Saturday, September 28, 2013

Episode Singkat

Kuceritakan padamu sebuah cerita tentang kehilangan, katamu sambil memperlihatkan hati dalam genggaman tangan yang asing yang tak mau kau sebut panggilannya.  Seorang anak kecil yang lugu dan polos dalam matamu menari dalam taman kanak kanak imajiner.  Kemudian luruh dan runtuh langit yang tiada itu menjadi deru air mata yang mengalir dari sungai yang tak pernah kau ketahui muaranya.  Atap atap tembikar menyeruak menelusupkan rintik dari celah-celah rajutan ke dalam matanya kemudian ia berlari, mencari keteduhan dari pohon yang begitu rimbun namun rintik masih menitik dalam helai helai dedaunan yang jatuh menua, berjalan pula ia terlalu jauh dan orang yang begitu asing memberikan benda ajaib yang cembung dan menjatuhkan bulir rintik dari terpanya. Tapi anak kecil itu melihat awan yang muram, tidak tega membiarkannya tak berkawan karena alasan.  Jemari yang menapak kemudian terlalu melebur dalam lunak hingga kau tak bisa berpijak. Tiada yang mampu menahan bulir yang menyerahkan dirinya untuk lebur dan hancur. 

Sehingga tinggal genggamanmu dalam hati yang melingkupi resah yang melumat gundah, kuserahkan nadi untuk menjalar ke seluruh semesta. 

Maka kau kecup keningku dan kau bilang itu cinta.

No comments:

Post a Comment