Thursday, December 5, 2013

Jarak

Jarak, kukatakan ia pada hati yang berada jauh, disana, tiada tergapai.  Kenanganmu sejauh pelukan dan hatimu sedekat mimpi yang terlupa.  Maka pada jarak yang memisahkan hati yang tiada lagi menyatu kugenggam rinduku, pada bunga bunga yang tumbuh dalam tidur, berakar hari demi hari dalam imaji, kemudian menjadikannya memori. 
Pada dunia paralel, kau dan aku memadu rindu, atas skenario batas bawah sadarku sendiri, sejauh dekapmu, sedekat rinduku. 
Maka berikanlah aku kekuatan atas nama malam malam ketika aku terbangun dan menyadari dirimu terlalu sering hadir dalam mimpiku, hingga menuntut sebuah cerita yang terbalik.
Jika jarak bisa membuatkanku sebuah mesin waktu, untuk kembali mengulangi setiap detik, jejak nafas yang berpadu dalam waktu yang terlalu alpa menghitung jarak untuk pulang.  Maka kau adalah rumah yang selalu terlalu jauh untuk ku pulang.
Atas nama langit jingga yang mengintip sore dari balik jendela kemudian hilang sekejap mata ketika kau ingin mengabadikannya, seperti itu bayanganmu yang tiada rupa, namun berada dalam sadar, berada dalam tiada.
Suatu hari jika kau temukan awan yang terbentuk seperti cinta, putih meleraikan kapas, hancur dalam lebur tapi satu dalam janji maka itulah aku, yang telah mati dalam pengetahuanku yang terbatas tentang hatimu, berulang kali mencoba kembali namun bukan itu yang kucari tapi kau yang telah terlalu jauh pergi.
Kemudian jika kau temukan salju yang telah luruh, ingatlah aku yang merelakan diri menjadi hancur dan tiada berarti, atas nama mencintaimu. Namun tiada pernah sesal. Karena aku, hidup karenamu dan tanpamu, tiada punya arti. Lenyap dalam ada, Hadir dalam tiada.
5/12/2013

No comments:

Post a Comment