Saturday, May 25, 2019

Gunung Raung Tak Akan Kulupa~ #16daysdiarytrip

*
[ Selasa, 16 April 2019 -  Kamis, 2 Mei 2019 / 16 days trip]
[Bandung- Sidoarjo - Banyuwangi - Gunung Raung - Bali - Nusa Penida - Bandung - Jogja - Bandung]

Berawal dari sebuah kiriman video sederhana sekitar tahun 2013, setelah kuliah dan baru bekerja di sebuah instansi, seorang teman kampusku, Stu, mengirimiku sebuah link video tentang orang Malaysia yang mendokumentasikan perjalanannya untuk naik Gunung Raung.  

Kala itu, Stu memang sedang dalam fase patah hati- yang akhirnya gadis yang membuatnya patah hati kala itu kini menjadi istrinya <3 dan entah kenapa setelah patah hatinya itu ia punya keinginan untuk mendaki gunung, Bukit Jamur Bengkayang dan Bukit Niut Sanggau, adalah bukit pertama yang kami daki bersama beberapa teman kampus kami selepas wisuda.  

Bertahun-tahun setelahnya, di bulan Maret 2019 Stu kembali mengajakku untuk naik Gunung Raung, saat itu aku hanya menanggapi ajakannya dengan biasa-biasa saja.  Ia memang sudah beberapa kali naik gunung, seperti Semeru dan Rinjani setelah Niut.  Mengajakku kala itu tapi aku sedang bekerja di posisi yang membuatku tidak enak untuk meminta ijin dalam waktu yang lama sehingga aku tidak pergi.  Kali ini, kupikir aku memiliki waktu, walau memang tidak pernah terlalu antusias untuk naik gunung dan bersusah-susah.

Setelah itu, tentu saja aku mulai mencari informasi mengenai Gunung yang terletak di Banyuwangi ini, aku memang tidak terlalu tertarik dengan gunung, kupikir aku hanya mengenal Semeru, Rinjani. Setelah menonton beberapa vlog, membaca blog dan informasi di internet.  Nyaliku mulai ciut, nampaknya gunung ini adalah gunung yang membutuhkan skill karena harus menggunakan tali temali dan- merupakan gunung yang ekstrem, kedua setelah Cartenz.  Terlebih, nama-namanya begitu mengerikan, di jalur lain, memiliki pos yaitu pondok mayit, sebelum puncak, ada yang namanya Jembatan Sirotol Mustaqim.

Sialan, umpatku waktu itu.  Sebenarnya aku tidak punya nyali untuk hal-hal seperti itu.  Tapi kemudian aku diundang ke grup whatsapp dan ada beberapa orang lagi yang akan mengikuti perjalanan ini.  Dan, sebagai salah satu teman yang selalu bisa mempengaruhiku untuk beberapa hal dalam hidup, Stu memang selalu berhasil meracuniku dan memotivasiku untuk mengikuti perjalanan ini. Dimulai dengan lari pagi yang beberapa kali kulakukan untuk mempersiapkan fisik.

Karena aku senang menonton film, maka aku mencari film-film yang berbau naik gunung, biar memotivasi, kemudian di Home-Searchku, aku menemukan film Solo, film yang sangat menginspirasi dan membuatku bersemangat.  Film ini menceritakan tentang Alex Honnold, seorang introvert yang senang melakukan free solo climbing di El Capitan, Yosemite National Park.  Highlight yang menarik buatku sebenarnya bukan perihal climbingnya, tapi bagaimana dokumenter ini menggali karakter Alex, hal-hal apa yang dipikirkannya dalam perjalanannya menaklukkan El Capitan, pikiran-pikiran negatif, terliar dan keegoisannya untuk melakukannya sendiri dan hubungannya dengan orang lain.  Aku pikir, semangatku untuk mendaki, sebagian besar terpengaruh dengan semangat Alex di film ini.  Sebagai orang yang introvert dan menikmati perjalanan sebagai suatu tantangan terhadap diri sendiri, menaklukkan diri sendiri.  Aku pun akhirnya membulatkan niat untuk pergi.

Untungnya, saat itu UTS ku sudah selesai dan aku pikir aku akan mengambil ijin untuk jumat dan sabtu untuk tidak mengikuti perkuliahan awal. 

Bandung, tanggal 16 April, aku menggunakan Kereta Api dari Stasiun Bandung menuju Stasiun Sidoarjo dan akan sampai keesokan paginya.  Stu dan temanku yang lain; Christian, Ko Ahin dan Bang Fer dari Sintang-Pontianak ke Bandara Juanda, Surabaya akan menghampiriku pada tanggal 17 April di stasiun pada jam 11 untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Banyuwangi.  Aku sudah sampai di stasiun paginya, kemudian berjalan-jalan di sekitar stasiun, yaitu ke kawasan bekas lumpur lapindo dan dua candi yang berada tidak jauh dari stasiun dengan menggunakan ojek.

Stasiun Sidoarjo

Monumen Lapindo

Kawasan Lapindo

Candi di Sekitar Stasiun Sidoarjo

Setelah agak siang aku kembali ke stasiun, menunggu teman-teman untuk melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Banyuwangi, hingga sampai sekitar jam 9an, kemudian makan, menunggu hujan dan mengantri ojek menuju Camp Bu Suto.  Ternyata ketika sampai di stasiun Banyuwangi, sudah ramai pendaki-pendaki Raung yang menuju Camp sehingga ojek yang mangkal sekitar 7-10 orang harus bergantian mengantar kami, mereka juga sudah bekerja sama dengan penyelenggara trip dan kenal dengan guide yang kami sebutkan, sedangkan untuk ketersediaan ojek online masih belum dapat digunakan di daerah tersebut.

Malamnya hujan deras, dengan berbekal jas hujan ala kadarnya ternyata masih tembus dan membuat basah.  Kami pun bermalam di Camp Bu Suto yang rupanya sangat penuh, hingga ke teras dijejali orang-orang yang tidur sehingga tidak tersisa celah kosong, untungnya Stu berinisiatif menggunakan jasa private untuk berlima sehingga kami bisa tidur terpisah dengan yang lain di ruang tersendiri walaupun tetap melantai. 

Keesokan paginya setelah malamnya hampir tidur pagi karena dengkur nyaring Koh Ahin, Bang Ferry dan bunyi geretan gigi nya Stu saat tidur kukira aku hanya tertidur sekitar 2-3 jam.  Kami pun bersiap-siap menuju Pos 1, dengan diantar ojek lagi.

