Monday, June 30, 2014

For you, for today.

I want to collect some memories
that makes me remember your beautiful smile
i want to write some poems about you
and read it out loud in the crowd
i want to hold your hand
and take you on the top of the world
i want to sit at the park with you
and tell so much stories until i cant find another story to tell
 i want to lay down at night
and count the star so i can say how much i love you

i want to spend every second with you, now

so someday, if we can't meet again.

there is nothing left.

6.48 am
Monday, 30th June 2014

Sunday, June 29, 2014

"

"kenangan seseorang itu adalah umurnya yang kedua, dan keinginannya yang tak kesampaian. Selebihnya adalah kesibukannya" - al-mutanabbi.

hari ini, lima tahun yang lalu.

hari ini, lima tahun yang lalu.
kita bertemu di suatu waktu
waktu yang terhenti begitu saja
kemudian berlalu

hari ini, kuingat lagi sebuah cerita apik
tentang hari pertama kita bertemu

hari itu adalah hari ini, lima tahun yang lalu.

di sebuah masjid.
selepas isya.

hari itu aku lelah sekali
tapi lenyap seketika

hari ini, lima tahun yang lalu
jika saja bisa kuputar sekali lagi waktu
untuk mengenangmu

untuk sebuah kelegaan dalam hati
menjumpaimu sekali lagi

hari itu, lima tahun kemudian
aku bersujud selepas isya
berterimakasih

karena hari itu pernah ada.
tidak akan pernah jadi sia-sia.

Pontianak,29 Juni 2014

Kebetulan yang hampir saja betul

Beberapa buku yang kubaca, dan film yang kutonton, kudapati mengatakan bahwa, tidak ada yang namanya kebetulan.  Bahwa semua hal terjadi karena sebuah alasan, for a greater good.  Sisi sarkasme dan anti-tesis seketika protes, benarkah seperti itu? bukan hanya keinginan manusia untuk mencari alasan, bukankah manusia adalah makhluk yang paling pandai mencari alasan demi kebaikan dirinya sendiri?

Tentu sebagai manusia dengan ego yang cukup tinggi aku tidak mau dibodoh-bodohi oleh pendapat umum (tidak ada yang mau, tentu) aku mencoba menganalisis sendiri. Kucoba untuk menarik sebuah kata jika, kutarik dari perasaan yang paling menjengkelkan, yaitu pertemuan denganmu; bagaimana jika, pertemuan denganmu itu, lima tahun yang lalu di sebuah mesjid itu bukanlah suatu kebetulan? bagaimana jika, pernikahanmu yang sebentar lagi terjadi itu bukanlah suatu kebetulan? bagaimana jika, kecuranganmu suatu waktu itu bukanlah suatu kebetulan? bagaimana jika, kebahagiaan yang diam diam kudapati sekarang bukanlah suatu kebetulan?

Sebentar, sebentar, jika aku memberikan jawaban, atas pertanyaanku di atas adalah, iya, semua yang terjadi bukanlah kebetulan, lantas apa? antonim kebetulan, menurut http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html adalah disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, dan ditakdirkan. Tentu saja, kau yang merencanakan itu semua... dan aku.  Pertemuan itu, kebahagiaan (pada waktu itu) adalah perencanaan, kemauan kita.  Tapi sayangnya takdir berkata lain, sebentar, kemudian takdir itu apa? nama lain dari 'bukanlah kebetulan'?.

Hidup adalah proses, sebab-akibat? tidak juga.  Karena beberapa manusia cukup beruntung untuk tidak mendapatkan balasan setimpal maupun sama persis atas apa yang dia lakukan di dunia, dari sisi religius dapatlah kita katakan balasan bisa juga terjadi di akhirat, atau hari pembalasan.  Lantas, buat apa suatu kebetulan itu? jika hidup adalah sebuah permainan dadu? mungkinkah suatu hal- atau peristiwa terjadi secara acak? Apakah pertemuan kita adalah hasil dadu dari seribu kemungkinan dan alternatif yang mungkin saja terjadi? Mungkinkah, jika aku bertemu orang lain, ceritanya akan memiliki akhir yang berbeda? atau jika aku tidak bertemu denganmu di hari itu, tapi di lain waktu, yang akan menikah denganmu nanti adalah aku? Entahlah, berimajinasi dengan pengandaian itu sungguh indah, kau tau. Karena yang terjadi dalam hidup kadang memberimu ruang untuk itu.

