dilakukan. seperti dalam menonton netflix yang saking banyaknya film, buat kita jadi menghabiskan waktu menonton trailer, tanpa pernah bisa bersabar dengan film film yang akan kita tonton, bisa langsung di skip kalau udah ngerasa gak seru, padahal dulu, pas jamannya rental cd/dvd di terminal, kita cuma dikasi waktu seminggu buat nonton 1-3 film, kemudian pilihan terbatas, dan kita mungkin jadi ngerasa benar benar menikmati dan menghayati filmnya, duduk diam dan fokus, menikmati filmnya. 

pilihan yang banyak, untuk menghabiskan waktu juga membuat kita jadi cepat bosan dengan stimulan yang panjang, proses yang lama, kita jadi berasa ingin diburu buru dan memburu kesenangan demi kesenangan lainnya. percakapan dengan teman jadi terasa membosankan ketika baru lima belas menit, dan kita sudah sibuk scroll instagram dan tiktok ketimbang bersabar mencari cari topik pembicaraan. 

pada akhirnya, kemampuan kita untuk menentukan pilihan dengan cepat dan tepat juga semakin diuji dengan banyaknya pilihan yang tersedia itu, kita jadi harus terus melakukan evaluasi, dari pilihan pilihan buruk yang sebelumnya kita lakukan. kita jadi lebih 'aware' dengan apa yang dipilih. tentu beranjak dari pengenalan dengan diri sendiri dulu, memahami tentang bagaimana kita mengambil keputusan, atau referensi dan pertimbangan apa yang kita hitung dalam memilih sesuatu. dalam hidup yang singkat dan dunia yang luas ini, tentu kita tak mau hanya punya satu pilihan, kalau dalam 'kontrak penyedia' saja minimal punya dua pembanding, kalau dalam referensi tesis, kita minimal punya sepuluh referensi, barulah kita dianggap telah bisa membuat pilihan yang rasional dan logis.

kemudian akhirnya bukan hanya tentang apa yang kita pilih, tapi bagaimana kita bertanggung jawab dengan pilihan kita, bagaimana kita bisa berkomitmen untuk menjaga, memelihara kualitas hubungan jangka panjang dari apa yang telah kita buat komitmen itu. karena, tentu value sesuatu baru akan terlihat setelah diuji oleh waktu dan tempaan yang panjang barulah mungkin, kita bisa memetik 'hasil'nya. karena tentu, hal yang instan dan pilihan jangka pendek cepat tergerus waktu, pergantian yang cepat dan mudah pasti jadi opsi. tapi, kita manusia selalu ingin mencari makna dan arti- yang baru akan bisa keliatan kalau kita sampai pada kedalaman itu, yang telah ditempa waktu dan percobaan. 

menjaga kewarasan diri sendiri juga tak kalah penting, karena tentu pilihan kita bisa jadi tidak rasional kalau dari awal kita sudah terpengaruh dan bias, ataupun terburu buru. pentingnya disiplin untuk memanage waktu, tenaga, pikiran, kesabaran, yang juga diperlukan strategi. waktu tenang, meditasi, musik, jurnaling, ngobrol, dan metode metode lain yang diujicobakan ke diri sendiri yang jadi taktik untuk mempersiapkan kita mantap dalam kondisi untuk memilih dan mempunyai pilihan. 

pada akhirnya, semoga pilihan itu selalu tersedia dan jadi lebih mudah. karena tidak ada yang mudah, kecuali 'Engkau' yang menjadikan itu mudah, 'Engkau' yang menjadikan susah itu menjadi mudah. (Hr. Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:225).

79/366

menjadi dewasa

8/30daysoframadhan 

belakangan ada lagu yang populer dari idgtaf, judulnya 'takut', dengan penggalan lirik :

"Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak sekuat yang kukira.."
kemudian seorang teman baru saja berulang tahun, kemudian bilang kalau ternyata ia sudah tua, menginjak tiga puluhan. benarkah jadi dewasa dan 'tua' semenakutkan itu? Hitunglah usia orang tua itu 60-70 kalau sehat, berarti kalau 30an tahun, sudah separuh perjalanan (kemungkinan) masa hidup di dunia. apakah hidup jadi semakin semenakutkan itu? 
awal 30an, aku juga merasakan hal yang sama, merasa masih kurang berguna, belum punya rumah sendiri, belum punya suami dan anak, dan merasa kurang, tak seperti orang orang di umur 30an pada umumnya. sangat gampang terhanyut pada omongan dan standar orang lain. karena, tentu lebih mudah mengikuti berpikir orang lain daripada berpikir dan punya teori sendiri tentang hidup. 
tapi, ngobrol dengan banyak orang (sempat pernah punya goal sendiri buat bisa reach up dan bisa ngobrol dengan orang dengan berbagai umur dan latar belakang kala itu), membuatku memikirkan ulang definisi dewasa itu. tidak semua omongan dan standar orang bisa didengar, begitu pula teori teori di buku tentang bagaimana menjalani hidup. semua boleh punya rumus dasar yang sama, tapi tak semua bisa menghasilkan sesuatu yang sama pula. lagian, pada akhirnya, siapa sih manusia di dunia ini yang tak ingin hidup dengan baik dan benar. tentu jika ditanya semuanya juga mau, mengikuti norma dan 'aturan' normal hidup manusia di bumi kan. 
tapi tentu, tak semuanya lahir dengan 'keberuntungan' itu, beberapa harus melewati perjuangan yang lebih keras dari yang lain, beberapa tertinggal, kemudian menyadari kalau tertinggal justru membuatnya memperoleh beberapa keunggulan lain, beberapa mati matian berusaha tetap 'sama' dengan yang lain, dengan mengorbankan 'yang lain' pula. pada akhirnya, hidup itu adil karena tak semua mendapatkan apa yang diinginkan tanpa mengorbankan sesuatu. 
mungkin menjadi dewasa berarti harus menelan kenyataan dengan pahit kalau semuanya tak berjalan dengan rencana dan memililih, apa yang harus kau lakukan dengan itu? jadi grumpy, atau jadi stoic, terus belajar, atau nyaman jalan di tempat. semuanya pilihan dengan konsekuensinya masing-masing. jalan yang paling baik? mana ada yang tahu. bisa saja kemalasanmu diam diam membuatmu jadi punya jalan takdir yang beda, bisa saja kedisiplinanmu membuatmu malah jadi gagal. ada yang tempe, tapi tidak ada yang tahu (hehe). 
jadi opsinya adalah dinikmati sajalah, kemalasannya, kedisiplinannya, hari produktifnya, hari liburnya, hari sepinya, hari ramainya. mana ada yang tahu buah buah kesabaran itu. jadi dewasa juga berarti jadi tambah sabar, percaya kalau proses itu juga harus dinikmati biar nikmatnya nambah kalau dapat sesuatu dengan ketenangan dan pikiran yang matang. toh, hidup juga tak akan kemana mana. selama mau-nya masih bisa dikurang-kurangin, bahagia sederhananya masih bisa dibikin-bikin, internet masih nyala, ranjang masih empuk, ac masih bisa mendinginkan kepala, gaji masih cukup menghidupi, mungkin, jadi dewasa tak begitu buruk. 
78/366 