Christian and Stu
@ Camp Bu Suto

Perjalanan kami pun dimulai, dari hasil baca-baca di internet, memang track cukup panjang dari pos pos awal, namun kukira tidak terlalu menghabiskan tenaga karena pos pos awal tantangannya hanya berjalan kaki dengan tingkat kemiringan yang tidak terlalu curam.  Target kami untuk hari itu adalah untuk bermalam di Camp 7 dengan ditunggu 2 tenda dan 7 botol air di atas.  Aku pikir saat itu di hari pertama fisikku masih cukup baik hingga menjelang sore hari, beberapa kali berhenti untuk beristirahat ketika jalan mulai tegak lurus, beberapa juga menggunakan tali untuk bergantung dan naik.  Baru terasa benar-benar membutuhkan tracking pole untuk menahan berat badan, tapi kupikir untuk jalan-jalan yang curam hanya dibutuhkan satu tracking pole di kanan karena tangan kiri digunakan untuk berpegang di tanah maupun tali.

Pada saat pendakian malam hari, udara dingin mulai menusuk dan membuat gigil, aku juga tidak sanggup untuk berhenti dan beristirahat terlalu lama karena pasti akan menggigil, dengan terus melanjutkan perjalanan, udara dingin menjadi tidak terlalu terasa karena bercampur dengan keringat dan panas tubuh yang terus keluar.  

Sekitar jam 9 malam, kami pun sampai di Camp 7.  Bermalam sebentar, kemudian beberapa rombongan berangkat subuh untuk Summit Attack, sedangkan kami memilih untuk giliran terakhir karena masih ingin memulihkan tenaga dan bersantai sebentar.  Kemudian setelah sarapan, kami pun mulai melanjutkan perjalanan.  Terdapat beberapa hambatan yang tidak terlalu selain pendakian yang mulai tinggi dan langkah kaki yang harus lebih panjang, merayap di tanah tegak lurus.  Setelah akhirnya sampai di Camp 9 kami mulai memasang helm dan tali di badan untuk bersiap summit attack.

Setelah Camp 9, kupikir track semakin pendek tapi rupanya disinilah tantangan baru dimulai, dengan berjalan melintasi tebing dan angin yang kencang, pada bukit-bukit batu yang membuat gemetar karena kanan-kiri tidak nampak daratan, berdiri di atas awan dengan jarak ke bawah yang hampir tidak terlihat mata karena terlampau jauh.  Bahkan guide memberikan saran apabila terpeleset baiknya jatuhkan diri ke kanan, karena minimal setidaknya masih bisa ditolong oleh tim sar dan patah tulang, sedangkan apabila jatuh ke kiri tidak akan dapat tertolong lagi.

Kalau kata-kata itu aku dengar dalam keadaan normal mungkin aku akan bergidik dan mundur saja. Haha.  Tapi saat itu keadaan sudah kepalang tanggung, mau pulang dan mundur juga sudah terlalu jauh.  Tentu saja, rasanya kala itu aku mematikan otak- dan kekhawatiran-kekhawatiran untuk memaksa diri melangkah kecil, satu demi satu.  Menginjak batu batu terjal satu demi satu, dengan tangan berkeringat berpegangan pada apa saja yang nampak meyakinkan agar bisa memantapkan langkah ke entah apa yang ada di depan.

Menuju summit, setelah Puncak Bendera, kami menuju Puncak Sejati.  Dengan melewati jembatan Sirotol Mustaqim, bukit bebatuan dengan jalan setapak berbatu dan angin yang menusuk, Pak Guide mulai menyadari aku terlalu tidak yakin melangkah, karena saat itu aku benar-benar ngeri terpeleset dan mati :) jadi beliau berinisiatif memberiku tali untuk aku berpegangan padanya.  Aku benar-benar tidak percaya diri menginjakkan kaki di batu-batu kecil, dan mudah terpeleset, kupikir keseimbanganku sudah tidak terlalu bagus karena kakiku terasa sangat lelah menopang badanku ini :)) Dengan mengikuti tali Guide, aku berjalan mantap mengikuti langkah beliau, temanku Stu pun menjadi sedikit lebih lega melihatku berjalan melintasi tebing karena aku lihat dia begitu mengkhawatirkan keselamatan yang lain pula karena katanya, dia lah yang bertanggung jawab karena telah mengajak kami semua kesini. Hahaha. 



Akhirnya setelah mengesampingkan logikaku kalau melintasi jalur itu rasanya tidak masuk akal untuk dilalui manusia, aku memutuskan untuk melihat ke bawah saja dan menikmati setapak demi setapak kecil dan menikmati pemandangannya.  Mendokumentasikan perjalanan dan mengeluarkan handphone pun rasanya sudah malas karena tangan sudah berkeringat dan rasanya aku hanya ingin menikmati kesulitan perjalanan ini dan sampai dengan selamat, kemudian menikmati waktu dengan aku dan kengerianku sendiri kala itu. haha.

Akhirnya, Puncak Sejati, Gunung pertamaku.

Bang Fer, Aku, Ko Ahin, Stu dan Christian


My Very First Stratovolcano

Juga ada cerita menarik hampir mati alias near death experience temanku saat turun dari Puncak Raung, Christian. Saat itu kami harus melewati tebing dengan menggunakan tali dengan teknik rapling (kalau aku tidak salah).  Jadi dengan tangan kiri di atas memegang tali dan kanan di tali bawah untuk tumpuan badan, dengan satu guide pemegang tali di atas, kami menuruni dan pergi ke sisian tebing dengan resiko jatuh ke bawah, kami bisa melihat berkilo jauh jatuhnya.  Entah kenapa saat itu, tali yang ia pegang terlepas, karena tangan kanan bawahnya tidak menumpu dan menahan tali, ia hampir terjun bebas meluncur ke bawah, untungnya beberapa meter setelah katanya ia merasa begitu tenang pada saat terjun bebas itu, kesadaran dengan cepat menyadarkannya untuk berpegang dengan tali tanpa teknik awal.  

Guide yang di atas hampir panik, kami saat itu tidak melihat langsung karena tebing berada di bawah dan kami agak jauh menunggu giliran dia untuk turun, tapi mendengar guide yang panik bercerita ke temannya.  Setelah melewati jalur itu aku mulai bergidik membayangkan keadaanya saat itu, dan membayangkan apa yang terjadi kalau dia jatuh :') Saat itu kami menemuinya dan ia terlihat sedikit shock dan menyalakan sebatang rokok untuk menenangkan diri :))

Almost losing you, mate. LOL.

Setelah turun, kami kembali menuju Camp 7 untuk bermalam dan turun keesokan paginya.  Kupikir perjalanan turun akan mudah, terlihat dari beberapa porter dan guide yang aku lihat hampir berlari menuruni jalan. Haha.  Ternyata untuk meloncat-loncat seperti itu dengan kaki yang sudah diforsir beberapa hari dan dengan jangka waktu yang lama dan intens membuat kaki lumayan pegal dan lemes sehingga ketika turun sangat terbantu dengan tracking pole, aku merasa seperti nenek-nenek jompo yang dibantu tongkat untuk selangkah demi selangkah menuruni tanjakan-tanjakan Raung.

