Monday, November 8, 2021

tujuh belas : tenggelam


hal kecil kadang bisa menguras emosi, waktu dan tenaga. rasanya seperti tenggelam, hanya gelap, berat dan tak bisa keluar. 

kadang ingin mengutuk diri yang terlalu tak kejam, kadang pula ingin menyerah kalah. kadang pula keinginan datang dengan menggebu gebu. dan kenyataan, akhirnya memang harus diterima.

menjadi bagian dari hidup seseorang adalah hal yang menyenangkan, pada kata kata yang tak habis diucapkan setiap hari, pada perasaan yang berubah, hati yang menghangat, tiap sentuhan yang sampai ke hati.

perasaan tak ingin jauh- berharap, bisa menikmati waktu bersama sedikit, lebih lama lagi.

kemudian angin berubah, keinginan berubah, diikuti perasaan perasaan. yang entah apa algoritma dan polanya, aku tak pernah tau hingga sekarang.

percakapan yang jadi kering kerontang, hubungan yang hambar, perasaan yang sudah tak lagi sama.

tidak ada kesimpulan lain yang bisa diambil. selain merelakan.

merelakan kata andai saja, semuanya tak berubah, andai saja aku melakukan sesuatu lebih keras, mungkin perasaan itu masih ada, mungkin perasaan itu masih terjaga dan tak perlu ada lagi kehilangan dan kesedihan yang menghantui tiap terjaga, tak lagi pada malam malam mimpi.

kehilangan adalah perasaan yang tak pernah bisa dikhatamkan, dikuasai, seberapa sering pun ia pernah mampir. tak akan pernah jadi handal dan piawai.

aku harap kehilangan dihapuskan saja dari muka bumi, seperti perasaan perasaan yang bikin kesulitan, sesak, berat, tak produktif- rasanya ingin tidur yang panjang dan tak bangun lagi. capek.

hari ini terasa berat, mungkin besok akan lebih ringan. 

mungkin semua perasaan kehilangan ini akan hilang, dan bisa terlewati dengan baik baik saja. mungkin pula besok datang lagi kebahagiaan, seperti yang kau pikir takkan pernah kau dapatkan lagi sebelumnya.

waktu masih berjalan, kemungkinan dan pilihan, masih terhampar luas ke depan. harapan, selalulah kita letakkan harapan itu, lima senti di hadapan, satu langkah di depan, di hari esok bila masih terbangun.

marilah percaya. 

No comments:

Post a Comment