Tuesday, March 19, 2024

bayangkan jika kita tidak menyerah

 7/30daydsoframadhan 

kadang yang paling rumit dalam hidup adalah ketika semuanya stagnan, stuck, boring. ketika ada masalah, pikiran dan upaya kita habiskan untuk menyelesaikan masalah- kita jadi punya tujuan. tapi ketika stagnan, zona nyaman memaksa kita untuk jadi 'aman' dengan tak melakukan hal hal yang menghabiskan resources, tak memiliki dampak yang terlalu signifikan untuk kehidupan sehari-hari. karena semuanya sudah stabil dan nyaman. disinilah, growth rasanya berhenti. 

makanya, pernah baca di suatu buku, tapi lupa buku apa yang bilang kalau ternyata rasa bosan itu juga perlu, sebagai alarm, sebagai reminder. gak akan ada keberlimpahan ide kalau gak nemu 'titik jenuh' nya. gak akan ada upaya lebih untuk 'keluar' kalau gak ada trigger atau pemicunya. bisa jadi masalah, bisa jadi rasa bosan. maka kembali lagi bagaimana kita bisa me'manage' rasa bosan itu. untuk rehat sebentar, menikmatinya, kemudian beranjak mencari hal hal yang lebih 'menantang' lagi. 

setiap hari, kita punya dorongan dan keinginan untuk melakukan sesuatu, gak cuma diam di tempat dan melakukan hal hal yang biasa kita lakukan. mungkin, hal inilah yang kadang, ketika di dalam fase nyaman, rasa bosan datang seperti udah gak ada hal hal 'aman' yang bisa dilakukan lagi. 

bayangkan jika kita tidak menyerah

mungkin kita cuma takut, takut bekerja dua kali lipat lebih keras, terpapar pada hal yang tak nyaman, meninggalkan sesuatu yang menyenangkan untuk hal yang tidak terlalu menyenangkan. mungkin kita akan terus merindukan hal hal lama yang kita syukuri, yang tak akan kembali lagi. tapi, pada akhirnya, kita tidak bisa mencegah perubahan itu terjadi. itu akan terus terjadi, sestabil dan sekomitmen apapun kondisinya.

mungkin jika kita tidak menyerah, kita bisa mencoba satu kali lagi, working on the angle. working on something. just not giving up life yet. -walaupun, ada hal hal yang memang harus kita lepaskan, kita ikhlaskan, kita lewatkan, kita cari angle baru. at least we try on something, we move, we live, or- at least we try.

77/366

apa yang menggerakkan kita dalam hidup

 6/30daysoframadhan 

setiap orang bangun, pagi, bergerak menjalankan hidup. mungkin, dalam fase kehidupan awal, bangun pagi cuma mikir makan, excited berangkat ke sekolah, mau nonton film apa, main game apa, begadang sampai malam. rasanya, kalau diingat-ingat, dulu bangun tidur selalu ada saja yang memang tergesa harus dilakukan-kesibukan kesibukan. 

sekarang juga sebenarnya sibuk sih-harus ke kantor, rutinitas yang sama. tapi mungkin, karena sudah bekerja di pemerintahan selama kurang lebih sepuluh tahun. kadang udah gak mikirkan lagi tentang kerjaannya karena sudah terbiasa, tapi jadi mikirin lagi tentang hal hal lain. apa lagi yang mau dicapai, dilakukan, bagaimana biar nggak bosan, atau mungkin jadi membenci beberapa hal. karena setelah sekian tahun bekerja, secara natural kita membentuk referensi, apa yang senang kita lakukan, apa yang tidak senang-apa yang kita benci. tentu, kita tidak bisa mendapatkan semua hal yang senang kita lakukan, pada beberapa titik-kita juga akan membencinya. 

contohnya ketika aku dulu di penempatan awal suatu kantor yang banyak kegiatan ke masyarakat seperti event-event, aku bener-bener gak suka aja dengan acara-acara seremonial (padahal dulu gak ada beban dan tanggung jawab apa-apa juga, cuma sekedar hadir dan berpartisipasi), kemudian aku pindah ke kantor yang kerjaannya benar-benar mengurus dokumen, duduk di depan komputer dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore, sebenarnya aku sangat menyukai kerjaan seperti itu (di belakang komputer dan menganalisis) tapi lama lama aku berasa sakit pinggang mulu dan gampang sakit (deadline mepet dan rapat berhari hari) hahaha. kemudian aku ingat dimana momen, kayaknya enak kalau pindah ke kantor lain. 

