Saturday, February 21, 2015

Seteguk kehilangan dan secangkir kenangan

Tidak pernah ada yang benar benar siap untuk kehilangan, bahkan sesuatu yang jauh jauh hari kita tahu tidak akan ada lagi pun.  Pada masanya, akan membuat kita kehilangan.  Tidak pernah ada yang mampu mengecilkan arti waktu, kebersamaan.  Yang mungkin hanya terukur dalam hitungan detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun.  Tapi tahukah kamu, aku menghitung waktu pada kenangan.  Sebuah kenangan dan memori memori kecil yang tidak akan bisa kita lupakan.  Kehilangan hanyalah kabut yang menggelap, sedang kenangan, adalah bayangan yang mengikuti meskipun hanya gelap. 

Kenangan itu sering mengikutimu di jalan jalan yang pernah kau lalui bersamanya, cafe kecil dimana kau sering menghabiskan waktu, bahkan pada jam jam dimana sms maupun telponnya sering masuk melalui telpon genggammu.  

Selalu ada mata yang tidak terbiasa melihat kursi di sebelahmu yang kini tiada lagi kau lihat sosoknya, tiada lagi mata yang bisa kau pandang berjam jam, marah maupun omelannya yang sering kau dengarkan dan kau bantah.  Tiada lagi hangat nafasnya, genggam tangannya atau matanya yang tertangkap menatap matamu.  

Tapi aku percaya cinta itu kekal, hidup, seperti energi yang hanya berpindah, ia hanya berubah wujud, berubah bentuk.  Tapi mampu aku rasakan kau yang nyata dan ada dalam hati. Hidup dalam rasa, mengisi dalam kekosongan yang tiada habisnya, meskipun terpisah dalam waktu, tak terjangkau pada nasib.

Kadang hidup hanyalah rentetan kehilangan demi kehilangan, yang tiada habisnya.  Belajarlah terbiasa, belajarlah untuk sadar. Sadar bahwa kita bisa kehilangan apapun, sadar bahwa kita akan kehilangan apapun.  Dan pahamlah untuk terus mencintai, dan merasa kehilangan, sampai kau tidak mampu, sampai kau lelah, sampai kau pada akhirnya bisa berbahagia,

Karena waktu adalah fana, dan kita, abadi.*

*kutipan puisi Sapardi

No comments:

Post a Comment