Kebetulan memberi arti bahwa apa yang terjadi adalah sesuatu yang tidak disengaja.  Mungkin, tidak sengaja oleh kita, manusia, tetapi sengaja oleh Tuhan kita. Tentu semuanya adalah sebagai pembelajaran, baik atau buruk.  Semuanya adalah kesengajaan, sebuah kesengajaan agar kita bisa menjalani hidup, tanpa menuntut untuk terus menerus diberikan yang terbaik, kadang kita terpaksa harus membuat dan berusaha yang terbaik dari hal-hal buruk. Kadang sekalipun kita telah berbuat yang terbaik, takdir tetap memutuskan untuk terjadi hal yang buruk.  "Maka Jadilah Ia".

Seorang dosen di kelas filsafat pernah menjawab pertanyaanku tentang takdir dan usaha suatu waktu dan menarasikan jawaban dari pertanyaanku dengan sebuah perumpamaan.  "Seperti kau diberikan sebuah gitar, kau harus mempelajari kunci-kunci gitarnya, kemudian bisa memainkan sebuah lagu.  Dan temanmu diberikan sebuah gitar, lantas tidak mempelajari kunci gitarnya. Kemudian lampu dimatikan, tentu yang bisa memainkan sebuah lagu adalah kau- meskipun tanpa lampu-karena kamu sudah hafal dan bisa mengira-ngira. Dan temanmu-tidak bisa. Disitulah batas tipis antara takdir dan usaha.  Kau sudah berusaha, temanmu tidak, mati lampu-bagian dari takdir. Kau bisa memainkan lagu, adalah bagian dari usahamu-dan temanmu tidak-bagian dari ketiadaan usahanya. Maka takdir menuntun usaha, dan usaha-menuntun takdir.  Tentu hidup adalah sebuah bagian dari sebab-akibat yang tidak bisa kita duga-duga, tapi kau wajib berusaha, jika ingin memainkan sebuah lagu".

Maka bisa kusimpulkan, bahwa pertemuan kita kala itu adalah ketidakbetulan, sebuah pelajaran bagiku, batu loncatan untuk menemui hal-hal yang baru, sebuah pengalaman yang baru. Bukankah makanan baru terasa nikmat saat kau sedang lapar-laparnya? maka pahit menuntun untuk sesuatu yang manis? patah hati menuntun untuk suatu jatuh hati yang manis? maka terimakasih untuk pengalaman, untuk sebuah ketidakbetulan.

Bagaimana, sudah cukup bingung? aku juga- tapi mungkin yang kau baca ini bukanlah suatu kebetulan.  Mungkin alasan mengapa kau membaca ini adalah karena suatu waktu, takdir kita akan saling berkaitan. Mungkin di kehidupan kali ini, mungkin pula di kehidupan yang akan datang.  Tapi pada saat hal itu terjadi, kau sudah tidak lagi mengingatnya.  Maka ingatlah, tidak ada yang namanya kebetulan.  Jika kita bertemu lagi suatu waktu.


p.s:
a juggle from the recent post.
disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, ditakdirkan - See more at: http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html#sthash.L9ceT71C.dpuf
disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, ditakdirkan - See more at: http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html#sthash.L9ceT71C.dpuf
disengaja, direncanakan, dijadwalkan, ditentukan, ditakdirkan - See more at: http://indonesian.abcthesaurus.com/browse_antonyms/antonyms_for_kebetulan.html#sthash.L9ceT71C.dpuf