kemudian aku pindah lagi ke kantor yang mengharuskanku turun ke lapangan panas-panas dan pergi ke beberapa tempat, aku pikir aku akan membencinya. tapi ternyata, aku cukup menyukainya, bertemu dengan partner kerja yang seru, dengan pemikiran yang sefrekuensi dan kecintaan pada pekerjaan yang cukup tinggi dan sama sama tidak menyukai beberapa hal. ternyata, aku menyukai juga pekerjaan problem solving dan menjalin jaringan dengan masyarakat. aku kira aku kurang menyukai hal hal itu, ternyata rekan kerja yang tepat juga berpengaruh tentang bagaimana kita memandang dan menjalani pekerjaan kita dengan menyenangkan. 

saat ini, aku pindah lagi ke kantor dengan pekerjaan administratif, sedikit kurang bersentuhan dengan masyarakat, lebih ke internal kepegawaian. lumayan struggling dengan bagian keuangan, dimana sebelumnya selama sepuluh tahun ini aku tidak pernah benar-benar terjung langsung mengurus dokumen keuangan, sekarang jadi ikut bertanggung jawab. lumayan banyak juga yang harus dipelajari lagi dan banyak yang ingin aku pahami. rasanya struggling lagi. sebenarnya aku senang belajar, ketimbang bosan dan tak melakukan apa-apa. aku senang punya manfaat dan berkontribusi dalam memecahkan masalah-masalah di pekerjaan. cuma terkadang partner yang tepat, mentoring dari orang lain, juga menjadi tantangan yang harus dipecahkan dan dicarikan jalan keluar. 

pada akhirnya, pola pekerjaanku bukan untuk menjadi siapa yang paling menonjol, paling bekerja dengan sempurna, tapi juga bagaimana bekerja dengan orang lain-hal yang sebenarnya sulit aku lakukan karena aku selalu merasa aku punya kecenderungan introvert yang 'malas' berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, terutama orang yang aku tidak bisa 'respect' dan 'dominan' terhadap aku dan pekerjaan yang aku lakukan. pada akhirnya semua tentang melakukan apa yang kita bisa, untuk 'membantu' orang lain, tanpa juga 'keluar' dari tugas pokok dan tanggung jawab kita, tanpa juga dimanfaatkan oleh orang lain, tanpa juga 'terlalu' mengorbankan diri kita sendiri.

pada akhirnya, pekerjaan adalah apa yang melengkapi kita, sebagai manusia. bukan yang paling utama, tapi bagian dari hidup. diantara diri kita, keluarga, hobi, teman-teman, semuanya harus berjalan beriringan. seperti konsep ikigai, semuanya harus berada dalam lingkaran keseimbangan yang membuat kita merasa puas dengan hidup. yang apabila satu bagian itu menjadi turun kurvanya, penguatan dari aspek yang lain bisa menjadi support kita untuk pulih dan bangun dari keterpurukan. 

semoga kita semua bisa menemukan keseimbangan hidup itu. berjalan dengan cukup percaya diri dan melakukan semuanya dengan 'baik', 'paling baik' dan 'aman'. berjalan dengan batas bawah yang minimal dan cukup memuaskan. semoga kita bisa terus 'bergerak, 'bertumbuh' dalam hidup. dan menemukan jawaban dalam hidup, serta terus menemukan 'pertanyaan-pertanyaan' baru. 

76/366

Monday, March 18, 2024

ramadhan dan asupan jiwa

 5/30daysoframadhan

menyambut ramadhan dengan sukacita- walaupun sebenarnya aku selalu menganggap aku adalah orang yang lebih tertarik pada spiritualitas- daripada religiusitas, jadi memaknai ramadhan selalu pada taraf esensi dan sungguh personal. memperkaya diri dengan ketahanan mental, latihan kedisiplinan, mengontrol diri, menahan keinginan keinginan. seperti fisik, mental pun harus terlatih dengan penuh kesadaran. kalau seperti latihan di gym, harus dirasain pelan-pelan dan sakitnya, biar ototnya kebentuk- seni menikmati rasa sakit demi tujuan jangka panjang yang masih di angan angan. kupikir, begitu pentingnya fiksi, imajinasi, visualisasi, manifestasi, afirmasi positif, termasuk (dan yang sangat penting) doa, ibadah, iman.  ia adalah substansi yang harus mengisi otak kita biar kuat menikmati rasa sakit, kejenuhan, kebosanan, rasa capek dengan perasaan ikhlas, damai, legowo. karena kita yakin, ada yang menyambut kita di depan sana (ataupun tidak). 

aku pernah membaca suatu komentar youtube di konten ramadhan yang bilang, begitu penting peran orang tua pada anaknya, yang dari kecil, menanamkan agama (doa, shalat, dan ibadah lainnya) karena ketika beranjak dewasa dan banyak 'mencoba' hal hal yang berbeda, kemudian hatinya jadi tak tenang, kacau, galau, agama bisa jadi pegangan biar gak 'kejauhan' menjalani hidup normatif dan 'safe', seperti dalam ingatan ingatan masa kecil ketika semua hal lebih 'mudah' dan ringan. aku sungguh bersyukur aku memiliki ingatan-ingatan itu hingga sekarang, agama yang diwariskan, berhasil membuatku 'tenang', sebagai ingatan yang menyenangkan, pengalaman yang transedental, menjadi dekat dengan pencipta. 

