Thursday, February 24, 2022

Film dan Serial Februari, 2022

 




Looks like Im the same person, lonely in my thoughts and drawn myself with books, movies, and every other things.  Im just a nerd who getting excited to see the world.  Its like my old self again, I should try to enjoy myself again, to be comfortable with my self. To being busy and focus to makes my self happy and stop overthinking. Stop trying too hard with person, giving up the lose case, try to let go things I cant control. Learn to love my self again, learn to love myself first.  

Monday, February 21, 2022

Ksatria dan Diara

Bab Tiga Belas. 

Sebuah panggilan masuk, video call berdering-dering, aku sedang menonton drama korea dengan piyama, lampu mati dan cemilan. Ksatria. Entah mau apa dia malam malam begini;

“Yaaa? Kenapa sih, lagi nonton koreaaa”

“Diara…” Cuma sedetik kata kata yang keluar dari mulutnya tapi aku sudah tau ada yang tidak beres lagi,

“kenapa? Putus lagi dengan pacarmu itu?” aku tertawa.

“aku mau ngomong serius nih”

“apa?”

“tunggu sebentar ya, aku cari tempat sepi dulu”

Saat itu, aku tidak ada firasat, apalagi perasaan yang aneh, bahkan drama korea masih terputar manis di episode kesekian yang bikin penasaran. Tapi mendengar keseriusan dalam nada bicaranya, aku pause sebentar dan menyalakan lampu agar dia bisa melihat wajahku dengan jelas meskipun settinganku sedang buluk karena sudah mau tidur.

“apa?” tanyaku sudah tidak punya ide dia mau membicarakan apa malam malam begini, setelah sekian lama nggak ngobrol.

“kamu mau nikah sama aku?”

Aku terkesiap, keheningan dan jeda yang panjang sebelum akhirnya aku menyusun otak dan perasaanku yang ngelag.

“hah gimana?”

kamu mau nggak, nikah sama aku, Diara?”

Seumur hidupku- hidupku yang sudah tiga puluh tahun ini, kayaknya belum pernah, seseorang dengan lantang menanyakan hal itu kepadaku.  Mungkin, setelah Ksatria- ada beberapa pacar yang mengajak serius, merencanakan pernikahan yang akan dilakukan nanti- Nanti yang sampai saat ini belum juga kesampaian karena keburu putus.  Nanti yang aku nantikan dari umur dua puluhan- hingga kini aku sudah menginjak kepala tiga.  Hingga rasanya, aku sudah putus asa. Masih punya harapan suatu saat aku menemukan pangeran berkuda putih yang datang dan menyelamatkan kesendirianku- yang lama lama terdengar mengerikan.  Karena sejujurnya, aku takut.  Aku takut menghabiskan waktuku sendirian, aku takut jadi orang yang tidak menikah, tua sendirian, hingga akhirnya semua orang meninggalkanku sendiri. Padahal aku sangat menginginkan memiliki keluarga, tenggelam dengan perdebatan klise tentang siapa yang mencuci piring, siapa yang membeli bahan makanan di pasar, siapa yang akan menyicil rumah, membayar listrik dan wifi.  Aku menginginkan hal klise itu; hal hal konyol dan sederhana nan membosankan: menikah, punya anak, jadi ibu rumah tangga.

Beberapa detik yang lalu, semua itu rasanya sungguh mustahil. Mungkin, aku sudah tidak berani bermimpi lagi.  Aku sudah tidak memiliki keberanian untuk mengharapkan itu, untuk mengharapkan seseorang lelaki menginginkan aku sampai ke taraf menikah, mungkin aku sudah cukup puas kalau dijadikan pacar saja. Aku tidak berani memimpikannya.  Beberapa detik yang lalu.  Sampai Ksatria akhirnya datang dan mengucapkannya di telingaku- lewat telepon. Entah dirasuki apa.

“hey, aku serius” katanya dengan nada yang aneh.

are you drunk?” aku memastikannya lagi, mencoba untuk menganalisis situasi yang aneh ini. Aku yang beberapa detik tidak pernah memikirkannya- atau tepatnya, mencoba berhenti membayangkan akhirnya semuanya berakhir dengan indah- berusaha pelan pelan turun ke realita, kamarku dan wajah aktor korea yang tak pernah aku hapal namanya yang sedang aku pause itu.

“serius, kalau kamu mau, aku akan terbang ke kotamu dan menemui kedua orangtuamu”

Sialan. Ksatria sungguh sialan.

Aku terduduk dengan sedikit lemas. Bukan apa-apa: seketika bayangan itu menyeruak -aku yang menunggunya pulang kerja, merapikan rumah, terbangun di pagi hari, mencuci piring. Kemudian aku tertawa sendiri di dalam hati. Bukankah ini yang kau inginkan Diara? Inikah yang kau inginkan? Aku menampar pipiku.

“tapi…kita beda agama Ksatria…Gimana caranya?” Dia menjawab dengan cepat, seperti sudah menyiapkan jawaban itu sebelumnya;

“Kita nikah beda saja, aku tau kita berdua bukanlah orang yang terlalu into religion. I know you my whole life. Kamu gak perlu ikut aku, aku gak perlu ikut kamu. Kita jalani masing-masing aja” …

Ah, untuk beberapa detik rasanya menyenangkan, memikirkan andai saja di dunia ini kita tidak memiliki perbedaan agama. Andai saja. Tapi hidupku sudah terlalu banyak berandai-andai, dan aku sudah lelah, Ksatria.