Akhirnya setelah selangkah demi selangkah pelanku sambil menikmati perjalanan. Haha. Kami sampai di Pos 1 sekitar jam 10an tiba di Camp Bu Suto.  Kami pun memutuskan untuk keluar dari camp dan menginap di hotel Raung View untuk beristirahat dan curhat-curhat tipis. Hahaha.

Bersantai sejenak di Raung View Hotel

Setelah bersantai, bangun siang, ngopi, mandi, packing barang ulang, kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya, yaitu Bali.  Bermodalkan internet, kami pun mencari cara bagaimana untuk menuju Bali dengan nyaman, terdapat beberapa pilihan seperti naik bis ataupun sewa mobil.  Kami akhirnya berangkat dengan menggunakan mobil sekitar jam 3 sore dari Banyuwangi untuk memulai perjalanan selanjutnya menuju Bali.  

-

Tuesday, April 16, 2019

Dijual : Sebotol Kenangan #funfiction

Aku ingin menceritakan semuanya tentangmu. Supaya aku bisa mengingat semuanya tanpa terkecuali, dengan detail yang suka berseliweran di kepalaku ketika aku sedang sepi dan sendirian.  Terkadang bercampur pula dengan mimpi yang menyisakan keringat dingin yang membuat aku bangun dan mencari lagu-lagu yang pernah kita putar berdua : Turis-Lyla, ah lagu yang fun menurutku, menceritakan tentang seseorang yang cuma singgah sebentar dan membuat hati patah, saat pertama kali bertemu denganmu, entah kenapa aku sudah punya firasat kau akan pergi, dulu firasatku bilang kau akan pergi ke kota lain dan melupakanku. Tanpa diduga, akhirnya aku-lah yang pergi ke kota lain-berharap akan lebih mudah melupakanmu disana. Lagu kedua itu lagu Surat Cinta Untuk Starla- Virgoun. Lagu yang pertamanya kuanggap norak dan terlalu klise, tapi karena setiap hari kau putar di mobilmu, aku tiba-tiba saja menyukainya.  Dan lagu yang ketiga : Akad-Payung Teduh, lagu yang berkesan untukku sendiri karena di akhir-akhir masa perpisahan itu, aku senang mendengarnya dan saat itu sendang musim hujan, aku senang mengenangnya di parkiran dimana aku sering bertemu denganmu, kemudian melihat kota dari lantai atas, dan mengingat-ingat masa-masa yang pernah begitu membuatku hampir saja yakin akan sesuatu yang mustahil. 

Aku ingin mengigat semuanya-semua detailnya.  
Biar aku bisa mengumpulkan kemudian melupakan semuanya.

Celakanya sudah seharian ini aku mengingat-ingat bagaimana caranya kita pertama kali bertemu.  Bagaimana aku bisa mengingat semuanya jika aku melupakan yang paling penting, yang pertama?

Aku mencoba beberapa cara yang aku temukan di sebuah artikel dengan sumber yang tidak terlalu terpercaya, tapi yang paling populer, mungkin bisa berhasil.

Aku duduk di sofa, menghidupkan lilin aroma therapy berbau ocean dengan gambar pantai di kemasannya dan mulai membayangkan wajahmu, rasa hangat tanganmu, rambutmu yang selalu berdiri tidak perduli sudah banyak pomade yang selalu kau pakai sebelum kita pergi. Kemudian potongan rambutmu yang selalu sama karena kau kesulitan merubah gaya rambut, aneh katamu. 

Bau aroma therapy-nya mulai tercium hmm, bagaimana aku bisa mengingatmu dengan bau pantai? sedangkan kau tidak pernah suka pantai, tidak suka kopi, tidak suka jalan-jalan, tidak suka nonton film barat-hanya film komedi-komedi indonesia yang membuatku cringey, kalau tidak salah judul filmya Warkop Reborn. Ah iya, aku ingat film pertama yang kita tonton, aku kira saat itu, sepulangnya aku memperpanjang perjalan kita sampai akhirnya kita jadian. Film The Mechanic- Jason Statham.  Kukira kala itu kau tidak terlalu menyimak filmnya.  Kupikir kau lebih suka film Indonesia. 

Aku masih ingat bagaimana kita menghabiskan malam-malam dengan berjalan-jalan keliling kota, mendengarkan lagu kesukaanku, mampir di coffeeshop kesukaanku, menulis jurnal harian dari buku yang kau belikan karena aku bisa meyakinkanmu untuk menulis di jurnal yang berisi perasaan-perasaan yang kita rasakan.  Aku berhasil pula meyakinkanmu mengikuti sebuah pernikahan pura-pura dengan cincin emas plastik pura-pura yang membuatku senang setengah mati waktu itu.  Sampai aku ingat, mantanku menghubungiku kembali tapi aku benar-benar sudah tidak ada rasa lagi untuknya, aku masih ingat hatiku penuh dengan pikiran tentang bagaimana hari itu berjalan dengan sangat... menyenangkan?

Aku masih ingat pula bagaimana kau mengajakku mengajar di sekolah terpencil, bermain dengan anak-anak, menghabiskan waktu untuk mengobrol di sepanjang perjalanan, atau hanya membiarkan aku pura-pura tertidur di sampingmu, hanya karena aku sedang terlalu senang dan ingin menikmati waktu-waktu bersamamu. Aku masih ingat semua omelanmu, semua hal yang tidak kau suka tentang aku.

Terkadang, jika aku melihat jeans robek di etalase toko, aku pasti selalu mengingatmu, yang sangat tidak senang ketika aku memakainya, seperti pula sendal coklat atau sepatu hak tinggi coklat, atau bahkan jaket jeans levi's yang kau belikan waktu itu.  Kukira, aku masih ingat semua yang pernah kau berikan padaku. Tentang hal hal yang aku berikan? aku hampir tidak ingat, tapi mungkin sebuah gitar, sebuket bunga, yang sebenarnya aku senang melihatnya dan kubeli untuk diriku sendiri, tapi kemudian aku belikan pula untukmu, sebuah jurnal, beberapa kolase foto, sebuah hammock orange yang ketinggalan? ah, lantas apa lagi. Entah aku sudah tidak ingat atau mungkin memang tidak ada lagi. 

Lantas bagaimana? Bagaimana cara kita bertemu pertama kali? Apakah itu ketika aku melihatmu di kelas, tak sengaja bersinggungan dengan sikumu yang lantas dengan cepat kau tarik? atau ketika aku harus buru-buru keluar untuk menemui mantanku lalu kau membantuku untuk mengeluarkan mobilku di parkiran yang padat? atau ketika kita ingin nonton dengan teman-teman yang lain lantas yang tersisa hanya kita berdua? atau ketika kau memberiku pesan untuk sebuah kegiatan sosial, yang lantas aku sengaja mencari-cari topik percakapan dari hal hal yang konyol? atau ketika kita tidak sengaja berboncengan selama delapan jam menyusuri hutan dan mulai menceritakan tentang mantan-mantan dan kegagalan-kegagalan hubungan kita?