dulu, aku pernah ada dalam fase rebel yang membuatku berpikiran negatif tentang agama, yang selalu tentang ketakutan pada surga dan neraka, orang tua yang selalu menyuruh beribadah-tapi aku abaikan dan dianggap 'durhaka' dan tak benar. intinya, aku begitu benci 'dipaksa' beribadah dan 'terpaksa' melakukannya. aku tak merasakan nikmatnya beribadah (juga melakukan hal hal lain) kalau disuruh dan diperintah perintah dengan semaunya dan tidak menyenangkan. juga, aku melihat sosok/orang yang ngomong, yang bisa saja kupertanyakan kredibilitasnya. ditambah lagi, kala itu aku begitu senang membaca yang aneh-aneh, lalu terdampar membaca buku buku ateis. HAHA. kemudian ada lagi satu buku yang buatku sangat berkesan, History of God-Karen Armstrong. buku-buku yang membuatku mempertanyakan ulang 'kepentingan' agama, asal muasal dan sejarahnya. agama, yang dulu buatku begitu magis dan tak tergapai-gaib. di mata sains dan buku buku itu, jadi logis dan memiliki 'fakta fakta sejarah' yang patut disangsikan. aku sempat berpikir yang 'aneh-aneh' setelah itu, mungkin semacam, hilang 'kepercayaan', yang tak lama kemudian, membuat aku merenung dan memikirkan lagi tentang agama.

setelah fase-fase itu, kayaknya aku jadi memaknai ulang beberapa hal dalam hidup, makna tentang diri sendiri (yang masih terus berproses juga sih, sampai sekarang), yang mungkin setelahnya, aku mulai makin nyaman dalam 'beragama', semakin percaya diri dengan 'keyakinan'ku, aku mulai menciptakan keyakinan dan ketenangan buat diriku sendiri. aku tetap memegang teguh islam dan sadar kalau kita tak bisa lari dari 'warisan' agama, ataupun ingatan, memori, sejarah, masa lalu. tapi pada akhirnya, apa yang kita lakukan, dan kita inginkan sekarang, adalah apa yang benar benar aku 'percaya'.

aku percaya, ramadhan adalah kesempatan, untuk mengupgrade diri, kualitas diri, memberi makan jiwa. jeda dan rehat, situasi yang aneh, menantang, berbeda dari biasanya yang membuat kita harus terus bisa beradaptasi, fleksibel, tapi juga terus mengatur strategi bagaimana bisa beraktifitas dengan produktif dalam kondisi yang 'menantang', mengatur waktu, mengevaluasi kemampuan diri sendiri. dan beraharap, semoga jadi lebih baik dari sebelumnya. 

75/366

Sunday, March 17, 2024

hidup terlalu singkat, untuk dilewatkan

 4/30days of ramadhan

masa lalu.

masala lalu seperti memori dan ingatan kabur. di sela sela waktu, ingatan kadang menyeruak dan membuat kita kembali pada ingatan ingatan yang mungkin sudah lama tidak diingat-ingat. semuanya jadi suatu hal yang manis, pahit, menyenangkan, mendebarkan, kita mengingat bahwa kita pernah benar benar nyata dan serius merasakannya, tapi kita juga sudah melupakan semua detailnya. beberapa menjadi kabur dan ambigu serta larut dalam narasi yang kita ciptakan sendiri- narasi yang kita ceritakan dan bawa bawa dalam tiap percakapan. 

 

begitu tidak ada artinya, hal hal yang telah terjadi

ternyata,  begitu tidak berartinya sesuatu, momen, kenangan, ketika semua itu telah lewat. maka beberapa orang menyimpan foto, memorabilia, untuk menyeret nyeret momen yang lalu pada masa yang sekarang. jarak yang paling jauh adalah ke masa lalu, yang tidak akan pernah terjadi lagi. semuanya yang lewat, telah berubah, dan kau, harus terus siap beradaptasi, berubah keluar maupun malah meringkuk ke dalam, mengikuti alur yang boleh jadi bukan keinginanmu, yang tak kau suka, yang kau benci setengah mati. dan pilihan pilihan yang sulit, mengantarkanmu kembali pada persimpangan keputusasaan. 

 

benang tipis menjalani kehidupan

ternyata, semuanya tidak pula terlalu berarti apa apa dan signifikan, cuman otak dan perasaan telah kepalang tanggung, terinvestasi dengan hal hal yang pasti berubah, kemudian cuma sisa isak tangis, dan hati yang mampu menanggung semua air mata. kita berusaha berjalan menyeimbangkan harap itu pada benang tipis tak pasti dan tak tentu. entah hari ini, entah bagaimana besok. semuanya bisa begitu membosankan pada satu hari, dan begitu liar dan menyenangkan esok hari. tapi kita harus tetap bertahan pada kedua hari itu. 

 

bagaimana jika

kemudian penyesalan di waktu waktu kosong itu menarikmu seperti magnet yang menghilangkan semua daya dan upaya, bagaimana jika, semuanya baik dan lancar saja. berharap dan berpikir bahwa semuanya akan lebih mudah, jika saja, andai saja. dan kita memilih mengambang dan tenggelam dalam kolam andai andai itu. tapi, hidup juga akan terlalu membosankan tanpa bagaimana jika, sel neuron akan malas melangkah jika kita tidak berpikir, mungkin akan menemukan harta karun di ujung pelangi, pada hujan deras dan badai ini. bagaimana jika, semuanya berjalan dengan baik, dan semua keluh dan kesahmu. hanya remah remah roti yang akan mewarnai seluruh jalanmu?


