Wednesday, June 12, 2019

Pontianak dan Tujuh Dosa Mematikan.



#1
Selamat Pagi, Matahari

matahari malu malu muncul dan masih memukau
dan aku, memulai hari kembali dengan nyali yang ciut
sejauh apa aku bisa berjalan, tanpamu?

perjalanan ku mulai dari awal lagi
setelah kalah bertarung tadi malam
bertekuk lutut di hadapmu
tergenang dan tenggelam

tak ada jaminan
air mata tak lagi berderai
menangisi kolam kolam kosong tak berisi

aku ingin bangun dan membangun mimpi
besok, aku mungkin tidak akan kalah lagi

...



#2
Berlayar

sauhku menjauh, dayungku rapuh
angin tidak lagi punya kita
dan cuaca sedang buruk rupa

aku ingin menangisi perpisahan kita
seperti jumpa yang membuatku sungguh berbahagia

pelautku matanya telah kosong
digerus duka dan luka

maaf katamu, tidak bisa lagi berlayar, denganku

tujuanku masih panjang
aku tak ingin pulang

tapi perahu sudah menepi
aku harus berhenti

dermaga kali ini
ada rasa pula yang kulabuh

...


#3
Pukul Dua Pagi

percakapan dimulai sejak dua pagi
kau bercerita tentang semua
hal hal yang kau keluh dan resah

percakapan setelah dua pagi, katamu
adalah kata kata yang paling jujur
karena otak telah lelah berbahasa
dan hati yang merangkai kata kata

kita bercakap setiap hari, 
setiap waktu
tapi pada pukul dua pagi
suatu waktu nanti

mungkin aku akan menceritakan
kata kata yang jujur
jauh terkunci di dalam hati

...


#4
Nasi Goreng Favoritmu

kepada kau yang suka membuatku bingung
dan perdebatan konyol setiap 
tentang harus pergi kemana dan makan apa

tentang tempat yang itu itu saja
dan selera makan kita yang berbeda

kita butuh variasi! katamu
mari pergi ke tempat yang berbeda
setiap hari

mari bercerita tentang hal hal yang berbeda setiap hari
mari membaca buku yang berbeda setiap hari

tapi tiap kali kita bertengkar
perut mulai lapar
hati mulai tidak lagi sabar

aku akan kembali mengajakmu,
ke tempat nasi goreng favoritmu
makan yang itu itu lagi
maaf yang itu itu lagi

kau yang aku mau, 
lagi dan lagi

...



#5
Hari Ini Aku Ingin Berhenti

pada suatu siang yang cerah
tanpa mendung yang sendu dan hujan yang terlalu

kau bilang padaku kau ingin berhenti
mundur mencintai

mungkin aku yang berubah dan 
kau tidak salah, katamu

kenapa?
tanyaku

hari ini aku ingin berhenti

entah
mungkin tidak lagi kembali

mengapa hari ini cerah,
aku tidak tahu,
mungkin hari ini memang hari yang tepat
untuk berpisah

...


#6
Hal Hal Romantis

bagaimana aku tahu
matamu telah melekat
sejak pertama kali melihat

rahasia sejak lama, katamu

hal hal kecil yang romantis
seperti matamu yang berbinar
tiap kali aku tatap

hal hal kecil yang romantis
seperti waktu yang lama
di sepeda motor tua
bisa kau rasa, degupku
di peluk tanganmu

percakapan percakapan yang aneh
katamu, kau sengaja menulis apa saja
bahkan hal konyol tak masuk akal

yang kemudian membuatmu menyesal
agar bisa lebih lama
menungguku 'typing' : menulis!

dan kau akan tersenyum malu
tiap kali melihat namaku

kau instagram story pertamaku! 
aku senang saja melihatmu
apa lagi ketika kau rayu
membaca isi kepalaku

aku bisa memaafkan semua salahmu
kau sempurna di mataku, katanya

kau dan hal hal romantis
yang kau sudah tahu semua

yang tidak pernah kau tahu,
sebuah rahasia

buatku, aku tak lagi punya rasa

...


#7
Sepasang Menua

aku ingin bersandar di pelukmu
ketika senja dan dunia akan jadi itu itu saja
menggenggam hangat tanganmu dan pulang

aku ingin perayaan sederhana
merayakan nyala api yang hangat
yang menyala tiap kali kau dekap

aku ingin tak punya banyak pinta
hanya berjalan bersisian
dalam tangis, dalam lara

aku ingin menikmati senja
menjadi tua dan tak lagi ingin apa apa,
hanya pelukmu saja

...

Tuesday, June 11, 2019

Malam Takbir dan Meriam Karbit di Kote Pontianak

Ada salah satu hal yan unik di Kota Pontianak setiap malam takbiran menyambut lebaran, yaitu warga tepian sungai kapuas bersahut-sahutan menyalakan meriam karbit.  Salah satu tradisi dan sejarah ketika Kote Pontianak ditemukan, konon katenye meriam karbit digunakan ketike Raje Pertame Pontianak, Syarif Abdurrahman Alkadrie sampai di kote ini dengan menyusuri sungai kapuas, kemudian ingin membuka lahan dan mengusir hantu kuntilanak yang berdiam disini. Hingga akhirnya pasukan beliau berhasil hingga mendirikan Keraton Pontianak dan kemudian, Kote Pontianak.  Sebagai orang yang besar di Pontianak, aku tak pernah pergi ke festival ini karena macet dan ramai, tapi setelah tinggal di luar kota, barulah keinginan untuk tau dan menyaksikan acara-acara ini muncul. 

Setiap kota memiliki cerita, tradisi dan budayanya masing-masing.  Kekhasan yang menjadikannya berbeda, kekurangan dan keunggulan yang membuatnya menjadi pertimbangan dalam menyusun dan merancang suatu kebijakan untuk sebuah kota.  Ternyata tidak bisa diterapkan di semua daerah, karena ada karakteristik yang melekat, di kondisi wilayah, karakter masyarakat, hingga cara mereka berkomunikasi dan merespons kebijakan. 

Hal-hal menarik yang baru aku sadari ketika mengambil kuliah lagi tentang Kebijakan Pembangunan Daerah.  Memang, proses belajar harusnya tidak boleh berhenti, baik di sekolah maupun di kehidupan, untuk menggali hal hal yang dulu kita lewatkan, untuk makin membuka cakrawala berpikir, bukan untuk makin menggurui, tapi untuk makin memahami dan mengerti, dengan perbedaan, dengan keluasan dinamika dan masih begitu banyaknya, hal hal yang tidak akan pernah kita ketahui.

Fireworks


  
Sungai Kapuas, Juni 2019