Monday, June 16, 2014

Suatu Hari Di Hari Pertama Kita Bertemu



Suatu Hari Di Hari Pertama Kita Bertemu

Hari ini adalah hari pertama kita bertemu.  Aku masih ingat seluruh detailnya secara terperinci.  Di sebuah surau dekat kampus kita, setelah kegiatan di kampus sambil menunggu adzan isya kau duduk bersandar di tembok dekat pintu masuk, menyilangkan tanganmu, mengangkat kakimu yang panjang sebelah dengan baju kemeja putih yang sedikit kebesaran dan celana hitam yang sedikit terlalu panjang.  Aku baru saja mau masuk ketika tidak sengaja melihatmu, entah kenapa kau tersenyum, yang tentu saja kubalas dengan sebuah senyum yang agak sangsi.  Tunggu, darimana kau tahu itu aku?
***
Hari ini adalah hari pertama kita bertemu.  Aku masih ingat seluruh detailnya secara terperinci.  Di salah satu tempat clubbing hits,  Fortknox.  Sepertinya kau menunggu kedatangan temanmu di pintu masuk, menggunakan kemeja abu abu dengan sepatu boots hitam kau berdiri bersandar di tembok dan menggunakan headset, sebentar, tidakkah aneh mengenakan headset sementara kau akan masuk ke sebuah tempat clubbing, mataku mengamati sekali lagi, kemudian tertangkap matamu yang tiba-tiba saja melihat ke arahku dan tersenyum hangat. Tunggu, darimana kau tahu itu aku?
***
Hari ini adalah hari pertama kita bertemu.  Aku masih ingat seluruh detailnya secara terperinci.  Aku baru saja dikeluarkan dari sekolah lamaku karena berkelahi dan pindah ke sekolah di dekat rumahku.  SMA baruku kali ini, terkenal dengan muridnya yang cerdas dan tidak terlalu nakal.  Aku dipindahkan ke kelas 2 Ipa 1 dan wali kelas mengantarku masuk kelas pagi itu.  Wali kelas mengenalkanku ke seluruh kelas, aku hanya tertunduk malu.  Kemudian saat aku telah mengumpulkan keberanian untuk menatap wajah teman-teman baruku mataku langsung tepat menatap ke arahmu.  Saat itu kamu duduk di bangku paling kanan, kedua dari belakang.  Kaki kananmu keluar dari kolong meja sementara tanganmu memainkan sebuah bolpoint merah, dan ketika melihatku, kau tersenyum.  Tunggu, darimana kau tahu itu aku?
Hari itu adalah hari pertama kita bertemu.  Tapi seperti aku telah mengenalmu, jauh sebelum aku tahu hari itu akan menjadi hari pertama kita bertemu.   Seperti tau tapi tidak tau.  Mungkin saja kita pernah bertemu dan jatuh cinta seperti hari itu di waktu waktu yang lalu.  Mungkin saja kita terlahir kembali dan takdir membuat lelucon untuk membuat kita lagi lagi jatuh cinta di hari pertama kita bertemu, hanya saja kita tidak tau itu.  Karena di hari pertama kita bertemu, kau tersenyum dan aku balas tersenyum.  Karena kita tau.  Kita telah bertemu jauh sebelum itu, di kehidupan yang lalu, dan diberi kesempatan untuk jatuh cinta sekali lagi, seperti dahulu.  Tapi kau juga tidak tahu, bahwa skenario seperti apapun yang kita buat di hari pertama kita bertemu dan jatuh cinta. Tidak akan pernah berlanjut lagi.