mencoba dan bertaruh pada hidup

Waktu akan habis jika kita habiskan mengutuk hal hal yang tak akan pernah terjadi, apa apa yang mungkin saja kita dapatkan-tapi tidak. Tapi di dalam gelimang kemungkinan kemungkinan yang liar itu, mungkin ada sedikit harapan, untuk berdamai. Untuk mengambil jeda dan berpikir, barangkali bisa kita coba. Jika pilihannya adalah bahagia dan menerima takdir, atau tidak Bahagia dan tetap harus menerima takdir. Kita semua dengan sadar akan memilih bahagia-bahagia kecil itu. bahagia yang bisa kita coba coba dan bereksperimen dengannya setiap hati. mencoba bertaruh untuk harapan yang sedikit itu, memiliki harapan meskipun belum bertemu dengan kenyataan-kenyataan itu. beberapa meyakinkan bahwa kita memang sangat membutuhkan fiksi itu, fondasi iman dan harapan untuk yakin ada sesuatu yang berharga di ujung jalan. Bahwa pada akhirnya akan ada yang menenangkan dan kedamaian yang akan menyambut kita setelah semua derita yang kita tanggung. Pada hidup, pada semua yang kita pertaruhkan, setiap harinya.

74/366

Friday, March 15, 2024

puasa, membatasi diri sendiri

3/30 days of ramadhan

Hidup yang laju dengan kecepatan perkembangan yang kadang membuat kita gagap, seperti aku yang kemarin merasa sudah cukup pandai sejak belajar komputer dari jaman SMP dulu, bakal kalah cepat dengan anak balita yang kita telah terpapar handphone dan tab sejak dini. Ngerasa kembali gaptek waktu ngerubah dari windows ke macOS, yang rupanya benar benar gak familiar dengan tampilannya, sesederhana mengubah control jadi command, dan fitur-fitur kecil detail lainnya. Ternyata membuat aku sedikit gagap, takut, rada mental block pas ada deadline dan pengen kembali ke zona nyaman aja dengan tampilan yang udah bertaun taun dipake. 

Juga kecepatan perkembangan chatgpt, ai, serta teknologi teknologi tak tergapai lainnya yang rumit dan tak bisa aku ciptakan dari tangan kosong sendiri. Handphone juga sekarang tak pernah lepas dari tangan, ada berita dan informasi yang kita gak mungkin gak tau, karena begitu cepatnya semua terakses, begitu laju dan cepat, hingga rasanya membuat jeda jeda yang singkat terasa lebih membosankan, tanpa scroll tiktok, tanpa update kabar terbaru instagram dan tau berita dunia, atau grup whatsapp tentang aturan terbaru pekerjaan atau gosip terbaru. Rasanya pada beberapa waktu, jadi terasa begitu overwhelming, memaparkan diri sendiri secara sukarela dengan hal hal yang menarik buatku itu. Tapi diantara kesibukan kefanaan itu, solusinya jadi akan lebih mudah, simpel, tapi juga begitu intrik- segampang mematikan handphone (karena mengabaikannya jauh lebih sulit), kadang ternyata tidak tau itu tenang. 

Pada akhirnya, kita memang harus punya batasan, untuk waras, untuk bisa bernapas dengan lega, pada jeda jeda dalam hidup. Sesimple 'me time'- waktu buat diri sendiri, sesimple bengong melamun, sesimple matiin handphone, sesimple pergi ke luar muter muter tanpa notif, sesimple menikmati waktu dengan pikiran kosong dan 'mengisi baterai' lagi. Di jeda jeda itulah, kita membuat makna dari hidup yang sibuk, membuat tulisan dari hidup yang secara 'tidak sadar' secara penuh itu kita jalani. Untuk kita pikirkan, untuk kita renungi. 

Puasa, seperti ikon dan perayaan dari itu semua. Meningkatkan kualitas dan menahan diri dari dunia selama satu bulan, agar sebelas bulan itu punya arti, agar nanti sebelas bulan yang lain itu akan terasa manis. Bahkan nasi dan telur dadar es teh di hari lain yang terasa biasa di bulan puasa ini jadi terasa begitu istimewa. Seperti puasa dan hal hal lain, barangkali kita harus berhenti dan terus menerus belajar lagi, memperkaya, memperdalam, melepaskan ego, untuk kembali jadi lemah. Sadar bahwa kita cuma manusia yang punya keinginan, dan bisa tak berdaya, yang akhirnya hidup mengantarkan kita pada gerbang dunia, yang bisa kita nikmati- dengan batasan batasan dan kedisiplinan menahan diri, untuk mengecup manisnya nanti, pada saatnya. 

73/366

Thursday, March 14, 2024

Secret of Divine Love

 “When the world goes to sleep, God is the One who is awake with you. God sees the tears you hide with smiles and He embraces the pain you think no one would understand. “Not even an atom’s weight in the heavens or the earth remains hidden from Him” (34:3).”


Secret of Divine Love adalah buku pertama yang aku baca di Ramadhan hari kedua ini. Sebenarnya ingin lebih dalam membaca, tapi kurangnya tidur, pekerjaan yang padat dan jadwal olahraga yang dipindah ke malam hari- terus sorenya udah cape dan ketiduran jadi starter puasa di hari kedua ini. Haha. Ah, entah kenapa senang banget habis olahraga, badan seger- dan yang pasti otak rasanya fresh aja, dibandingkan kalau ketiduran terlalu lama di luar jadwal. Rasanya seperti dapat ekstra tenaga setelah habis olahraga, makan- mandi, dan dengerin musik relaksasi. 

Sebelum membaca buku untuk diulas, kadang aku selalu membaca review/sinopsisnya di goodread. Karena kadang suka stuck membaca buku sedang aku bosan pada point of view atau gaya penulisannya dan jadi kurang tertarik, jadi kadang aku baca positif dan negatifnya biar bisa mengira ngira apakah aku masih bisa menolerir sisi-sisi 'negatif' dari kolom komentarnya. haha. mon maap rada judgemental.

