Thursday, September 15, 2022

i want to die but i want to eat tteokpokki #bookreview

   

Perasaan-perasaan ganjil sering berseliweran di kepala. Hati yang kacau balau. Kejadian kejadian yang terjadi saat ini, situasi yang tak sesuai dengan harapan. Kadang membuat perasaan jadi blues, entah sementara, entah datang beberapa waktu. Faktor eksternal, yang memicu perasaan itu datang, juga kadang memberi andil yang membuat perasaan itu betah dan berlarut-larut. Kemudian ketika ada sesuatu yang baik terjadi, ternyata kekosongan itu bukan hanya mampir. Tapi datang dan telah berlarut. Tiap hari akan datang alasan baru, mungkin. Percuma menyalahkan siapa dan apa. 

Mungkin di buku ini, percakapan antara penulis dan psikiaternya, membuatku merasa tak sendiri lagi dengan perasaan yang ganjil itu.  Ada sedikit kelegaan sekaligus kekhawatiran.  Perasaan itu tak akan pernah benar benar pergi. Aku tau ia akan datang lagi suatu saat nanti. Kadang pula ia jadi pecut, agar aku bekerja lebih keras, mengobati diriku sendiri.

Buku ini termasuk self-development: mengetahui dan mengenali diri sendiri. Untuk meyakinkan diri sendiri sekali lagi? bukan menyerah kan, yang kau inginkan? cobalah sekali lagi. mungkin suatu saat dari ribuan usaha yang kau lakukan untuk sembuh, akan ada satu yang mengantarkanmu pada suatu keberhasilan yang manis.  Dan hiduplah, hiduplah untuk hal kecil, nantikanlah hal manis sederhana, di ujung hidupmu. Setidaknya, kau akan mengenang, kalau kau pernah berjuang begitu rupa. Bahwa meskipun mungkin di ujung hari kau akan mati dan tak jadi apa-apa. Kau telah bertempur dengan upaya terbaikmu.  Dan tak ada lagi yang kau sesali.

Semoga kita bisa terus bertahan, satu hari lagi, satu nafas lagi.

15/09/2022

No comments:

Post a Comment