“kamu memang juaranya deh- juara nya mengada-ada” suaraku sedikit bergetar mengatakannya.  Terlihat di videocall yang buram itu wajahnya yang bersemangat jadi berubah sedikit suntuk.

“entah apa yang ada di pikiranmu saat ini, Ksat!” aku berusaha tertawa.

“entahlah, aku pikir ini ide yang sangat bagus. Aku udah bosan gagal terus, aku udah males ketemu orang baru dan gagal- aku pikir kita sudah cukup mengenal satu sama lain, aku sudah tau kau sedalam-dalamnya, sudah hapal, kau pun sudah mengenal aku, lebih paham dari diriku sendiri. Kupikir, akan mudah menikah dengan dasar itu. Aku cuma sedang membayangkan, pasti rumah tangga kita nanti menyenangkan. Kita sudah punya hubungan romantis dan hubungan pertemanan bertahun-tahun. Pasti menyenangkan membangun rumah tangga bersamamu. Bayangin, pasti kita bakal kompak ngurusin rumah, tinggal berdua, jalan jalan keliling dunia, mengejar mimpi kita sama-sama, saling support- kurang lebih seperti yang kita lakukan sekarang. Tapi kita juga bebas, bebas menentukan masa depan kita berdua, membangunnya- sama sama.”

Aku ingin tertawa mendengar kalimatnya, seperti anak kecil yang bermimpi- mimpiku juga.  Meskipun hati kecilku tau. Bukan dia orangnya.  Tapi menyenangkan membayangkan semua itu. Andai saja, andai saja.

Tapi hidup bukan angan angan dan mimpi yang jauh, hidup adalah keputusan keputusan kecil hari ini. Hidup adalah tentang bahagia dan duka hari ini.  Hidup adalah saat ini. Dan saat ini, semuanya bukan pengandaian- semuanya adalah realitas. Yang ingin aku upayakan sebaik-baiknya.

Mungkin aku adalah pemimpi yang bodoh, Ksatria.  Mungkin aku adalah negosiator yang buruk, karena kesempatan yang baik mungkin tidak datang berkali kali menggedor pintuku.  Mungkin aku juga adalah pemimpi yang buruk karena setiap waktu, mimpi itu berubah, bertransformasi jadi hal hal yang semakin jauh.  Tapi jauh di dalam hati kecilku, aku masih memiliki keyakinan, untuk menunggu. Menunggu hal yang tepat- hal yang baik datang.  Dan aku mempersiapkan diriku, untuk jadi yang terbaik hari ini, detik ini. Aku tau apa yang aku inginkan, mungkin sekarang aku belum menemukannya, tapi aku yakin, suatu saat aku akan menemukan apa apa yang aku cari. 

Aku akan terus berjuang untuk hidupku, untuk mimpi dan hatiku.  Dan meskipun aku tak akan pernah benar benar tau apa yang aku inginkan.  Tapi aku tau, itu bukan kamu lagi, Ksatria.

"Kamu kayaknya lagi bener bener drunk, sudah jangan bercanda lagi Ksat, Nggak lucu deh. Just give me a call tomorrow, when u are on your right mind".

Aku menutup telpon.

Wednesday, February 2, 2022

cara cara menghilangkan kesedihan

semua orang memiliki kepedihan dan dukanya masing-masing di antara yang bahagia dan hari hari biasa dalam hidup.  Kesedihan yang datang tiba-tiba mungkin berasal dari kekecewaan, keinginan yang tak kunjung kesampaian, ataupun beban hidup yang menekan dengan harapan harapan ke depan yang kadang tampak tak memungkinkan. 

picture here

kadang, kesedihan datang bahkan ketika hidup berjalan dengan biasa saja, tapi dia mengintip apabila kita tidak bersiap-siap. beberapa caraku menghilangkan kesedihan adalah dengan melakukan sesuatu, berharap perasaan itu pergi, menulis blog, ngobrol ga jelas sama teman, membeli kopi susu langganan, menonton tv, membaca buku, bermain game, kemudian berdoa, semoga hariku jadi lebih baik lagi. 

selalu ada perasaan perasaan yang kurang, tidak lengkap, yang harus terus menerus diisi dalam hidup, perasaan bersalah karena kurang melakukan sesuatu, atau terlanjur melakukan sesuatu, atau bahkan melihat sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

keresahan memang selalu jadi pemantik orang-orang melakukan sesuatu, berjalan dari ketidaksadaran dan ketidakpedulian menjadi semakin penasaran dan mengejar sesuatu- dunia yang ideal sejak dalam pikiran. narasi yang menjelaskan siapa diri kita sebenarnya, seberapa perduli kita akan suatu isu, seberapa penting beberapa isu dalam mempengaruhi kehidupan dan kedamaian hingga akhirnya ia tidak lagi mengganggu pikiran. 

tapi tentu dunia tidak akan pernah ideal seperti dalam kepala. selalu ada yang harus dinegosiasikan, nilai nilai yang bertentangan dengan orang lain yang mungkin kita langgar, atau mungkin secara tidak sengaja menyakiti orang lain. tapi kita harus terus berjalan maju, melanjutkan hidup.  beberapa hanya mencoba bertahan, mementahkan perasaan. berharap suatu hari, bisa terbangun di pagi hari, dan semua hal akan baik baik saja- disitulah, kuletakkan harapanku itu setiap hari.


02.02.2022