Entahlah, aku sungguh tidak ingat bagaimana caranya kita bertemu.  Mungkin aku sudah lupa.  Mungkin semuanya cuma kenangan kabur yang bahkan mungkin tidak pernah terjadi. Khayalanku saja.  Mungkin memang sebaiknya kita anggap saja semuanya tidak pernah terjadi.

"Sudah semuanya?"
"Sudah Pak"
"Kamu yakin? Sekali kamu menjualnya, kamu tidak akan dapat memintanya kembali"
"Yakin Pak"
"Oke, ini yang kamu dapatkan.  Sebuah botol baru, kosong, kamu bisa mengisinya lagi"

Hari ini, aku pulang membawa sebuah botol yang kosong, 
tapi jika kuperhatikan lekat-lekat, 
cahaya berpendar, seperti pelangi. 

Kemudian tiba-tiba dadaku terasa sesak.
Rasanya ada yang hilang.
Tapi aku tidak bisa lagi mengingatnya.

Bandung.
Selasa, 16 April 2019

Thursday, April 4, 2019

LAST MIDTERM OF THE YEAR

Bandung, 4 April 2019
03.16 pm

Menuju semester terakhir.  Ah, aku akan tidak merindukan-sekaligus merindukan ini, belajar, membaca, bertemu orang-orang dengan tujuan yang sama, berdiskusi, menyimak pemikiran-pemikiran, bertanya, berdebat.  Aku kira hal-hal itulah yang mahal dari sebuah perkuliahan, memaksa dan mendorong diri untuk belajar, mengerjakan tugas-tugas.  Kalau kata papaku dulu ketika memasukkan ke klub bulutangkis, kita membayar mahal-mahal seorang pelatih karena sebenarnya tidak mampu mengerjakan dan menyuruh diri kita sendiri untuk latihan, meskipun rutinitas latihan yang dilakukan sudah dihapal luar kepala, tetapi latihan perlu untuk memaksa orang memaksa diri kita untuk terus melakukannya.  Ironi tapi ya, begitulah manusia (aku juga) dan kemalasan-kemalasannya. haha.

Meskipun menyukai pengetahuan, tetapi mengerjakan tugas tugas dan (terpaksa) menulis topik topik yang secara pribadi tidak membuat kita tertarik adalah hal yang cukup berat, terlebih perasaan tidak puas terhadap tugas-tugas yang dikerjakan, kemandekan pikiran, semangat ingin membuat sesuatu yang spektakuler, imajinatif dan terobosan tentu akan selalu terbentur akan realitas, daya dukung, pengetahuan empiris dan riset-riset ilmiah dengan segala keterbatasannya.  Tentu kita juga tidak mau membuat sesuatu yang sangat judgemental dan penuh asumsi-asumsi kosong tak berlandas.

Hal lain yang menarik adalah tentu, bertemu orang-orang, subjek penelitian, mempelajari bagaimana perilaku mereka, cara berpikir, dan tentu garis besarnya: masalah yang mereka hadapi di kehidupan mereka serta dengan analitik (sok tahu) mencoba memberikan solusi, rekomendasi, alternatif skenario yang idealnya, bisa membuka mata dan dilakukan oleh subjek demi kepentingannya sendiri. Mencoba berempati dan memposisikan diri menjadi (orang) yang diteliti.  Meskipun kadang muara akhir dari penelitian penelitian adalah : sosialisasi, edukasi dan hal hal semacam itu.  Kurasa manusia sebagai garis besar penelitian sosial akan terus berkutat pada kompleksitas manusia dengan macam macam kepentingan dan latar belakangnya, karena itulah sumber pengetahuan mengenai manusia tidak akan ada habisnya.  Dinamis, multidisplin, kompleks namun juga saling mempengaruhi satu sama lain.

Hingga pada akhirnya, pada minggu UTS ini, yang berarti sisa kuliah tinggal 9 minggu lagi sebelum UAS dan menyusun tesis. Hatiku hanya harap harap cemas semoga tambah rajin dan beruntung (?) melalui semuanya dengan lancar dan bisa menikmatinya pelan-pelan sebelum kembali rutinitas kantor.  Yeay.

Friday, March 8, 2019

Applied Research Method #bookreview


Buku Bab I Applied Research Methods in Public and Nonprofit Organizations

Author : Mitchell Brown and Kathleen Hale

Proses Penelitian
Proses Penelitian adalah hasil dari kombinasi ide yang baik dan pertanyaan mengenai teori dan praktek, sistematis dan pengumpulan data yang layak dan analisa, serta komunikasi mengenai hasil dengan langkah-langkah yang terdiri dari:
1.      Membentuk ide dan pertanyaan penelitian
2.      Pengembangan Teori dan Hipotesis
3.      Melakukan konstruksi desain penelitian sebagai perencanaan pengelolaan data dan analisis
4.      Implementasi desain penelitian melalui pengumpulan data
5.      Menganalisis data
6.      Membentuk kesimpulan dan memaparkan penelitian
Pada akhirnya semuanya adalah tentang bagaimana mengoperasionalkan, mengukur dan mengumpulkan data, terutama data yang relevan dimana dapat terbagi menjadi data primer dan data sekunder, kemudian kita menganalisis dan memandingkan hasil dari hipotesis yang telah kita ambil di awal. Dimana hasil yang diperoleh antara lain mengenai teori yang kita uji coba atau sesuai dengan teori yang kita bangun.  Teknik yang dilakukan untuk menganalisis data tergantung dari data yang dikumpulkan.  Tahap akhir dari proses melibatkan hasil interprestasi data lewat analisis dan bagaimana cara kita menyampaikan mengenai hal tersebut agar dapat lebih memahami permasalahan tersebut, meningkatkan kebijakan dan program yang akan dilakukan dan melengkapi teori.

Konteks Penelitian Terapan
Adapun terdapat perbedaan antara penelitian terapan dan penelitian dasar. Dalam penelitian dasar memiliki tujuan untuk menyempurnakan pengetahuan dan melihat hubungan antara konstruksi teori dan variabel yang terkait, sedangkan penelitian terapan memiliki tujuan untuk memahami dan memecahkan masalah yang nyata, seperti mengenai bagaimana merancang program baru atau memodifikasi program yang sedang berjalan.
Terdapat pula enam kerangka umum dalam proses penelitian, pertama, memperhatikan analisis empiris, yaitu yang berbasis analisis dari bukti mengenai bagaimana hal tersebut sebenarnya, atau bukti nyata, kedua, bahwa pengetahuan itu falsifiabilitas, yaitu dapat dibuktikan salah atau tidaknya, ketiga, hipotesis harus berdasarkan dari pengamatan sistematis dan pengumpulan data, keempat, seluruh proses penelitian dan penemuan dapat dijelaskan/dikomunikasikan, kelima, penelitian harus bersifat umum/generl dan keenam, penelitian dapat dijelaskan secara sederhana dan terus terang atau ringkas.

