Saturday, May 23, 2020

kemudian-

'aku akan selalu ada' katanya.  Berapa kali sudah aku pernah diucapkan hal hal semacam itu, tapi tidak bisa juga.  Kita memang tidak dirancang untuk esok.  Cukup hari ini.  Hal hal kecil di hari ini yang akan diingat sesekali untuk masa depan, atau untuk kenangan.  Atau mungkin yang mudah dilupakan. Entahlah, ku tak pernah janjikan hari esok, apalagi tahun tahun nanti.  Kata-katamu untuk selalu lari menghampirimu tiap kali aku butuh adalah jaminan, yang cukup membuatku senang, untuk hari ini.  Aku ingin memilikimu hari ini saja.

Semakin dewasa, kita semakin sulit jatuh cinta. Memikirkan hal hal semacam agama, kota yang berbeda, pekerjaan, tingkah laku, kebiasaan, prinsip-prinsip.  Meski kadang, kupikir itu semua cuma alasan.  Alasan untuk berhenti, di atara alasan-alasan yang lain.  Seperti alasan bahwa kita akan sulit, untuk bertemu, untuk terus saling menemukan, untuk terus saling bertahan.

Apa alasanmu kali ini? untuk berhenti dan menyerah, atau berlanjut satu hari lagi. Membahagiakanmu satu hari lagi.  Sebelum menyudahinya, sebelum ada yang larut dan terluka.  Siapakah yang paling rugi dalam mencinta? -adalah yang berhitung, adalah yang takut kehilangan, adalah yang menyerah.

Apalagi yang dapat dikenang dalam cinta selain kata-kata, pertemuan, tindakan manis, dan hasil  hasil pemikiran, perdebatan. Janji janji masa depan, hal hal yang tak lagi dapat dipegang, hal hal kecil nan ajaib tak kasat mata yang menggerakkan keinginan, untuk maju lagi selangkah, untuk memberanikan diri selangkah demi selangkah.  

Apalah kita tanpa keyakinan, tanpa janji di hari esok, untuk kembali bertemu, untuk berjuang dan mempertahankan. Kepada yang manis yang telah terkecup, yang tertinggal tanpa pernah selesai, untuk sekejap hadir, memberikan keyakinan, keteguhan hati untuk terus maju, untuk merasa pernah- berharga dan dicintai.  

Untuk kemudian memberi arti bagi diri sendiri- bahwa pernah layak, bahwa pernah bisa dan kemungkinan-kemungkinan itu pernah ada. Untuk kemudian berani mengakhiri, menyelesaikan perkara dengan sebaik-baiknya, keinginan untuk menuntaskan keluh dan memperjuangkan bahagia- untuk masing-masing, untuk memberikan penutupan, memberikan salam perpisahan. Untuk yang sesaat yang pernah hadir, memberi arti, dan setidaknya telah memiliki keberanian untuk pernah memulai. Segelas air yang tak pernah kosong, tapi tak pernah pula kepenuhan. Terimakasih untuk jadi preferensi, dasar pemikiran dan bahan-bahan pembelajaran, mengisi kenangan-kenangan, tapi kita harus terus melanjutkan perjalanan. Sampai selesai.  

No comments:

Post a Comment