Monday, March 18, 2024

ramadhan dan asupan jiwa

 5/30daysoframadhan

menyambut ramadhan dengan sukacita- walaupun sebenarnya aku selalu menganggap aku adalah orang yang lebih tertarik pada spiritualitas- daripada religiusitas, jadi memaknai ramadhan selalu pada taraf esensi dan sungguh personal. memperkaya diri dengan ketahanan mental, latihan kedisiplinan, mengontrol diri, menahan keinginan keinginan. seperti fisik, mental pun harus terlatih dengan penuh kesadaran. kalau seperti latihan di gym, harus dirasain pelan-pelan dan sakitnya, biar ototnya kebentuk- seni menikmati rasa sakit demi tujuan jangka panjang yang masih di angan angan. kupikir, begitu pentingnya fiksi, imajinasi, visualisasi, manifestasi, afirmasi positif, termasuk (dan yang sangat penting) doa, ibadah, iman.  ia adalah substansi yang harus mengisi otak kita biar kuat menikmati rasa sakit, kejenuhan, kebosanan, rasa capek dengan perasaan ikhlas, damai, legowo. karena kita yakin, ada yang menyambut kita di depan sana (ataupun tidak). 

aku pernah membaca suatu komentar youtube di konten ramadhan yang bilang, begitu penting peran orang tua pada anaknya, yang dari kecil, menanamkan agama (doa, shalat, dan ibadah lainnya) karena ketika beranjak dewasa dan banyak 'mencoba' hal hal yang berbeda, kemudian hatinya jadi tak tenang, kacau, galau, agama bisa jadi pegangan biar gak 'kejauhan' menjalani hidup normatif dan 'safe', seperti dalam ingatan ingatan masa kecil ketika semua hal lebih 'mudah' dan ringan. aku sungguh bersyukur aku memiliki ingatan-ingatan itu hingga sekarang, agama yang diwariskan, berhasil membuatku 'tenang', sebagai ingatan yang menyenangkan, pengalaman yang transedental, menjadi dekat dengan pencipta. 

dulu, aku pernah ada dalam fase rebel yang membuatku berpikiran negatif tentang agama, yang selalu tentang ketakutan pada surga dan neraka, orang tua yang selalu menyuruh beribadah-tapi aku abaikan dan dianggap 'durhaka' dan tak benar. intinya, aku begitu benci 'dipaksa' beribadah dan 'terpaksa' melakukannya. aku tak merasakan nikmatnya beribadah (juga melakukan hal hal lain) kalau disuruh dan diperintah perintah dengan semaunya dan tidak menyenangkan. juga, aku melihat sosok/orang yang ngomong, yang bisa saja kupertanyakan kredibilitasnya. ditambah lagi, kala itu aku begitu senang membaca yang aneh-aneh, lalu terdampar membaca buku buku ateis. HAHA. kemudian ada lagi satu buku yang buatku sangat berkesan, History of God-Karen Armstrong. buku-buku yang membuatku mempertanyakan ulang 'kepentingan' agama, asal muasal dan sejarahnya. agama, yang dulu buatku begitu magis dan tak tergapai-gaib. di mata sains dan buku buku itu, jadi logis dan memiliki 'fakta fakta sejarah' yang patut disangsikan. aku sempat berpikir yang 'aneh-aneh' setelah itu, mungkin semacam, hilang 'kepercayaan', yang tak lama kemudian, membuat aku merenung dan memikirkan lagi tentang agama.

setelah fase-fase itu, kayaknya aku jadi memaknai ulang beberapa hal dalam hidup, makna tentang diri sendiri (yang masih terus berproses juga sih, sampai sekarang), yang mungkin setelahnya, aku mulai makin nyaman dalam 'beragama', semakin percaya diri dengan 'keyakinan'ku, aku mulai menciptakan keyakinan dan ketenangan buat diriku sendiri. aku tetap memegang teguh islam dan sadar kalau kita tak bisa lari dari 'warisan' agama, ataupun ingatan, memori, sejarah, masa lalu. tapi pada akhirnya, apa yang kita lakukan, dan kita inginkan sekarang, adalah apa yang benar benar aku 'percaya'.

aku percaya, ramadhan adalah kesempatan, untuk mengupgrade diri, kualitas diri, memberi makan jiwa. jeda dan rehat, situasi yang aneh, menantang, berbeda dari biasanya yang membuat kita harus terus bisa beradaptasi, fleksibel, tapi juga terus mengatur strategi bagaimana bisa beraktifitas dengan produktif dalam kondisi yang 'menantang', mengatur waktu, mengevaluasi kemampuan diri sendiri. dan beraharap, semoga jadi lebih baik dari sebelumnya. 

75/366

No comments:

Post a Comment