Tuesday, May 8, 2018

di alam mimpi


April dan hari hari setelahnya.

28
*mimpi itu masih datang, kau ada dan duduk disana, dan aku mencari cari alasan untuk tinggal, sedikit lebih lama lagi. sedikit lagi.  aku tinggalkan segala yang di belakangku, hanya untuk sedikit lebih lama, sedikit lebih lama lagi.  

masih ada tiga puluh menit. tiga puluh menit yang tidak akan aku lupakan. seumur hidupku, rasanya aku hanya menantikan saat ini.  saat saat aku masih bisa melihatmu, berbicara, menyentuh keberadaanmu. sebentar saja. hentikan waktu ini tiga puluh menit saja.

aku tahu pada akhirnya aku akan kalah. aku tahu aku selalu kalah. tidak akan pernah ada kesempatan untuk menang melawan apa yang kita cintai.  tidak akan pernah ada kesempatan untuk memenangkan ego dan rindu tidak pernah kalah. egoku tidak akan pernah menang melawan rindu yang sudah terlalu lama.  sudah terlalu lama.

hey, kenapa kau masih ada di alam mimpiku, datang dan mengejek, bahwa hadirmu tiada lagi? telanlah baik baik pahit itu, karena kau tidak akan lagi kembali.  yang nyata itu pahit dan palsu itu tidak akan pernah membawamu keluar, tidak akan membawamu kemana mana.  

masa depanmu masih ada disana, menunggumu untuk sadar dan terbangun. menunggumu untuk berani memulai langkah dan belajar. bahwa ada hal hal yang tinggal dan hidup bukan tentang ingin dan rindumu saja.

1
di teras itu orang-orang mengantarku pergi, melambaikan tangan. aku terus melaju, melewati jembatan itu, dengan payung warna warni dan gerimis yang menyentuh dedaunan hijau sekitar.  rasanya pilu, sendu sekali.  aku telah bercerita lebih banyak dari yang seharusnya, aku telah melepaskan dan mengeluarkan segala hal yang rasa-rasanya jadi hantu di dada, gelap dan begitu memberatkan.  kemudian di teras yang lantainya dari kayu itu, kita duduk, rokokmu kau nyalakan, dan kita membicarakan lagi omong kosong. kasihankah yang aku lihat sekelebat di matamu itu? kau kemudian menyerahkan sebuah amplop. yang tidak akan pernah lagi kubuka. aku akan menunggu kau membukanya lagi, nanti ketika kau datang lagi. walau aku tau kau tidak akan datang lagi.

2
aku kembali tenggelam dalam pekerjaan yang panjang dan malam malam yang terasa terlalu begitu cepat untuk lewat.  lelaki itu memakai baju hitam hitam, kacamata hitam, dan headset kemudian memanggilku, "karina?" "ya?" "kau dibutuhkan kali ini". aku mengerti.  aku mengangguk dan memisahkan diri dari kerumunan itu. ingin aku tanyakan pertanyaan yang begitu menganggu seakan akan kata kata itu keluar sendiri dari tempurung otakku yang begitu penuh ini, "salahku dimana? salahku apa?" tapi hanya bisu yang keluar, karena aku tau, aku tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang aku inginkan.  mimpi sudah berbatas terlalu tipis dengan realitas, dan hidup sudah terlalu asing untuk menjadi hampa, sepi dan sendiri.

Entahlah.

1 comment:

  1. Artikel yang bagus... Saya ingin berbagi wawancara dengan Maria Callas (imajiner) artikel di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/11/wawancara-dengan-maria.html

    ReplyDelete