Sebenarnya, salah satu tipe buku yang aku senangi dari kecil- entah kenapa cenderung ke buku buku pengembangan diri, yang bisa dibilang klise dan sedikit fiksi-puitis. Tapi aku bisa bertahan membacanya, berasa ada yang menyemangati. Kupikir, ini buku semacam itu, yang meromantisasi - memaknai ulang kehadiran Tuhan, dengan memaknai kutipan kutipan ayat. Semacam supporter yang bakal membisikimu dengan kata kata manis, kalau Tuhan akan mencobamu, dan menolongmu, dan menghujanimu dengan cinta kasih. Secara spiritual, kita juga harus berupaya dan mendekatkan diri kepadaNya, demi diri kita sendiri.  

Sebagai pembaca buku-buku 'agama' karya Karen Armstrong jaman kuliah dulu, tentu buku ini bukan tipe buku yang 'menggoncang' iman atau 'memperdalam' ilmu agama dan datang dengan ide yang  benar benar baru dan mencerahkan. Semacam tentang rangkaian kata kata indah yang 'menceritakan' atau 'memaknai' kembali ayat  ayat Qur'an sepenggal sepenggal dengan narasi narasi motivasi. Kutangkap buku ini berupaya 'mengenalkan' islam secara general dengan konsep cinta kasih dan lebih universal dengan rangkaian-rangkaian cerita yang terasa personal.  

Overall, I think im kinda confused of the purpose of this book. I dont know, it looks like the religious book- written by an amateur, but want to have some speech. I dont know. But I just search the author and I think its true- its kinda poetic book, but I think some parts of the book intended to advise or kinda feels like patronizing or mansplaining without good or valid arguments. But Its kinda amused me with the words and the 'quote',

2/30daysofRamadhan of 72/366

Wednesday, March 13, 2024

Refleksi dan peregangan

Hidup kadang memaksa kita mengikuti alur dan arusnya dengan laju dan tempo yang kadang sulit untuk diikuti. Kemudian, di tengah jalan rasanya kelelahan, sedang kita merasa selalu tertinggal. Lalu dengan terpaksa, kita berhenti sejenak, dan sadar kalau ternyata tidak apa apa juga tertinggal. Akan selalu ada kereta yang lewat, dan akan selalu ada kesibukan yang akan menyibukkan kita. 

Tenggelamlah kita dalam perputaran mana  yang duluan, ayam atau telur? dan apakah penting, untuk gali lobang- tutup lobang, sedang kita tak begitu tau lobang mana yang menggemakan kekosongan dalam hidup kita.

Untuk memahami suatu substansi, kita akan selalu kembali lagi kepada awal mula, patient zero, alat ukur subjektif- yaitu diri sendiri. Karena pada akhirnya, diri sendiri lah yang akan memberikan nilai, yang akan mengukurnya dari definisi yang pernah kita dapatkan, pemahaman yang pernah mencerahkan kita, pengalaman-pengalaman bias dari diri sendiri, begitu pula dengan sentimen dari diri sendiri yang kepalang judgemental serta paket lengkap dengan pembenarannya. Karena, kita tak lahir dari ruang kosong dan hampa udara, kita adalah paket beserta sejarah yang tak kita pilih, dengan keputusan keputusan terdahulu yang mungkin telah terlalu keras kepala tak akan mau kita ubah dan kita yakini dengan sungguh. Karena, apalah artinya keputusan tanpa alasan, rumah tanpa fondasi- keteguhan tanpa keputusan keputusan yang telah kita buat sebelumnya menkonstruksi pikiran sadar dan bawah sadar kita? 

Begitu pula dengan melakukan refleksi- atau biar tambah rileks- suatu peregangan. Definisi yang harfiah pada- kembali ke pengaturan awal, karena sejauh yang kita tau, ingatan kita mengakar pada titik nol ingatan yang bisa kita callback, pemahaman yang sudah bisa dipahami ketika kita telah sampai pada titik yang telah lewat, bukan pada saat kejadian, agar bisa mengambil gambaran yang lebih besar- kemudian memberikan makna, pada pengalaman-pengalaman serta keputusan yang kita ambil yang mungkin kita kira pada saat itu adalah keputusan yang paling masuk akal- dengan keterbatasan informasi yang kita miliki. 

Setiap hari adalah pertanyaan baru, dari informasi yang dikumpulkan dari pertanyaan sebelumnya, pertanyaannya bertambah sulit, seiring bertambahnya ilmu dan pengetahuan yang kita miliki. Definisi kita pun semakin kaya- dari yang tadinya bingung apakah bisa mendapatkan pekerjaan atau tidak, jadi bingung bagaimanakah cara bertahan dari suatu pekerjaan, kemudian jadi bingung bagaimakah cara menambah pendapatan, kemudian bingung lagi bagaimana caranya mendapatkan jodoh, merekonstruksi romantisme buat diri sendiri, bagaimana cara bisa bermanfaat dan berdampak bagi lingkungan, bagaimana cara bisa menulis lebih banyak, membaca lebih banyak, bertemu orang lebih banyak. Dari titik nol, kita bertambah banyak dan bertambah kreatif dalam menginginkan sesuatu terkait dengan semakin bertambahnya informasi yang kita dapatkan. Pertanyaan yang membuat kita terbentur juga mengantarkan kita pada pertanyaan pertanyaan yang lebih substansif- yang bahkan membuatnya jadi terlihat lebih sederhana dan to do point- mau ngapain aja sih sekarang?

