Thursday, March 22, 2018

Mojo #nighthoughts

*my new mojo so i will life less alone.

Pada buku buku yang aku pilih, aku baca, dan ingin aku ingat, rasa-rasanya semakin senang tenggelam dalam imajinasi yang dihadirkan pada sebuah ide atau konteks yang terkandung dalam sebuah buku.  Seperti melihat ke dalam pikiran seseorang dan membaca, apa saja keresahan yang menurutnya penting untuk disampaikan.  Jatuh bangun untuk meraih makna dibalik kata demi kata pun kadang terasa begitu menjemukan, klise dan kehilangan tujuan juga adalah sebuah tantangan dalam membaca buku.  

Yang paling sulit, menyederhanakannya, seperti fase kehidupan manusia yang kita ambil titik ujungnya, kadang tidak mampu menjelaskan konteks dan proses yang kelihatan mudah dan gampang itu ternyata mengandung maknanya sendiri.  Kadang pula kita melihat suatu konteks, secara begitu personal, bahwa isu itu dekat, dan kita menjadi bagian di dalamnya.  Kemudian entah kenapa muncul keinginan untuk menyelesaikan semuanya dengan begitu gamblang dan gampang, agar tidak lagi terjadi hal yang tidak diinginkan.  Tapi seperti kehidupan yang utuh, masalah itu juga tidak akan pernah lepas menjadi proses, dan bagian dari hidup itu sendiri. Pahit dan manis.  Sakit dan senang.  Bermakna dan kosong.  Utuh.  Lengkap.  Dasar.

#writingjourney #campusmood #thesisroad

Sosiologi Perubahan Sosial; Perspektif Klasik, Modern, Posmodern dan Poskolonial #MarchBookHighlight


Judul Buku : Sosiologi Perubahan Sosial; Perspektif Klasik, Modern, Posmodern dan Poskolonial
Penulis : Nanang Martono
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Cetakan ke 4 - April 2016
Tebal : 477 halaman

Perubahan sosial adalah suatu proses yang melibatkan dimensi ruang dan waktu.  Dimensi ruang yaitu menunjuk pada wilayah dan kondisi yang melingkupinya, waktu, yaitu mencakup konteks historis dari masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. 

Aspek dalam perubahan sosial adalah perilaku, pola pikir dan perubahan struktur masyarakat.

Menurut Tilaar, 2002, terdapat 6 pokok persoalan perubahan sosial yaitu : 
1. Apakah yang sebenarnya berubah?
2.  Bagaimana hal tersebut mengalami perubahan?
3. Apa tujuan perubahan tersebut?
4. Seberapa cepat perubahan itu?
5.  Mengapa terjadi perubahan? (sebab-sebab)
6.  Faktor-faktor apa saja yang berperan?

Selain itu, adapula alasan suatu masyarakat tidak bisa berubah menurut Spicer, yaitu 1) mengancam rasa aman, 2) Tidak memahami perubahan dan 3) Pemaksaan.

Bentuk-bentuk perubahan sosial adalah evolusi (lambat) dan revolusi (cepat) yang bisa dibagi menjadi Revolusi secara 1) fundamental, 2) kekerasan, perjuangan dan kecepatan dan 3) kombinasi diantara keduanya.  Proses tersebut akan menciptakan terciptanya proses reformasi sosial.

Faktor penyebab perubahan sosial dapat dibedakan secara internal (penduduk, konflik sosial) dan eksternal (bencana alam, perang). 

Faktor yang mempercepat perubahan sosial :
1) kontak antar budaya
2) sistem pendidikan yang maju
3) sikap menghargai karya dan keinginan untuk maju
4) toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang (sejauh bukan tindak pidana/melanggar hukum)
5) sistem stratifikasi yang terbuka (gerak sosial vertikal dan horizontal)
6) penduduk yang heterogen 
7) ketidakpuasan terhadap bidang tertentu
8) orientasi masa depan 
9) nilai bahwa manusia harus selalu memperbaiki kehidupannya.