Administrasi Publik, Kajian Nonprofit dan Bidang Lainnya
            Administrasi publik, lebih memperhatikan desain dan penyampaian mengenai keputusan kebijakan publik dalam lingkup publik, dimana mencakup pula administrasi dan kebijakan pada lokal, negara, nasional atau level antar bangsa.  Melalui buku ini pula, didefinisikan pelayanan publik yang mencakup instansi publik, organisasi nonprofit dan bidang lainnya, karena sebenarnya pemerintah dan organisasi nonprofit tidak dapat dipisahkan dalam memenuhi kebutuhan publik. 
            Pertanyaan yang muncul adalah seputar desain kebijakan, implementasi dan evaluasi yang juga terkait dengan subbidang kebijakan publik dan analisis kebijakan.  Kebijakan publik fokus kepada faktor politik dan ekonomi yang membentuk formulasi kebijakan, pembuatan keputusan publik dan analisis tahap pembentukan kebijakan publik.  Sehubungan dengan itu, subbidang analisis kebijakan fokus terhadap analisis sistematis dari alokasi sumber daya dan evaluasi output dan outcome.  Keduanya mempertimbangkan menekankan pada penerapan pemecahan masalah dan analsisnya.
Literasi Informasi
            Literasi informasi adalah memahami jenis informasi apa yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah.  Selain itu termasuk pula bagaimana menemukan informasi, mengetahui kualitas informasi, mampu membaca dan memahami informasi dan memahami konteks informasi.  Hal tersebut merupakan aspek yang penting dalam memahami dunia kontemporer pada saat ini, dimana perubahan teknologi membuat informasi dapat dengan mudah diakses oleh hampir semua orang, tetapi juga memiliki kelemahan yaitu tidak semua orang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk membedakan kebenaran informasi yang tersedia sehingga harusnya dapat dilihat dari otoritas pihak lain untuk menganalisis dan menafsirkan informasi.
Dimana menurut universitas dan perguruan tinggi, terdapat lima standar untuk menentukan kemampuan literasi yaitu :
1.      Memahami sifat dan kuantitas informasi yang dibutuhkan untuk tugas yang berbeda;
2.      Akses yang efektif dan efisien;
3.      Mampu mengevaluasi informasi dan menggabungkannya untuk memperluas pengetahuan;
4.      Mampu menggunakan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan;
5.    Menggunakan informasi secara etis dengan pemahaman yang menyeluruh mengenai implikasi dari informasi tersebut.

Kualitas Informasi dan Tipe-Tipe Sumber
Pada masa sekarang, hampir semua orang memiliki akses terhadap sumber informasi, namun untuk mengembangkan literasi informasi adalah memahami bagaimana mengidentifikasi informasi yang berkualitas.  Informasi yang berkualitas adalah informasi yang akurat secara faktual, berasal dari sumber yang kredibel melalui proses publik dan transparan, dan diproduksi menggunakan teknik yang ketat dan standar yang mematuhi etika yang sesuai standar.
 Salah satu pendekatan untuk memikirkan tentang kualitas berbagai sumber informasi adalah membagi mereka menjadi dua kelompok: ilmiah dan populer. Informasi berkualitas tertinggi di akademisi, atau pekerjaan berbasis universitas, adalah ditemukan dalam jurnal peer-review. Ulasan rekan berarti bahwa pekerjaan dievaluasi oleh para ahli anonim sebelum penerimaan untuk publikasi.  Selain dari universitas, surat kabar dan majalah juga dapat digunakan sebagai sumber informasi, meskipun sebagian besar jurnalis mematuhi standar jurnalistik, namun terdapat pula hierarki kualitas antara surat kabar dan majalah, sehingga yang menjadi pertimbangan adalah tingkat kepercayaan yang diberitakan pada outlet tertentu.  Selain itu terdapat pula publikasi dan informasi pemerintah yang dihasilkan oleh organisasi nonprofit, kelompok kepentingan dan lembaga think-tank (wadah pemikir) yang sulit pula untuk menilai kualitas informasinya, yang dapat menjadi pertimbangan adalah mempertimbangkan alasan atau motivasi yang mempengaruhi pembuatan informasi tersebut.

Menemukan Kualitas Informasi Yang Tinggi
Hari ini, pencarian informasi berkualitas tinggi kemungkinan besar akan dimulai dengan Internet dan daftar basis data yang dikurasi yang mengandung artikel-artikel ilmiah. Seperti Google Scholar, JSTOR, atau Penyimpanan Jurnal, yang menawarkan pencarian ribuan teks lengkap jurnal edisi terbaru dan edisi terakhir. Indeks Sitasi Ilmu Sosial adalah tersedia melalui layanan berlangganan ISI Web of Science. The Social Science Jaringan Penelitian menyediakan akses ke artikel akademik dalam ilmu sosial dan kemanusiaan; artikel diposting oleh penulis dan dapat diunduh dengan biaya tambahan melalui pelanggan institusional. Pencarian untuk undang-undang dan peraturan mungkin untuk fokus pada database hukum. LexisNexis dan Westlaw adalah dua langganan semacam itu jasa. Layanan ini dan lainnya menyediakan akses ke kasus federal dan negara bagian hukum, artikel tinjauan hukum, risalah, dan beasiswa hukum lainnya, serta berita artikel. Ensiklopedi yang diterbitkan oleh akademis atau penekanan serupa lainnya juga bisa memberikan rangkuman yang bermanfaat tentang keadaan umum lapangan pada suatu topik tertentu (untuk contoh, evaluasi program atau identifikasi pemilih). Ensiklopedia Publik Administrasi dan Kebijakan Publik (Berman 2007) adalah salah satu contoh tujuan umum, ensiklopedia peer-review yang menyediakan perkenalan panjang artikel tentang a berbagai macam tema dan subbidang.
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada satu sumber informasi yang akan memenuhi semuanya penelitian kami perlu untuk pengembangan teoritis, pendekatan metodologis, atau data. Kami harus mengumpulkan banyak sumber informasi dan mensintesis teori, metode, sumber data, dan temuan. Yang penting adalah yang kita kumpulkan dan gunakan informasi akurat yang secara kolektif mencerminkan gambaran lengkap yang relevan masalah dan data, dan bahwa kita mengakui berbagai bias dan perspektif terkandung di dalamnya.