Circular loop itu tak akan habis habis dan kehilangan makna kalau kita tak memberikan jeda dan waktu untuk menyerap maknanya, seperti fungsi dari gratitude journal- metode sederhana yang acapkali dianjurkan oleh orang-orang dengan anxiety. Untuk menarik napas, lebih mindful dengan apa yang kita syukuri, bukan apa yang sedang kita kejar kejar. Kemudian mata pun jadi lebih sensitif, mencari, apa sih yang disyukuri hari ini. Dengan pelan, kita kembali mengeja kebahagiaan. Ternyata, mendapatkannya sungguh bisa diupayakan dari hal kecil, dari diri sendiri, sekreatif bernapas dengan tenang dan menuliskan pikiran pikiran liar yang bikin tak tenang di tulisan ini.

1/30

30 days

Menyambut Ramadhan, sepertinya mau mengubah konsep post #poeticjournal, jadi essay, pemikiran reflektif, sekalian ajang melatih penggalian ide buat pengembangan penulisan kreatif. Karena, ngerasa banget, tanpa tantangan- rasanya bakal lebih cepat stuck. Tapi dengan format challenging- buat diri sendiri, komitmen- yang dimulai dengan diri sendiri ini. Bakal membantu buat konsisten dan disiplin. Jadi 71-100 bakal diisi dengan tulisan naratif-deskriptif. Berhubung yang baca juga mostly random stranger atau yang tau tau aja :p jadi yah, suka-suka lah ya. Hahaha. Punya banyak ide tentang konsep menulis, tapi pada akhirnya, memang rada gelisah kalau gak menulis sesuatu. 

Format puisi sebenarnya bisa lebih mudah, soalnya bisa random, abstrak, gak mesti runtut dan punya makna, tapi juga gak mau terjebak dengan yang mudah. Karena endgame nya blog ini adalah sarana latihan menulis yang lebih daily-shit post buat menulis sesuatu yang serius- yang bakal aku garap nantinya. Walaupun ada yang bilang, bagusnya itu stuck dulu biar nanti bisa menulis lebih lancar, tapi aku selalu percaya dengan konsep practice makes perfect. Setidaknya membangun kepercayaan diri dan kelancaran, karena mungkin, seperti olahraga tenis yang baru baru ini aku latih, memang perbedaan antara melakukan pukulan dengan mental yang bener, percaya diri yang baik- itu sangat berasa banget bedanya. 

Nantinya, kira kira aku bakal ngeresume- atau meng-highligt, merangkum saripati hal hal yang aku pelajari di ramadhan kali ini, dimana (rencananya) aku bakal secara daily membaca islamic books (beside holy qur'an tentunya), konten agama/kajian/dakwah, yang ringan dan topik yang seru buatku tentunya. Dan akupun mengundang kalian untuk ikut, menyelami dan berbagi tentang hal hal fana di hidup ini. Barangkali menarik dan menghilangkan kejenuhan. 

#30daysofRamadhan

Tuesday, March 12, 2024

menggema

namamu masih menggema 
di ingatan, di perasaan
di lembar lembar ingatan
waktu waktu pelan dan mencekam
mengingatkan semua 
yang datang 

yang pertama akan terlintas
tiap kali senja melintas
dan waktu waktu kosong
melamunkan masa masa

dalam mata yang terpejam 
dan dekap yang kosong 
aku tertidur sendiri
melamunkan akhir 
pada lamunan panjang
tentang hal hal yang menyenangkan
suara dan semua upayamu
kini telah tenggelam

suaramu menggema dari masa depan
dari yang tak pernah aku rencanakan 
lamunan panjang membawamu
sampai di pengharapan

mungkin kita takkan pernah sampai 
di kenyataaan

70/366

memulai yang baru

selalu ada kesempatan
untuk mencoba kembali
meluruskan pikiran
membenahi yang retak

mungkin kita berada di tepian
batas ingin menjadi yang baik
yang lebih baik
dan tak perduli
dengan semua

hati kadang terketuk
tak semuanya dijawab
rasa penasaran pun 
hilang datang

apakah kita benar benar
sadar dalam menggerakkan 
seluruh sendi keinginan
atau hanya pion 
yang mengikuti arah angin
entah kemana

hal hal baru selalu ada di depan
tiap tahun dan bulan yang berganti
tiap perpindahan, tiap kesempatan
apa yang akan benar benar kita lakukan
dalam kehidupan

makna apa lagi yang akan 
kita cari cari

kita mulai yang baru
siapa tau, poros berubah
dan hal hal yang kita pertanyakan
pada akhirnya menemukan jawaban

69/366

Friday, March 8, 2024

yang tak aku punya

banyak yang tak aku punya
hal hal kecil yang tak bisa didapat
sekeras apapun aku mencoba
memilikimu, dan
mungkin seluruh upayamu

banyak pula yang aku punya
dia yang mencintaiku 
dengan tulus 
perhatian perhatian
yang tak pernah aku inginkan

banyak yang tak aku punya
waktu yang lebih lama denganmu
kesempatan untuk mengenalmu
sendirian

banyak pula yang aku punya
kasih sayang dan perhatian
teman makan siang
percakapan menyenangkan

banyak yang aku tak punya
kesempatan demi kesempatan 
yang tak kunjung datang
atau malam yang ingin kuciptakan
jauh lebih panjang

banyak pula yang aku punya
seluruh rasa penasaranmu
genggam hangat tanganmu
kejujuran dan rasa bersalahmu
kepercayaan dirimu yang runtuh
di gelap matamu

banyak yang tak aku punya
kau, yang tak ku punya

68/366

Wednesday, March 6, 2024

aku ingin menciptakan waktu

aku ingin menciptakan waktu
dari hari hariku yang penuh dengan kesibukan
yang telah lama aku pelajari untuk terus menerus aku cipta
agar aku tak terlalu kesepian

aku ingin menciptakan waktu 
dari perasaan perasaanku yang tak tentu
setiap waktu singkat yang kuhabiskan denganmu
penuh imajinasi, tak terbataskan kata, tak punya tepi 

aku ingin menciptakan waktu 
di luar duniaku, di luar duniamu, di luar angkasa
biar tidak ada yang mengganggu
tak butuh terlalu banyak, cukup- untuk berdua
menikmati sedikit waktu yang diciptakan

aku ingin menciptakan waktu
bukan memilikimu dengan penuh dan utuh 
dan mengacaukan duniamu hingga runtuh
hanya gemericik air diantara samudera lepas
tertampung memuaskan dahaga yang kehausan

aku ingin menciptakan waktu
kemudian menghabiskannya dengan boros 
dengan kesenangan sebentar yang sementara tapi kusuka
untuk diriku sendiri, untuk senangku sendiri

aku ingin menciptakan waktu,
mungkin sebentar, mungkin agak lama
mungkin juga selamanya- 