Faktor yang menghambat perubahan sosial : 
1) kurangnya kontak sosial/interaksi
2) perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
3) sikap tradisional (turun temurun) : mengagungkan kepercayaan lama, dll
4) vested interested (kepentingan yang telah ditanamkan kelompok tertentu untuk melanggengkan posisi mereka)
5) rasa takut akan goyahnya integrasi budaya luar
6) prasangka terhadap hal hal baru/asing/sikap yang tertutup
7) ideologis
8) adat/kebiasaan
9) nilai bahwa hidup tidak dapat diperbaiki/pasrah
(Soekanto, 1999)

Faktor pendorong : Sosial, psikologis, budaya.
Faktor pendukung : Komunikasi dan pers, birokrasi, modal, teknologi, ideologi.
(Salim, 2002)

Strategi Perubahan Sosial 
Sasaran : 1) karakteristik individu 2)aspek budaya 3)aspek stuktural; kelompok sosial, organisasi, institusi, komunitas dan masyarakat dunia (global).  - Harper, 1989

Strategi perubahan sosial dengan target individu : 
1) psikoanalisis
2) psikologi sosial
3) pendidikan

Strategi dasar: 
1) fasilitatif
2) reedukatif
3) persuasif
4) kekuasaan
5) kekerasan dan nonkekerasan

Pemberdayaan masyarakat dalam proses perubahan, dapat dilakukan melalui pendampingan sosial yaitu : 
1) memberikan motivasi,
2) peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan 
3) manajemen diri 
4) mobilisasi sumber
5) pembangunan dan pengembangan jaringan 

Permasalahan sosial menjadi isu yang sangat menarik dan sangat erat kaitannya dengan kemiskinan.  Dimana penanggulangan masalah ini sendiri sangatlah kompleks apabila tidak terlebih dahulu memahami beberapa teori dasar mengenai bagaimana gambaran sasaran target/subjek perubahan itu sehingga dapat menyusun strategi apakah yang terbaik melihat dari kondisi yang muncul serta menjadi ciri dari masyarakat tersebut.

Buku ini sangat menarik, karena memuat mengenai teori teori tersebut dilengkapi dengan contoh dan gambaran nyata yang aktual, juga memberikan solusi semacam pendidikan alternatif, yang didasari integrasi misi program dengan pengetahuan, kemampuan, kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal lainnya untuk meraih kemandirian masyarakat.

Wednesday, March 21, 2018

Origin - Dan Brown #Marchbook


Judul Buku : Origin
Penulis : Dan Brown
Penerbit : PT Bentang Pustaka, Yogyakarta
Penerjemah : Ingrid Dwijani, Reinitha Amalia, Dyah Agustine
Distributor : Mizan Media Utama, Bandung
Cetakan Kedua, Januari 2018
Tebal : 507 Halaman

This is another series of Robert Langdon's adventure, that tell us about the murder mystery of Edmond Kirsch, an atheist, also a computer-scientist who found a new discovery that could answer a controversial question, 

Where are do we come from and where are we going? 

picture from here

This controversial discovery led Kirsch to a dangerous way the makes him would questioning by religionist, scientist, and the world.  So he try to presented his discovery by giving a theatrical presentation located at Guggenheim Museum Bilbao, that have a curator named Ambra Vidal, whose recently enganged to Spain's Prince, soon to be a king.

In the middle of this presentation Kirsch getting murdered in front of Langdon and Ambro, before he can share his discovery.  During the mess and the catch of the murderer, Langdon and Ambra stuck into a plot that makes they have to break the codes that given to him with Wingston, a super artificial intelligent made by Kirsch.  They have a purpose to reveal the back-up of hidden discovery and to share it to the world. 

This book is really enchanting, feels like an action, suspense, full of clues that makes us wonder and think about who is plotting the murder and about the greatest content of this book : What is the answer of Life's Most Important Question? What is the discovery? Besides the real history background that mentioned a real place, like Casa Mila, Guggenheim Museum Bilbao, and another science/religionist make it more interesting because we could search the real place/paiting/history on the internet to make us have another reference on Spain's historical building/art.

God is dead. God remains dead. And we have killed him. How shall we comfort ourselves, the murderers of all murderers? -Nietsche

Saturday, March 17, 2018

Konstruksi Gender dan Peran Perempuan


Beberapa isu mulai menarik perhatian, terutama mengenai keadilan gender; yaitu mengenai perlakuan adil bagaimana perempuan dan laki laki mendapatkan akses dan manfaat dari usaha pembangunan dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan dan hambatan masing-masing kelompok sosial ini.