Nilai, Kepercayaan, dan Kepastian dalam Disiplin Terapan
Manusia, selalu menjadi dunia yang dipelajari melalui riset terapan, nilai-nilai dan keyakinan selalu dimasukkan ke dalam analisis dalam beberapa cara. Bidang administrasi publik, studi nonprofit, kebijakan publik, dan kebijakan analisis khususnya berkaitan dengan nilai dan keyakinan dari dua yang berbeda perspektif yang terkait dengan lembaga-lembaga Amerika. Satu perspektif adalah tercermin dalam proses keputusan dan hasil proses politik. Sebagai konsekuensinya, sebagian besar debat kebijakan tercermin dari dua perangkat persaingan yang luas nilai-nilai; nilai-nilai ini biasanya tercermin dalam posisi keduanya partai politik besar (meskipun itu tidak selalu terjadi). Mayoritas politik secara terus-menerus dikonfigurasikan melalui proses pemilihan yang konstan; hari ini pandangan mayoritas mungkin pandangan minoritas politik di masa depan.
Beberapa saat ini terlibat dalam mencari masalah dan masalah, dan beberapa akan terlibat di masa depan. Para juara, penantang, penonton, dan pendukung ini mencerminkan nilai dan keyakinan yang berbeda tentang bagaimana masalah publik didefinisikan dan tentang cara-cara untuk mengatasi kondisi tertentu; interaksi ini nilai dan keyakinan adalah aspek penting dari inovasi kebijakan publik (Hale 2011).

Teori Utama dan Teori Sekunder
      Dalam politik Amerika umumnya, para sarjana cenderung bekerja di salah satu dari dua "sekolah," tradisi, atau teori besar, yang disebut sebagai behaviorisme dan institusionalisme. Behavioralists mengajukan pertanyaan tentang politik perilaku dalam konteks Amerika — misalnya, "Apakah masalah pemungutan suara?" sedangkan institusionalis mengajukan pertanyaan tentang bagaimana institusi utama Amerika politik beroperasi dan mengajukan pertanyaan seperti “Peran apa yang dimainkan komite pembuatan undang-undang kongres?.”
Studi tentang pelayanan publik melibatkan kedua sekolah tersebut berpikir, dan penelitian terapan tentang pelayanan publik melihat pada kedua perilaku dan pengaturan kelembagaan. Dalam pelayanan publik, satu ketegangan sentral terletak di antaranya keinginan normatif untuk memisahkan praktik administrasi publik dari nilai-nilai jenis apa pun, termasuk pengaruh politik, dan keharusan konstitusional untuk rekonsiliasi kebijaksanaan administratif (birokrasi) dengan nilai publik yang dapat diubah.
Terkait, ulama organisasi nirlaba prihatin dengan teori amal, komunitas, dan ruang sipil. Tapi, sebagai ilmuwan sosial, kita cenderung menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkembang teori tingkat menengah yang menjelaskan fenomena tertentu. Di sisi lain, ruang publik secara umum, sarjana dan praktisi prihatin dengan kerja sama, kolaborasi, dan hubungan timbal balik serta kinerja dan akuntabilitas. Mengembangkan teori yang menjelaskan konsep-konsep ini dan lainnya untuk menghasilkan yang bermanfaat, dapat diuji hipotesa, atau tebakan terbaik kami tentang bagaimana dan mengapa fenomena ysng diselidiki beroperasi. Hipotesis ini kemudian dikembangkan untuk mendapatkan kemungkinan terbaik desain penelitian untuk mengumpulkan data untuk menguji pertanyaan penelitian.

Perbandingan Kasus
Setiap kasus adalah contoh khas dari riset terapan. Tiga dari studi itu diarahkan untuk menyelesaikan pertanyaan terapan tertentu, dan dua studi itu dimulai sebagai studi penelitian dasar yang menghasilkan temuan berguna untuk, dan digunakan oleh, praktisi. Meskipun materi pelajaran sangat bervariasi di seluruh kasus, kasusnya bersandar kuat pada metode campuran dan kombinasi induktif dan deduktif proses berpikir. Pendekatan gabungan ini sangat cocok untuk pertanyaan penelitian terapan.

Etika dan Pengkajian Kelembagaan
Seringkali ketika kita melakukan penelitian, kita melibatkan subyek manusia dalam satu cara atau yang lain. Ketika berhadapan dengan subyek manusia, ada dua kekhawatiran peneliti perlu memikirkan secara bersamaan. Yang pertama adalah apakah yang kita rencanakan etis pada tingkat dasar. Yang kedua melibatkan aturan-aturan institusional yang diatur oleh Institutional Review Board (IRB) tentang apakah dan bagaimana mendapatkan izin untuk melakukan penelitian kami.
Singkatnya, fokus pada etika dalam penelitian adalah tanggapan terhadap riset yang mengerikan dilakukan oleh para ilmuwan di berbagai titik dalam sejarah terakhir, terutama Nazi percobaan selama Perang Dunia II dan proyek-proyek seperti sifilis Tuskegee bereksperimen di Amerika. Kondisi tersebut akhirnya merefleksikan informed consent, yaitu pengetahuan peserta tentang tujuan dan harapan proyek penelitian di mana mereka diminta untuk berpartisipasi, dan partisipasi yang bebas dan bersedia dengan kesempatan untuk berhenti berpartisipasi di setiap titik untuk alasan apa pun.
Pemerintah AS memiliki pedoman yang jelas yang mengatur subjek manusia penelitian, berdasarkan tiga prinsip:Beneficence, yaitu — memaksimalkan hasil positif untuk kemanusiaan sambil meminimalkan membahayakan, menghormati subjek — termasuk perlindungan otonomi mereka dan, dalam beberapa kasus, anonimitas dan keadilan — memastikan bahwa penelitian tidak mengeksploitasi orang lain.

Perhatian Spesifik Pada Administrasi Publik dan Kajian Nonprofit
            Terdapat contoh kasus yang mempresentasikan pertimbangan etis tertentu yang umum untuk riset terapan, yaitu menilai kebutuhan di seluruh negara bagian dengan melakukan wawancara dengan wanita usia enam puluh lima tahun dan lebih tua, dalam menjadwalkan wawancara, terdapat pula kemungkinan kehadiran pewawancara akan mengganggu jadwal harian mereka sehingga menjadi penting kepada wanita tersebut untuk membaca dan mengisi formulir persetujuan untuk menjelaskan proyek dan haknya dalam wawancara.  Sehingga yang diwawancarai juga dapat memiliki pilihan untuk melakukan wawancara maupun tidak melakukan wawancara.