Hari itu adalah hari pertama kita bertemu.  Di masjid, di tempat clubbing dan di ruang kelas.  Hari itu kita bertemu.  Nasib dan takdir memang tidak ada yang tau.  Bahwa hari itu akan jadi hari pertama, kurang dari 24 jam dan sekaligus akan menjadi hari terakhir kita bertemu.  Sebuah kecelakaan tumbangnya pohon yang mengenaimu sepulangnya kau dari masjid, tabrakan beruntun sepulangnya kau dari Fortknox dan tawuran sepulang sekolah yang tidak sengaja membuat kepalamu terbentur lemparan batu hingga merenggut nyawamu.  Semuanya akan sama saja, berulang seperti itu saja jika kita bertemu pada hari itu.
***
Hari ini adalah hari pertama kita bertemu.  Di sebuah café 24 jam, aku baru saja datang satu menit sebelum tengah malam.  Aku melihatmu lebih dulu kali ini dan bergidik, cepat kutundukkan wajahku agar aku tidak melihatmu.  Sambil melihat jam tangan kuhitung sampai enam puluh kemudian mendongak, melihatmu sudah jauh di depan dan duduk berbincang dengan seorang gadis yang cantik sekali.  Taukah kau? Aku sebenarnya ingin menarik tanganmu dan mengajakmu mengobrol sambil menatap matamu, aku ingin membawamu ke taman bermain dan berlarian sepuasnya dengan kaki menginjak rumput basah. Aku ingin mengajakmu ke pantai kemudian menikmati matahari terbenam sambil berpegangan tangan. Aku ingin mengajakmu keliling dunia kemudian tertidur kelelahan di pundakmu ketika menunggu di bandara.  Aku ingin menghampirimu dan memelukmu erat-erat.  Aku ingin, aku mau semua yang ada dalam pikiranku. Tapi hari ini terlanjur berakhir, tiada kelanjutannya.  
Karina Oktriastra, 15 Juni 2014
p.s:
*agak terinspirasi dari film edge of tomorrow- yang terinspirasi pula dari manga -all you need is kill.
*tapi, tentu, inspirasi utamanya tetap kamu, yang bertemu denganku di hari itu 

*this is one of www.pontianakfiksi.wordpress.com project.
Check the web soon for complete story with other storytelling.

Saturday, June 14, 2014

Pontianak Fiksi



*putaran kedua

Aku mau menulis sebuah fiksi. 
Tentu lebih baik dari kenyataan ini. 
Seindah mimpi di siang hari.  
 Juga malam ini, juga malam malam yang lalu. 
Sampai saat nanti, mungkinkah?
Aku rasa mungkin, karena dia selalu mengatakannya.  
 “aku suka…” aku tak bisa mencerna.  
 Terlalu klise, terlalu bias, terlalu menyakitkan.  
 Namun terlalu lekat pula untuk begitu saja dilepaskan.  
Suatu saat nanti, yang terlepas itu akan kupenjarakan dalam sebuah fiksi.

*putaran ketiga
Hari ini adalah hari pertama kita bertemu.   
Tapi, bukan kali pertama hati bersatu. 
Oh, aku bingung sekali menjabarkan apa arti semua ini.  
 Seperti sebuah reinkarnasi.  
 Beginikah rasanya terlahir kembali bersama seseorang yang dikasihi?
Terlalu munafik untuk takut jatuh cinta.  
 Walaupun hal tersebut menyakitkan bila gagal lagi dan lagi.  
Aku ingin jatuh cinta, sebanyak-banyaknya seperti cewek di sinetron yang mengenakan kaos.  
Aku ingin merasakan cinta pada semua orang, ingin kuberi kehangatan pada semua orang.  
 Aku ingin happy ending seperti cerita disney. 
 Ingin bahagia seperti cinderella.   
Tapi hari ini terlanjur berakhir, mungkin tiada kelanjutannya.

Jum'at, 13 Juni 2014

*another project with www.pontianakfiksi.wordpress.com i only write first and last sentence. 
check the web for complete post!

Friday, June 13, 2014

I want to be

I want to write thousand words. 
But it will never be enough.

I want to draw our future.
But it is not there anymore.

I want to hold your hand.
But someone is already there.

I want to ask forgiveness.
But there is no place for me anymore.

I want to remember our happiness.
But its not ours.

I want to be you.
Seems so easy to go.
Like nothing was happened.

13 June 2014