Adapun gender, adalah konstruksi sosial budaya yang berdasarkan perbedaan biologis, yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat.  Dimana melekat pula stereotip-stereotip bahwa perempuan harus di rumah, mengurus anak, sedangkan lelaki harusnya menjadi kepala rumah tangga dan mencari nafkah. Seiring perkembangan zaman, stereotip ini dapat berubah dengan alih-fungsi peran.

Sebagai bagian dari isu gender, salah satu yang paling bermasalah adalah malnutrisi dan stunting.  Dimana kasus terakhir yang heboh adalah di Asmat Papua, lebih mengejutkan lagi, ternyata di jantung ibukota, Jakarta juga dilaporkan mengalami 293 kasus malnutrisi ini. 

Menurut riset dari Indraswari, (dalam The Jakarta Post, Selasa 13 Maret 2018 dalam artikel Malnutrition, Stunting and Woman's Labor Of Love) bahwa perempuan miskin bekerja sekitar 16-18 jam sehari, baik dibayar maupun tidak dibayar (pekerjaan rumah tangga) sedangkan lelaki menghabiskan waktu untuk bekerja sebanyak 10-12 jam.  

Kesimpulan dari riset tersebut, terdapat dua penyebab terjadinya kasus malnutrisi dan stunting ini, yang pertama adalah kurangnya support/bantuan dari pasangan, dapat terjadi karena budaya patriarki dan stigma yang melekat bahwa perempuan lah yang harusnya melakukan seluruh pekerjaan rumah tangga, dan yang kedua, adalah kelelahan dan kehabisan tenaga akibat jam kerja yang terlalu banyak sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap asupan makanan anak.  Kekurang perhatian  dan kelelahan ini juga mengakibatkan perempuan yang mengambil peran sebagai penyiap masakan di rumah memberikan makanan yang cepat saji, dimana sebagian besar mengandung karbohidrat yang tinggi dan kekurangan sayuran, buah, protein, mineral dan vitamin.

Para perempuan ini tentu tidak dapat sepenuhnya disalahkan, dimana hal yang sepertinya dianggap remeh, yaitu menyiapkan makanan ini juga sebenarnya menghabiskan waktu dan tenaga.  Seperti pemilihan kualitas bahan makanan yang tidak hanya memperhatikan harga tetapi juga variasi dan nutrisi.  Kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya asupan makanan untuk anak juga harusnya mulai digencarkan untuk mengedukasi ibu tentang betapa pentingnya hal ini untuk diperhatikan sebelum muncul permasalahan yang lebih kompleks di masa depan anak.

Sedangkan di dalam lingkungan kerja, pemerintah/perusahaan juga harusnya mendukung penuh peran perempuan sebagai ibu yang memilik anak dan menyediakan sarana untuk terlaksananya kegiatan ibu dan anak seperti tempat menyusui dan tempat penitipan anak.   Yang tentu saja, di Indonesia, hal tersebut masih belum menjadi prioritas dan belum dianggap penting dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi, bahkan di jantung ibukota.

Disinilah keresahan saya sebagai seorang perempuan muncul, terhadap diri saya dan perempuan lain yang tidak seberuntung saya. Bagaimana jika nanti perempuan yang berada di bawah garis kemiskinan menemukan pasangan yang tidak mampu memberikan bantuan emosional, finansial ataupun pemahaman kalau kehidupan rumah tangga itu harus saling melengkapi serta bisa bertukar peran.  Bagaimana jika nanti mendapatkan pasangan yang malas, tidak mau terlibat dalam urusan rumah tangga, tidak perduli dengan uang yang cukup buat hidup dia saja.  Terlebih sebagai warga bottom class yang hidup dengan upah harian yang pas-pasan, yang tentu saja sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan pasangan dari kelas konglomerat untuk mampu melepaskan perempuan dari peran sosial tersebut. Apakah pemerintah mampu memfasilitasi, memberikan sumber daya yang dapat dikelola (dengan penghasilan minimum tersebut) untuk membuat perempuan mampu mengakses kebutuhan yang tepat untuk calon anak nanti? Kemudian, apakah diantara peran sebagai perempuan yang bekerja dan memiliki anak, masih mempunyai tenaga untuk mengakses pelatihan-pelatihan mengenai asupan makanan anak dan bagaimana jika ribuan perempuan yang tidak memiliki kesempatan yang baik tersebut akhirnya tidak mampu mengerjakan peran ganda tersebut? adakah jaminan untuk anak nanti selain asuransi sakitnya tapi juga pencegahan tentang kemampuannya bersaing di masa depan untuk memperbaiki kehidupannya dan keluarganya agar dapat lepas dari lingkaran setan kemiskinan?