Evaluasi Program Nasional
Karena tujuan dari program nasional evaluasi adalah untuk menilai kapasitas organisasi yang bertentangan dengan pengalaman dan hasil dari korban kekerasan antarpribadi, yang menjadi perhatian etisminimal. Kami ingin memastikan bahwa organisasi akan dilindungi jika negatifinformasi keluar tentang struktur organisasi mereka, sumber daya, dan kapasitas, sehingga dalam pelaporan publik kami sepakat untuk menggambarkan karakteristik umum organisasi dan memberi mereka nama alternatif.
Tidak terkait dengan studi kapasitas, bagian lain dari evaluasi diidentifikasi praktek yang berpotensi tidak etis pada bagian dari salah satu penerima selama kursus pengumpulan data, dan tim evaluasi setuju untuk segera mengubah informasi ini ke Departemen Kehakiman, yang kemudian mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki situasi. Di sini kami menemukan pertanyaan etis: Jika bahaya bisa datang kepada peserta studi dari praktik organisasi, apa langkah yang benar untuk kami sebagai pengamat luar yang melakukan penelitian yang tampaknya netral dan bebas-nilai?
Melakukan kami mematuhi janji kerahasiaan kami untuk organisasi dalam penelitian, atau apakah kami melaporkan temuan kepada penyandang dana, mengidentifikasi organisasi? Jika kami melaporkan temuan kepada penyandang dana, apakah kita melakukannya segera atau setelah masa studi? Keputusan kami adalah bahwa keamanan peserta penelitian lebih penting daripada "integritas" kami sebagai peneliti, dan dengan demikian kami segera menginformasikan kepada penyandang dana dari temuan kami.

Pohon Keputusan
Merencanakan proyek riset terapan melibatkan banyak pertimbangan, seperti yang kita miliki mulai dibahas dalam bab ini. Keputusan berlimpah di setiap belokan di dalam desain, implementasi, dan analisis bahkan proyek yang paling sederhana sekalipun. Sebagai peneliti, kami
pada dasarnya memiliki kontrol penuh atas bagaimana penelitian dirancang, dijalankan, dan dianalisis. Variasi yang tak terbatas ini bisa luar biasa, namun pilihan yang kita buat adalah jantung penemuan. Kami telah menemukan bahwa mengajukan beberapa pertanyaan langsung dapat membantu mengatur pikiran dan upaya kami di seluruh perusahaan penelitian; kita menyajikan pertanyaan-pertanyaan ini dalam bentuk pohon keputusan di seluruh buku.

Pertimbangan Keputusan Penelitian
Proses IRB berfokus pada keputusan etis tentang pengumpulan dan perlindungan data hak-hak subyek manusia. Meskipun masing-masing lembaga memiliki persyaratan internal dan jadwal untuk ditinjau dan juga proses untuk mempertimbangkan penelitian yang dapat dibebaskan dari tinjauan. Sebaliknya, pada keputusan utama yang memandu apakah tinjauan IRB diperlukan dan apakah tinjauan itu kemungkinan besar akan menjadi tinjauan dewan penuh atau beberapa bentuk tinjauan yang dipercepat. Ulasan yang dipercepat dapat menjadi pilihan jika data terkait kegiatan organisasi dan program pemerintah.

Kesimpulan
Dalam bab ini memuat tentang gambaran umum proses penelitian dan konsep dari upaya penelitian yaitu kualitas penelitian, tahapan proses penelitian dan interatif, refleksif sifat proses yang melibatkan umpan balik dan revisi. Bahwa dalam penelitian juga harus mempertimbangkan etika dan peninjauan dari kelembagaan. Begitu pula mengenai konteks dasar dari riset terapan yang berdasarkan pertanyaan penelitian yang menjembatani banyak disiplin dan bidang studi yang fokus pada pelayanan publik dimana juga dianggap penting untuk memperhatikan nilai, keyakinan dan persepsi dalam mempelajari kondisi manusia untuk mengatasi masalah sosial yang ada.

Wednesday, March 6, 2019

Regulasi, Kapasitas dan Kolaborasi Untuk Perlindungan Pekerja Perempuan dan Anak di Industri Sawit









Regulasi, Kapasitas dan Kolaborasi
Untuk Perlindungan Pekerja Perempuan dan Anak di Industri Sawit

Ringkasan Eksekutif
            Kurangnya regulasi, kapasitas dan kolaborasi untuk perlindungan pekerja perempuan dan anak di Industri Sawit dapat menjadi hambatan dalam memperkuat perekonomian serta menciptakan iklim usaha yang baik menuju industri berkelanjutan.  Permasalahan yang menjadi sorotan laporan lembaga internasional, dikhawatirkan akan mengganggu ekspor dan kemajuan dalam industri sawit ini sendiri. 
            Terdapat 3 masalah yang digarisbawahi sesuai dengan laporan-laporan tersebut, yaitu mengenai perlindungan terhadap pekerja perempuan dan anak, peraturan yang belum mampu mencakup dan menjangkau kepentingan pekerja, serta kerugian dan pelanggaran hak terhadap pekerja perempuan dan anak.
Pendahuluan
Industri Sawit merupakan keterkaitan kepentingan antara pekerja/buruh dengan pengusaha, sehingga berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat, bahkan perselisihan antara kedua belah pihak. Sebagian besar kasus terjadi karena keadaan ketenagakerjaan yang belum ditetapkan baik dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama maupun peraturan perundang-undangan maupun pemutusan hubungan kerja. Kemudian terkait status buruh/pekerja di perkebunan kelapa sawit, terdiri dari buruh tetap (Syarat Kerja Utama/SKU), buruh berstatus Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Buruh Harian Lepas (BHL) dan Kernet (Koalisi Buruh Sawit, 2018). Adapun yang mendapatkan hak jaminan sosial, perlengkapan kerja, tunjangan tetap dan berserikat hanyalah buruh SKU, sedangkan buruh dengan status PKWT, BHL dan kernet tidak mendapatkan hak tersebut. Sedangkan, menurut Sawit Watch, 2016 sebanyak 70% pekerja di sektor perkebunan sawit merupakan buruh harian lepas (BHL).
            Sebagai penyumbang devisa negara tahun 2016 sebesar 239,4 triliun, ekspor sawit pada Januari-Desember 2016 sebesar 17,8 miliar dolar, yang jauh lebih besar dibanding ekspor non sawit yaitu 8,62 miliar dolar serta penyerapan tenaga kerja sebesar 8,4 juta orang di tahun 2015. Serta sebanyak 15-20 juta orang yang terlibat serta peran besarnya untuk perekonomian Indonesia, sudah saatnya Pemerintah lebih memperhatikan dan memberikan perlindungan yang layak terhadap buruh/pekerja khususnya perempuan dan anak yang terlibat dalam industri ini.
Deskripsi Masalah
Perlindungan pekerja anak dan perempuan di Indonesia merupakan salah satu isu yang penting untuk segera ditindaklanjuti, terkait Laporan Amnesty Internasional Tahun 2016 mengenai indikasi eksploitasi perempuan dan anak sebagai pekerja perkebunan yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya dikarenakan lingkungan kerja dan tempat tinggal pekerja sawit yang buruk dan upah yang rendah di salah satu perusahaan perkebunan sawit multinasional . Dalam Laporan UNICEF 2016, disebutkan bahwa 4 juta orang perempuan dan 5 juta anak diperkirakan bekerja di perkebunan sawit di Indonesia.
Hal ini, juga terkait dengan peraturan yang belum mampu mewakili seluruh kondisi yang ada, khususnya dalam industri sawit, dimana 70% pekerja di sektor perkebunan sawit merupakan buruh harian lepas (BHL), kemudian dengan adanya Kernet/Tukang Berondol, yaitu istri dan anak atau orang lain yang dibayar oleh permanen/asisten untuk bekerja membantu dan tidak memiliki hubungan kerja dengan perusahaan, sehingga status mereka tidak diakui karena kernet direkrut dan diupah oleh buruh panen (Koalisi Buruh Sawit, 2018). Perlindungan dan kepentingan terhadap BHL dan Kernet tersebut, belum dijelaskan secara spesifik dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 100 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PPKWT) sehingga sulit untuk diorganisir dan diawasi.
             Perempuan dan anak, adalah pihak yang paling dirugikan oleh status hubungan kerja tersebut, pada perempuan terdapat resiko kesehatan karena bersentuhan langsung dengan bahan kimia, karena sebagian besar perempuan terlibat pada proses pemupukan dan pemberantasan hama, serta hak cuti haid, cuti maternitas, cek kesehatan rutin, MCK layak dan laktasi juga tidak disediakan di lingkungan perkebunan, yang juga rentan akan pelecehan dan kekerasan fisik karena lokasi yang terisolir dan kurangnya perhatian perusahaan dan pengawasan pemerintah akan hal tersebut. Sedangkan dengan pekerja anak, sudah termuat jelas dalam Undang Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa batas minimal anak berumur 13-15 tahun, yang hanya boleh melakukan pekerjaan ringan dengan maksimal waktu 3 jam perhari, ijin orang tua dan tidak mengganggu secara psikologis.
Rekomendasi Kebijakan
Terdapat tiga hal yang perlu direkomendasikan dapat segera ditindaklanjuti oleh Pemerintah untuk mengatasi permasalahan pekerja perempuan dan anak pada perkebunan sawit di Indonesia, yaitu mengenai regulasi, kapasitas dan kolaborasi, dengan alternatif sebagai berikut:
1.    Terhadap ketiadaan peraturan khusus pekerja/buruh perkebunan kelapa sawit, khususnya terhadap buruh dengan status PKWT, BHL dan Kernet direkomendasikan untuk menyusun dan membentuk regulasi yang melindungi pekerja/buruh khususnya perempuan sehingga dapat tercipta pekerjaan yang layak dalam sektor perkebunan kelapa sawit menuju industri yang berkelanjutan.
2.    Terhadap kurangnya pengetahuan dan kapasitas pekerja/buruh khususnya perempuan dan anak agar Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja, Pertanian dan Perindustrian dapat melakukan sosialisasi, edukasi maupun pendampingan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kapasitas pekerja/buruh sehingga mengetahui apa saja yang menjadi hak dan kewajibannya serta bagaimana cara mengakses perlindungan melalui advokasi dan serikat pekerja/buruh dan memperjuangkan haknya dalam forum lembaga tripartit, yaitu lembaga bersama serikat pekerja/buruh, perusahaan dan pemerintah yang diwajibkan untuk dibentuk dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang selama ini masih belum berjalan secara optimal.
3.    Terhadap perlindungan pekerja, dapat diantisipasi dengan memperluas kerjasama antara Pemerintah, Perusahaan, Serikat Pekerja/Buruh serta unsur-unsur masyarakat untuk dapat meningkatkan pengawasan terhadap pelanggaran hak-hak pekerja/buruh khususnya terkait perempuan dan anak.