67/366

renjana

mari kita memainkan sebuah permainan
yang tak kunjung padam, tak kunjung habis
semua langkah tak pernah dihitung, karena kita menyukai semuanya
hanya berlomba menyenangkan hati, memenangkan perasaan
tak perlu bertekuk lutut, apalagi mengajukan penawaran
tak perlu diminta, dengan sukarela semuanya diberikan
tak perlu dipaksakan, semua sempurna tanpa direncanakan

di malam langit kelam, renjana membakar habis semua kewarasan
mengaburkan semua yang terang dan kata yang terlalu panjang dan bertele-tele
di sore syahdu dan rintik gerimis, perasaan disimpan dengan rapi dan aman
kita jabarkan satu persatu, ketika kesempatan itu datang
dalam lomba paling lihai menyembunyikan maksud dan tujuan
atau menyamarkan keinginan keinginan yang tersimpan dalam

di langit kamarku yang abu kugantungkan harapan setinggi dek
hanya untuk mencicip rasa itu satu kali lagi
tak pernah lebih, tak pernah kurang 
kau yang datang tanpa kuminta 
ku yang akan pergi jika tak kau tahan
ternyata perasaan segampang itu
pergilah jika ingin
dan pulanglah jika kehabisan kata kata

malam serupa puisi yang disibukkan dengan kata kata
mungkin di suatu malam ketika purnama cantik bertengger di kepala
suatu jawaban yang menyenangkan akan ditemukan
iya atau tidak, ia tak pernah menggantungkannya pada jawaban
ia menggantungkannya pada dirinya, dan perasaan perasaannya sendiri
hari ini, renjananya masih terurai pada resah dan malam kuterjaga
memilikimu dalam kepala

66/366

Tuesday, March 5, 2024

yang termaafkan

mungkin ia adalah yang paling pemaaf
karena ia menanggung cinta yang paling banyak
kalah, menyerah kalah
pada perasaan yang datang
pada pukul dua pagi 
langit temaram dan 
air laut sedang menyamarkan
perasaan

mungkin ia adalah yang paling pemaaf 
untuk kata kata yang tidak ia sampaikan
ajakan pergi yang tak akan pernah ia utarakan
postingan yang lain yang ia tak sembunyikan

mungkin ia adalah yang paling pemaaf
karena cinta datang sepaket dengan kata maaf
dan petualangan di tepian batas
yang ia langgar tak sesuai aturan
semua termaafkan pada peluk
yang diinginkan, sebentar lagi
untuk mengakhiri hal hal 
yang tak pernah ingin ia mulai

cinta adalah yang paling pemaaf
karena ia punya sepanjang samudera
dan sepanjang malam di hatinya yang luas
sedang ia pengelana antah berantah
mengikuti hati dan perasaan 
yang tak akan bisa disembunyikan

mungkin suatu hari 
gelombang pasang 
akan mengantarkannya
pada persinggahan
yang membuat semua kesalahan
terbayarkan.

65/366

Sunday, March 3, 2024

yang tak biasa

hidup cukup menjemukan
untuk membiarkan cinta jadi hal yang biasa
ia harus menakjubkan
membuatmu berdebar
dan memberikan perasaan yang asing
yang janggal, yang membuatmu menginginkan 
hal hal yang lebih

ia tak bisa jadi hal yang biasa
meski mungkin kau akan jatuh lebam
pada hal hal kecil
tutup botol minuman
yang ia buka 
saat kau kepayahan

jaket yang diberikannya
saat kau terlihat kedinginan
bill yang cepat segera ia bayar
begitu melihatmu meraih tasmu

cinta jatuh pada hal kecil dan biasa
tapi perasaannya tak boleh jadi biasa
ia harus membiarkanmu merasakan semuanya
mengeluarkan seluruh perasaan
dan mungkin memancing amarah
begitu pula cemburu dan gelisah

tapi kau takkan memperlakukannya dengan sembarang
kau akan hati hati seperti barang pecah belah yang kau jaga
karena kau mulai takut, untuk kehilangannya
jadilah berani
memiliki perasaan
mengalami semua perasaan
terpaparlah pada semua 
kerentanan

jauhkanlah dirimu dari hal hal yang biasa
yang menjemukan dan membosankan
pada hidup yang akan terasa lebih singkat
alami dan terjunlah pada semua perasaan
yang ganjil, yang tak biasa,
dan yang hatimu katakan

mungkin kau akan jatuh dan luka luka
tapi semuanya akan menghidupkanmu
akan memaparkanmu pada resiko
pada pertaruhan yang kalah
atau penolakan yang memalukan

tapi kau berhutang pada dirimu sendiri
untuk jadi yang paling berupaya dan mencoba
semua yang bisa kau lakukan
untuk jadi beda, untuk jadi tak biasa 
untuk jadi yang paling tak menjemukan
untukmu sendiri
untuk hidup dan menyala,

satu kali lagi.



64/366