Sumber Tulisan :

The Jakarta Post, Indraswari, Lecture at Parahyangan Catholic University's School of Social and Political Sciences in Bandung. Article: Malnutrition, Stunting and Woman's Labor of Love. Tuesday March 13, 2018

Surat edaran no: 270/M.PPN/11/2012 NOMOR : SE-33/MK.02/2012 NOMOR : 050/4379A/SJ NOMOR : SE 46/MPP-PA/11/2012 TENTANG Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) 

Wednesday, March 14, 2018

Kepada Hal Hal Yang Ingin Aku Tulis.



Kepada hal hal yang ingin aku tulis, aku kemukakan.  Diantara keinginan dan realitas, disitulah keragu-raguan itu datang.  Ketika rasanya banyak hal yang ingin dituliskan, dikemukakan, hal hal dan ide di kepala ketika melihat seseorang menyampaikan pendapatnya dan lalu berpikir, tidak setuju.  Lantas ada perasaan tidak terpenuhi, yang mengganjal, ketika tidak ada kesempatan untuk mengeluarkan yang mengganjal itu.

Lantas, setelah dituliskan, di break down, direncanakan dalam bentuk poin poin yang dikemukakan, ternyata rasanya masih saja tidak cukup, masih ada yang kurang, perasaan masih ada konteks yang belum sepenuhnya dikuasai sehingga keraguan akan pemahaman yang mendalam pada objek itu membuat  mengurungkan niat untuk meng-counter suatu pendapat.  

Padahal, mungkin saja lawan bicara tidak memahami sedalam itu pula.  Lantas, bisa saja ia berani mengemukakan ide-ide nya atas kesimpulannya yang bahkan mungkin terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu.  Tapi terkadang, hal itu justru dibutuhkan, untuk mengemukakan pendapat, orang awam, yang belum tau sepenuhnya, seluruhnya, yang kemudian mengemukakan pendapatnya sepahamnya itu.  Hal tersebut sangatlah penting sebagai jalan awal untuk pembelajaran.  Bahwa nanti selanjutkan kita akan mengetahui poin poin mana yang belum dikuasai dan menjadikan diri sendiri mampu melakukan koreksi terhadap hal hal yang kita sampaikan.  Bahwa ketika menulis, akan meninggalkan jejak, kita akan lebih aware nantinya ketika kita menemukan poin yang berseberangan, menjadikan ingatan kita lebih kuat, dan mungkin akan memperbaiki hal hal tersebut. 

Masih begitu banyak yang ingin dipelajari, di sela sela keterbatasan, luasnya ilmu pengetahuan.  Panjangnya sejarah dan ruang lingkup yang luas.  Mungkin beberapa akan berguna, mungkin beberapa lagi hanya akan menjadi pembelajaran yang hanya ada pada tataran teori dan ide.  Sama halnya ketika mempertanyakan seberapa penting teori dan praktek? Kita tidak akan pernah benar benar tahu kapan waktu keduanya berperan dalam tataran hal hal yang akan kita lakukan nanti.  Yang jelas, belajar adalah tes untuk diri sendiri, untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi lebih tahu, dan semoga saja, untuk bisa jadi lebih bermanfaat untuk diri sendiri, lebih baik bagi orang lain, daripada hari kemarin.

Bdg, 14/03/18

Thursday, March 1, 2018

Merayakan Perpisahan


Merayakan Perpisahan

terimakasih sudah menemukanku
tugas tugas berat telah selesai
pertengkaran-pertengkaran sudah boleh usai
konflik konflik telah menemukan ujung pangkalnya

mari, kita merayakan!
hari hari yang telah lewat
bahagia bahagia yang pernah singgah
waktu waktu yang menyenangkan
perayaan demi perayaan yang menggembirakan

terimakasih sudah pernah begitu membahagiakan
dan memaafkan aku yang dulu begitu naif
kemudian tidak sanggup melepaskan

tapi yang terberat sudah lewat
dan waktu waktu telah memberikan pelajaran
tentang bagaimana, dan sudah seharusnya
aku melepaskan

dan merayakan kembali arti perpisahan.

Bandung, 1 Maret 2018