Kesimpulan
Momentum yang diharapkan adalah terjadinya perubahan terhadap strategi untuk melakukan kolaborasi lintas sektor yang dapat mewadahi semua stakeholder yang terlibat, baik kepentingan maupun tanggung jawabnya dalam menciptakan iklim yang baik dalam industri sawit. Sehingga kolaborasi tersebut dapat memperkuat keuntungan ekonomi di sektor kelapa sawit secara berkelanjutan, memperbaiki kondisi kerja dan kehidupan pekerja perkebunan yang layak serta memperbaiki citra sektor minyak sawit di Indonesia.
Adapun perubahan yang diharapkan adalah pada status pemenuhan hak pekerja PPWK, buruh harian lepas dan kernet, peningkatan pengetahuan dan kapasitas pekerja, serta perlindungan pekerja, khususnya perempuan dan anak.
Daftar Pustaka
International Labour Organization, 2018. Mempromosikan Kerja Layak di Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia, 16 Maret - Desember 2018.
Koalisi Buruh Sawit, 2018. Lembar Fakta Perlindungan Buruh Sawit Indonesia.
Perselisihan Hubungan Industrial. Konferensi Asosiasi Dosen Hukum Acara Perdata Universitas Tadulako Palu-Sulawesi Tengah, 12-14 September Tahun 2017.
Soleh, Ahmad. 2017. Masalah Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, Vol 6. No.2 Juli 2017, 83-92.
Sudiarawan, Kadek Agus. 2017. Optimalisasi Fungsi Lembaga Kerjasama Bipartit Sebagai Forum Komunikasi dan Konsultasi Antara Buruh dengan Pengusaha dalam Upaya Pencegahan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

Survey Kepuasan Pelayanan Keluarga Berencana







RT 02 Kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung

Highlight of The Day: 
Listening to woman's suffering from using contraception because of : 
1. Lack of information, passive consultations and lack of awareness about the variety of contraception;
2.  Woman still use contraception based on 'trial and error' and how much they can deal with the pain before changing the tools.  Most woman are afraid because if they taking the pills it must consumed everyday, and if they wanna use an implant it must inject at their body and they dont really feel comfortable.

'No woman can call herself free who doesnt own and control her body- Sanger'

Friday, February 1, 2019

tentang Pontianak

Tentang pontianak, berbagai cerita. Ada hati yang patah, tapi masih keras kepala tak mau menyerah. Ada hati yang luka dan berdarah, tapi lebih senang menambal menyimpan resah. Ada kepala yang ramai, tapi diam diam terluka sendiri. Ada yang berbahagia dan jatuh cinta, meski tau tidak akan pernah sampai cinta ke pemiliknya. Ada yang senang menyebar bahagia, padahal hatinya luka-luka. Ada pula yang senang berpura pura, padahal sudah tak ada rasa di dalam hatinya. Ah, jangan jangan dia yang senang mematahkan hati, adalah yang pernah paling patah hatinya.

Selalu ada cerita yang bergulir, di remang remang kala cahaya mulai menghilang, senja hanya teduh sebentar, sebelum panas terik dan matahari yang membakar, kemudian dengan congkak pergi dengan malam yang dingin dan sepi.

Dalam tiap tiap cangkir yang diseduh ketika malam datang atau sebelum mentari datang, ada hati yang patah dan ingin kembali bertumbuh, berjanji akan kuat dan berlari, menjalani hari hari sepi, menjalani hari hari sendiri, bersama orang orang yang pernah patah hati.

Pontianak, 1 Februari 2019
19 of #360days