Friday, June 22, 2018

Memunculkan Kewarasan

Beberapa hal berjalan begitu cepat, seperti waktu, yang terasa terlalu cepat berlalu.  Tapi detik demi detik entah kenapa terasa berjalan lambat, seperti ada yang hilang, seperti ada sesuatu yang seharusnya ada, tapi sudah tidak ada lagi.

Lantas pikiran menjadi takut sendiri, berusaha mencari keramaian, agar kebisingan di kepala akhirnya akan mampu menutup pikiran-pikiran yang berseliweran.

Kewarasan lantas mulai mencari cari permukaan, dengan memikirkan hal hal yang sistematis, terstruktur, memiliki tujuan yang lebih besar.  Agar perasaan perasaan dikesampingkan, bukan agar tidak merasa, tapi agar ia menjadi bagian yang tidak dominan dan memenuhi celah celah kosong dalam dugaan dan khayal yang tidak akan jadi nyata.  Imajinasi tidak akan pernah mati, tetapi dalam kadar yang tepat, kewarasan harus mampu membawanya lebih dekat ke permukaan.

Sebagai manusia, kita harus mengatasi kelemahan-kelemahan kita sebagai manusia, citra manusia dengan standar standar yang menjadi ide yang terbentuk dalam lingkungan dan hal hal yang terjadi.  Mengesampingkan segala keinginan keinginan yang spontan, tidak memiliki tujuan yang jelas, dan kekhawatiran-kekhawatiran yang sebenarnya tidak benar-benar menakutkan.

Jalan masih panjang, dan kita harus memutar, tidak melewati jalan utama yang dilalui oleh semua orang, jalan putar yang akan menghargai kegagalan kegagalan di masa lalu yang harus kita bayar dengan lebih memahami tentang bagaimana mencintai diri sendiri.  Jalan memutar tentang langkah langkah yang masih belum nampak berjejak, langkah panjang yang belum menapak.

Bahwa pada derita akhirnya akan diambil sebuah pelajaran, untuk menang dalam masalah yang akan muncul di depan.  Bahwa masih tersisa nyala api dan semangat yang tinggi, untuk menjalani kehidupan, untuk tidak menyerah kalah dan tunduk begitu saja pada nasib dan takdir yang ingin ditutunkan oleh masa lalu.  Untuk beranjak dan melangkah pada kekuatan-kekuatan karena telah lama kalah.  Kita sama sama berjuang, untuk membuka jalan kehidupan kita masing-masing, dan derita, bahagia, yang jadi teman perjalanan akan menjadi pelajaran dan pecutan untuk tetap maju ke depan.

Masalah yang datang, bertubi tubi adalah alasan mengapa kita bertambah kuat dan kebal, tahan banting untuk terus berjalan dan berupaya, malam malam panjang, sepi dan perenungan perenungan adalah cara kita berkontemplasi dan menemukan bahwa cinta ada dalam hati kita masing-masing, dan jalan menemukan diri sendiri adalah jalan untuk menuju harapan harapan itu kembali.

Sampai disini, di titik ini, dimana masa lalu baru saja lewat dan masa depan masih menjulang ke depan.  Terbersit perasaan, bahwa selama ini, kita akan selalu menjadi orang yang berjuang.

Pontianak, 22 Juni 2018

No comments:

Post a Comment